PART 12

142 14 1
                                    

▪︎Crazy Over You ▪︎
Part by: TiaraAtika4
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen💜

▪︎ ▪︎ ▪︎

Saat ini Nayra masih berada di sekolah, jam ekskulnya baru selesai beberapa menit yang lalu. Netranya memperhatikan area sekitar, mencari seseorang yang Nayra harap pemuda itu masih berada di sekolahan—Arkana. Berharap saja meskipun kemungkinanya benar-benar kecil.

Ponselnya mati, Nayra lupa untuk mengabari Arka jika ia ada jam ekskul.

"Belum pulang juga?"

Nayra membalikan tubuhnya saat seseorang berbicara padanya.

Nayra tersenyum kecil, menggeleng pelan seraya berucap. "Mau ke kantin dulu, Kak. Laper perut gua."

"Nyari makan di luar sekolahan aja yuk, gua yang traktir, sekalian gua anter pulang. Gimana?"

Mendengar kata traktir, tentu saja tidak bisa Nayra lewatkan. Manik matanya berbinar sempurna, gadis itu mengangguk penuh antusias. "Mau, Kak!" ucapnya senang.

Pemuda itu—Deo, tersenyum kecil, dirinya menahan diri agar tidak mencubit gemas pipi Nayra yang saat ini terlihat begitu menggemaskan.

"Yaudah yuk—" Belum sempat Deo menyelesaikan ucapannya, bahkan niatnya yang ingin menggenggam tangan Nayra pun pemuda itu urungkan saat seseorang berteriak—memotong ucapannya.

"Oy cegil! Balik kagak?"

Nayra berbalik cepat, raut wajahnya berubah bahagia saat pemuda yang sedari tadi ia tunggu ternyata masih berada di sekolahan.

Tak jauh dari posisinya, Arka berjalan santai dengan jersey futsal yang sudah basah oleh keringat.

"Nunggu gua yah, Kak?" tanya Nayra tepat saat Arka sudah berada di hadapannya. Pemuda itu tidak menatap padanya, melainkan pada Deo—memperhatikannya dari atas sampai bawah.

"Bagus deh kalo lo udah punya doi, terbebas gua jadi kang ojek lo," kata Arka, beralih menatap pada Nayra yang kini terlihat kesal padanya.

"Doi gua nantinya elo! Bukan Kak Deo ataupun yang lain," balas Nayra dengan dengusan sebal.

Arka menghela nafas, menatap jengah pada Nayra yang nyatanya masih tetap menjadi gadis gila.

"Kak—"

"Gak jadi? Yaudah gua duluan yah," Deo menyela cepat ucapan Nayra, memberi senyum tipis pada gadis itu sebelum dirinya berlalu pergi.

"Woy! Bawa cewek lo, syukur-syukur lo mau pungut nih cewek gila biar gua bisa terbebas," kata Arka sedikit berteriak, membuat Deo yang belum terlalu jauh itu kembali berbalik.

"Jangan dengerin calon Bebep gua, Kak. Kapan-kapan aja pulang bareng lo," timpal Nayra.

Arka yang kini benar-benar malas pada Nayra pun memutuskan untuk berlalu pergi, meninggalkan Nayra dan Deo yang masih berbicara dengan saling berteriak.

Benar-benar waras.

▪︎
▪︎
▪︎

Nayra yang terus saja berteriak serta merengek padanya itu benar-benar membuat Arka ingin sekali menabrakan motornya pada mobil di hadapannya, demi tuhan—kepalanya terasa ingin pecah oleh ocehan gila Nayra.

"Apa gak cape ganteng terus, Kak?"
"Kak! Kapan jadiin gua pacar lo?"
"Punggung lo lebar yah, cocok banget gua peluk, pasti nyaman."
"Kak, Kakak mau gak jadi mantunya Papah?"
"Mentang-mentang ganteng, bikin sayang sembarangan!"
"Kak! Gua bakal mencintai lo secara ugal-ugalan, akan gua trobos semua yang menghalangi. Hujan badai pun akan gua terjang demi mendapatkan cintanya Kakak."

Demi tuhan, Arka kewalahan untuk mendengarkan ocehan gila Nayra, telinganya yang tertutup helm pun tetap terasa panas. Bagaimana tidak, Nayra berucap dengan terus berteriak, jika gadis itu disandingkan dengan orang gila sesungguhnya, sudah pasti orang gila itu akan waras seketika.

"Kak perut gua laper, mulut gua juga aus," kata Nayra, merengek pada Arka dengan kepala yang gadis itu sandarkan pada pundak Arka.

"Jauhin kepala lo sebelum gua nekat tabrakin nih motor ke mobil!" ancam Arka yang berhasil membuat Nayra kembali menegakkan tubuhnya.

Menyebalkan! Padahal Nayra nyaman dalam posisi seperti itu, bersandar pada pundak Arka dengan kedua tangan yang memeluk erat pinggang pemuda itu.

Tak lama motor yang di kendarai oleh Arka berhenti di sisi trotoar—tepat tak jauh dari posisi tukang baso.

"Lo mau turunin gua di sini? Kak! Jan gila, gua gak bawa duit buat naik angkot, hape gua juga mati—"

"Bawel lo dedemit! Lo bilang lo laper, noh di depan ada tukang baso," dengus Arka, meletakan helmnya dan turun dari motor. Masa bodo dengan Nayra yang masih nangkring di atas motornya.

Sedikit merasa malu karna terlalu berfikiran buruk pada Arka, Nayra pun memutuskan untuk turun—mengekor Arka yang sudah berjalan lebih dulu.

"Gua juga ikut makan 'kan, kak?" Pertanyaanya itu berhasil membuat Arka menoleh padanya, "lo yang laper bukan gua, jadi lo yang kudu makan bukan gua," jawab Arka.

"Tapi—"

"Gada duit?" sela Arka yang diberi anggukkan oleh Nayra.

"Tenang, sebagai gantinya lo bisa bantu penjual basonya cuci piring," kata Arka yang membuat Nayra membulatkan matanya.

"Bayarin gua napa, Kak! Pelit banget, gua aduin ke Tante Dewi baru tau rasa lo!"

"Aduin terus! Rasa malu lo kayanya emang udah lo buang yah."

Nayra membuka mulutnya, berniat untuk membalas ucapan Arka, namun tak jadi saat pemuda itu lebih dulu bersuara.

"Pesen baso lo, terus makan yang cepet, gua ada urusan setelah nganter lo balik."

"Gua ikut—"

"Berenti nempelin gua terus, Lunayra! Lo bukan dedemit. Lama-lama gua bawa lo buat di ruqiah juga! Sialan. Kasih gua waktu buat bisa terbebas dari lo, udah cukup di rumah dan di sekolah lo bikin gua muak, di luar itu jangan ganggu gua juga!"

"Yaudah sih, gua cuman minta ikut doang juga," balas Nayra, berlalu pergi pada penjual baso dengan perasaan kesal.

Arka hanya bisa menghela nafas, kesabarannya benar-benar diuji jika sudah berhadapan dengan Nayra.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Arka membuang asal tasnya, menjatuhkan tubuhnya pada kasur—masa bodo dengan si pemilik kasur yang saat ini tengah menatap tak suka padanya.

"Ganti baju lo dulu, sialan! Kasur gua bakal gatel kena keringet lo itu!" titah Nevan, mendengus kesal saat Arka tak mengubris ucapannya.

"Gua kira Nayra bakal lo bawa," ucap Daniel yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

"Males banget gua bawa tuh bocah, sama aja gua bunuh diri secara sadar!" balas Arka, merubah posisinya menjadi terlentang dengan kedua tangan yang ia letakan di belakang kepala—menjadikannya bantal.

"Gua ajak ke sini—"

"Berani bawa dia ke sini, sempak lo bakal gua bakar semuanya sialan!"

"Anak dajal! Enteng banget tuh mulut kalo ngomong. Lagian gua bawa Nayra ke sini buat nemenin gua, bukan buat lo."

"Gua bilang jangan Daniel! Pala lo gua gampar kalo masih mau ngotot!"

"Iya kagak anjing!" Pasrah Daniel,  memilih untuk ikut gabung dengan Nevan dari pada harus kembali beradi mulut dengan Arka.

Pemuda itu saat ini terlihat begitu lelah, entah lelah karna menghadapi Nayra atau lelah karna lainnya. Pasalnya jadwal futsal mereka bukan hari ini, lalu untuk apa pemuda itu datang dengan jersey futsal yang sudah basah oleh keringat? Jika pun Arka ikut bertanding dengan anak futsal yang lain, sudah pasti pemuda itu akan mengabari dan mengajak mereka, tapi ini tidak sama sekali.

"Gua numpang tidur, bangunin gua kalo alarm ponsel gua kagak bikin gua bangun," ujar Arka sebari membuka jerseynya, membuang asal dan kembali mencari posisi nyaman untuk membuatnya terlelap.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Crazy Over You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang