PART 31

154 12 0
                                    

▪︎ Crazy Over You ▪︎
Part by: girlRin
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

•••

Arka menunggu di depan ruangan dimana Nayra sedang diperiksa oleh Dokter. Ia juga sudah menghubungi orangtuanya juga Ayahnya Nayra. Nevan dan Daniel yang sedari tadi melihat Arka yang tak kunjung duduk pun hanya bisa menggelengkan kepala mereka. Keduanya sudah meminta agar Arka duduk dengan tenang, tapi dasar Arka namanya—ia malah bolak-balik di depan pintu. Sebegitu khawatirnya ia akan keadaan Nayra.

Ketiga pemuda itu menoleh ketika mendapati suara langkah kaki yang berderap melangkah ke arah mereka. Dewi langsung memeluk anaknya dan mengusap punggung Arka seolah menenangkannya. Sebagai seorang Ibu, Dewi tahu kalau di balik sikapnya yang terlihat risih pada Nayra, Arka sangat-sangat khawatir akan keadaan gadis itu. Saat Nayra pingsan ketika keracunan waktu itu, Dewi pertama kali melihat anaknya sekhawatir itu pada perempuan lain selain Ibunya. Arka, tanpa disadari memberikan ruang untuk Nayra di dalam lubuk hatinya. Ruang yang sangat istimewa.

“Nayra gimana, Ar? Dia kenapa?” tanya Fandi selaku Ayahnya Nayra. Ia kepalang panik saat mendapati telpon dari Arka yang mengabarkan bahwa Nayra anaknya kembali masuk Rumah Sakit.

Saat keracunan waktu itu saja Fandi sudah hampir memindahkan Nayra ke sekolah lain jika saja Nayra tak memohon-mohon kepada Fandi. Sebagai Ayah, Fandi tahu kalau Nayra—anaknya menyukai Arka dengan komposisi yang sangat-sangat besar, hanya saja melihat bagaimana sikap Arka kepada anaknya, terkadang Fandi merasa takut kalau putrinya akan terluka. Cukup Fandi kehilangan kehangatan anaknya ketika istrinya meninggal, ia tak ingin Nayra kehilangan semangatnya hanya karena cinta.

Arka melepaskan pelukan Dewi dan menundukkan kepalanya ke arah Fandi. Ia merasa malu menghadapi pria yang merupakan Ayahnya Nayra itu. Arka sudah diberikan pesan untuk menjaga Nayra dan kali ini Arka kembali gagal.

“Maaf, Om. Ini salah Arka. Nayra ... Nayra ... dia begini gara-gara Arka,” ucap Arka dengan perasaan bersalah.

Fandi mengembuskan napas berat dan kemudian menepuk lembut pundak Arka. Ia ingin marah, tapi ia mencoba menenangkan dirinya dulu. Ia tak ingin meluapkan emosi dan berujung menyakiti banyak pihak, tentu Nayra akan marah kalau sampai tahu bahwa Fandi melayangkan tangan kepada Arka.

“Sekarang kasih tau, Om. Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Fandi.

Arka mendongakkan kepalanya dan menatap Fandi dengan tatapan mata lelah. Ia seperti kehabisan tenaga bahkan hanya untuk bicara. Nevan dan Daniel langsung menghampiri mereka dan kemudian menjelaskan semuanya kepada Fandi. Fadlan yang mendengar itu tentu saja merasa bersalah kepada tetangganya itu.

“Maafin anak saya, Pak. Semua ini gara-gara anak saya,” ucap Fadlan kepada Fandi.

Fandi menggeleng kecil sebagai balasan, “gapapa, Pak. Namanya juga percintaan anak muda. Kita yang udah tua ini enggak bisa bantu banyak. Nanti untuk masalah ini akan saya urus kalau Nayra udah bisa dimintai keterangan,” ucapnya.

“Biar kita bantu, Mas Fandi. Lagipula saya merasa enggak enak karna gara-gara ada cewek yang naksir berlebihan ke anak kami, Nayra malah jadi korban,” ucap Dewi.

Fadlan menyetujui ucapan istrinya, “bener, Pak. Biar kami bantu. Biarpun ini dimulai dari masalah hati, tetap aja ini udah ngebahayain nyawa Nayra. Ini bisa kita bawa ke ranah hukum,” ucapnya.

Fandi mengangguk kecil, “makasih. Nayra benar-benar beruntung dikelilingi orang-orang baik seperti kalian,” ucapnya terharu.

Dewi tersenyum menanggapi ucapan tetangganya itu. Fadlan pun menepuk pundak anaknya dan berkata, “kayaknya memang sial banget ya kalo punya muka ganteng.”

Arka menatap Ayahnya dengan tatapan malas. Fadlan menambahkan, “tapi mau protes gimana lagi? Muka Papa tuh memang ganteng maksimal. Kamu yang kebagian dikit aja bisa digilain cewek sampe segila itu, apalagi kalo dapet duplikat kayak muka Papa. Bisa-bisa mungkin kamu dikejar-kejar sama jutaan cewek kayak gitu.”

Dewi memukul pelan lengan suaminya, “apa-apaan sih? Ngawur aja!”

Fandi terkekeh geli melihat kelakuan pasangan suami-isteri itu. Ya, setidaknya mereka bisa menghidupkan suasana agar tak terlalu muram.

•••

Dinda meringis saat Deo menampar pipinya. Ia menatap Deo dengan tatapan mata memerah menahan emosi dan malu.

“Gue udah bilang berapa kali? Jangan pernah nyakitin Nayra. Lo tuli apa gimana, ha?” ucap Deo dengan nada tinggi.

“Gue cuma mau dia enggak deketin Arka lagi. Apa gue salah? Salah kalo gue mau merjuangin apa yang gue mau? Salah, ha?” balas Dinda tak kalah emosi.

Deo mendorong Dinda hingga punggung gadis itu menabrak dinding dengan begitu keras. “Lo nanya apa lo salah? Lo nanya? Lo tanya apa lo salah? Otak lo tuh dipake apa enggak, ha? Udah jelas salah, bangsat! Lo nyakitin Nayra. Lo lukain dia. Apa dengan begitu Arka bakal ngelirik ke arah lo? Apa dengan lo bunuh Nayra, Arka bakal jadi milik lo?”

Dinda tersenyum lebar, “Arka bakal jadi milik gue kalo tuh cewek mati. Dia harus mati!”

“DINDA!”

Dinda menatap Deo dengan tatapan tajam, “gosah teriakin gue, bangsat! Apa hak lo neriakin gue? Merasa ganteng lo? Lo enggak ada apa-apanya dibanding Arka. Makanya Nayra nempelin Arka, karna lo tuh jelek! Lo tuh jelek! JELEK!”

Deo menyeringai dan kemudian menyentuh pipi Dinda yang memerah akibat tamparannya tadi. “Emangnya lo merasa lebih cantik dari Nayra, hm? Bahkan dibandingin orang paling cupu di sekolah aja, kayaknya lo masih kalah.”

Dinda menyipitkan matanya dan menyentak tangan Deo. “Jaga mulut lo, bangsat!” Dinda memperingati.

Deo menarik rambut Dinda hingga gadis itu memekik kesakitan. “Deo, bangsat! Lepasin gue! Akh! Sakit, bego!” jerit Dinda.

Deo berbisik ke telinga Dinda, “ini enggak sebanding sama rasa sakit yang lo kasih ke Nayra, Din. Gue pastiin lo bakal ngerasain yang berkali-kali lipat dari yang Nayra dapetin.”

Dinda melotot ke arah Deo sambil memegangi rambutnya yang masih dijambak oleh Deo.

“Lo ngerasa cantik dengan muka lo, ’kan?” ucap Deo sambil menyeringai. Dinda merinding begitu mendengar ucapan Deo barusan.

“L—Lo mau apa, setan?” tanya Dinda.

Deo menarik dagu Dinda agar gadis itu menatap ke arahnya. Deo bisa melihat bagaimana netra Dinda bergetar ketakutan karenanya.

“Gimana kalo gue rusakin muka lo? Apa abis ini lo masih bisa bersikap semena-mena?” Deo kemudian meraih tangan Dinda dengan kasar, “apa kalo gue patahin tangan lo, semua kekuatan lo buat nge-bully bakal ilang? Gimana sama kaki lo juga? Kaki lo itu udah nendangin perut Nayra, ’kan?” tambah Deo.

Dinda menggeleng cepat, “lepasin gue! Lepas! Tolong! TOLONG!”

Deo membalas, “percuma lo teriak, Din. Enggak bakal ada yang mau nolongin lo. Udah gue peringatin ke lo buat enggak nyakitin Nayra. Lo lepas dari amukan Arka, bukan berarti lo lepas dari amukan gue. Sekarang, gue bakal balasin rasa sakitnya Nayra.”

Dinda meronta-ronta mencoba melepaskan diri, tapi Deo tak bisa dilawan. Bagaimana akhir Dinda di tangan Deo?

•••

TBC 💜

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang