Ga semua manusia kuat buat ngehadapain masalah sendirian. Mereka pasti butuh yang namanya 'tempat untuk cerita'. Sayangnya, yn tak memiliki itu.
Di dunia yang kejam ini, ia harus hidup sendiri. Menikmati setiap perlakuan buruk yang harus ia terima dan tak tahu kapan hal ini akan berakhir. Sesekali, ia akan bercerita ke seekor makhluk gemas kesayangannya yang ia beri nama Ochi.
Yn dan Ochi tinggal di sebuah rumah kecil di dekat sebuah hutan. Yan tak terganggu dengan hewan hewan liar yang ada di hutan, begitupun dengan hewan hewan liar itu sendiri. Mereka justru berteman baik layaknya sebuah puzzel yang selalu melengkapi satu sama lain.
Bahkan saat ia bercerita ke hewan, ia merasa lebih dihargai daripada saat ia bicara dengan manusia. Setiap kata yang ia keluarkan selalu saja tak digubris oleh manusia manusia biadab itu.
Sekarang, yn memisahkan diri dari para manusia itu. Ia tinggal di dekat hutan untuk menjauhi tempat tinggalnya yang dulu. Sesekali ia ke kota hanya untuk membeli stok bahan makan dan minuman ringan.
"Ochi, ayo bangun! Kita liat sunrise" Ochi menyamankan dirinya di atas kasur. Kasur ini seolah memiliki lem yang sangat rekat jadi dia tidak bisa bangun. Bukan tidak bisa, tapi tidak mau.
Tanpa tunggu lama lagi, yn menggendong Ochi dan membawanya ke sebuah bangku di teras rumah mereka. Disana ia juga ditemani oleh seekor singa yang emang biasanya numpang tidur di teras rumahnya.
"Ochi, sunrisenya cantik banget ga sih?" Atensi yn sepenuhnya berada di matahari yang mulai naik.
Pemandangan yang indah, melihat sunrise di pinggir hutan dan di atas bukit. Ochi juga melihat pemandangan ini, like a dejavu.
Apa ini? Badanku!! -Ochi
Bulu bulu yang ada di badan Ochi perlahan menghilang entah kemana serta ukuran tubuhnya mulai membesar. Ekornya hilang dan sekarang hanya ada bulu di kepalanya alias rambut. Rambutnya berwarna abu sesuai dengan warna bulunya. Matanya berwarna hijau sesuai dengan warna mata kucingnya.
Tangan yn bergerak untuk mengelus bulu lembut Ochi. Eh, tapi ini kulit manusia. Saat dilirik...
"AAARRGGHH!!!!!" Yn beranjak dari kursinya lalu tersandung kaki meja. Untungnya ia jatuh di atas tubuh singa tadi.
"Fyuh... makasih, Leo" Leo -nama singa tadi- , mengaum untuk membalas pernyataan terimakasih yn.
"LO SIAPA?! KENAPA DISINI?! MANA OCHI?! LO MALING?! JAWAB!!" Lelaki itu hanya mengerjapkan matanya sambil memiringkan kepalanya.
"Aku Ochi, tuan. Tuan lupa sama Ochi?" Yn semakin dibuat kaget. Ia bahkan sampai loncat loncat. Singa yang melihat tingkah yn juga hanya bisa menggeleng sambil merotasikan matanya malas.
"OCHI KUCING, AN*!" Yn gila, ga waras.
"Ochi memang kucing, bukan anjing" balas Ochi dengan wajah polosnya.
"Haduh.. gimana asal usulnya lo bisa ada disini??" Walau yn masih shock, tapi dia tetap berusaha untuk terlihat tenang. Ia kembali duduk anggunly dan mendengarkan asal usul Ochi jadi manusia.
"MANA BISA GITU?! KUCING YA KUCING! MASA KUCING JADI MANUNGSA?!?!" Ochi capek, help Ochi.
"Tuan, ini beneran Ochi" yn bengong. Otaknya penuh mikirin gimana kucing jisa jadi manusia. Apa ini magic? Atau ilmu hitam? Tapi Ochi itu abu abu bukan hitam.
"Tuan.." Ochi menarik narik lengan baju Yn, yn pun menengok.
"Ochi lapar..." yn mengangguk lalu mengehela nafas lelah.
Dunia ini aneh... -yn
Setelah meletakkan makanan Ochi ke piring, yn kembali duduk di sofa dan bengong lagi. Aneh, Ochi makan ga kaya kucing, dia justru makan layaknya manusia. Dia makan roti isi daging itu pakai tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuumpulan y/n X trejo memb [END]
RastgeleKumpulan oneshoot, twoshoot, dst... Omong omong, saya gasuka sama sad ending, jadi jangan berharap disini ada sad end ya.... Bikin sesuai dengan mood serta ide yang tiba tiba datang pada otak mungil saya. Terimakasihh