ngeDate

48 3 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^


Suara deburan ombak memaksaku membuka mata. Di depanku lautan luas terhampar. Warnanya biru dengan garis berwarna putih pada ujungnya. Anginnya berembus kencang. Menerbangkan sweater tipis yang kupakai. Mengacak rambutku asal lalu meninggalkan jejak kusut di sana.

Di sampingku seorang pria bangun dari posisi nyaman yang sebelumnya dia meluruskan punggung. Ya, dia memang aneh. Dia menggelar karpet diatas pasir lalu merebahkan badan disana. Tentu saja aku melarangnya tadi tapi dia terlalu tidak mungkin untuk menurut. Untung saja dia tidak membawa keranjang piknik tadi. Kalau saja dia membawanya sudah pasti aku akan meninggalkannya sendiri disini.

Sebelum berangkat tadi dia hanya mengatakan ingin melihat laut. Mana ku tahu kalau ternyata dia akan menjadikannya sebagai piknik. Hari ini aku hanya ingin menikmati pemandangan indah yang terimakasih kepada Seungbo yang memaksaku untuk ikut tadi.
Dia memaksaku untuk mengikutinya dengan menarik tanganku masuk kedalam mobil. Dia juga yang memakaikan sabuk pengaman padaku karena aku terus saja berusaha keluar dari mobil. Tak ku sangka sepanjang perjalanan aku justru tertidur. Sangat pulas. Itu poin plusnya karena sudah sejak lama kali terakhir aku tidur tanpa memimpikan apapun.

"Indahnya."

Gumamku yang di jawab serupa oleh Seungbo. Aku menolehkan kepala. Dia menatapku. Dengan senyum indahnya yang langsung ku ikuti. Kali ini bukan karena hipnotisnya, aku sengaja melebarkan senyumku. Seungbo mengulurkan tangannya. Menyisipkan rambutku yang berantakan menutupi mata ke belakang telinga. Gerakannya yang lembut berubah menjadi gerakan lambat dalam mataku. Mendebarkan.

"Apa yang kau pikirkan?"

Seungbo merusak lamunanku. Dia menarik tangannya kembali. Matanya masih menatapku. Sementara aku menjadi salah tingkah karenanya. Kalau bukan karena Seungbo yang mengatakan aku tidak akan tahu kalau pipiku memanas. Aku beralasan itu karena blus on. Seungbo mempercayainya tapi aku tahu dia hanya mengiyakan supaya tidak lebih membuatku malu.

"Luruskan kakimu."

"Hm?"

Perkataan yang aneh. Mau apa dia menyuruhku meluruskan kaki. Dia terus saja menatap kakiku. Untung saja aku memakai celana panjang kalau saja kakiku sedang terbuka sudah pasti akan kupukul dia. Berperilaku bagai orang mesum di tempat umum. Sangat tidak bermoral.

"Luruskan kakimu."

Aku tidak bisa menebak dengan apa yang sedang dan akan dia lakukan. Otakku menyuruhku berhenti berprasangka padanya jadi aku menurutinya meluruskan kaki yang sedari tadi ku tekuk. Sebelum aku sempat memikirkan apa yang terjadi Seungbo lebih dulu menarik kakiku. Menaikkan diatas pahanya. Aku yang terkejut menjerit. Tubuhku hampir saja tersungkur yang cepat di tahan oleh tanganku. Aku bahkan tidak yakin aku yang menggerakkan tanganku. Gerakan reflek yang tidak ku sadari.

"Kau kira aku tidak tahu kemarin kau hampir ketinggalan bus? Kau juga harus terus berdiri sepanjang perjalanan karena tidak ada kursi yang tersisa."

Sembari mendengarkan kalimat itu terucap dari mulut Seungbo otakku memutar kejadian kemarin ketika aku berangkat kerja. Kejadian menyebalkan yang mengharuskan ku melepas sepatu hak tinggi yang kupakai ketika duduk dalam bilik kerjaku. Darimana Seungbo tahu hal itu?

"Tentu saja aku tahu karena aku disana."

"Ha?"

Aku tidak tahu Seungbo juga menaiki bus itu. Bukan. Kenapa dia disana? Ah salah. Dia tahu aku berdiri tapi hanya diam? Bukannya memberikan kursinya padaku?

"Aku duduk di bangku paling belakang. Hanya ada pria disana. Fikirku kau akan tidak nyaman kalau duduk disana."

Seolah tahu apa yang ku fikirkan Seungbo mengatakan itu. Senyumnya kembali tertarik. Tangannya masih sibuk memijit kakiku lembut. Aku heran. Dia melakukan itu seolah punya lisensi untuk membuka salon kecantikan karena gerakannya yang halus dan tidak menyakitkan tapi membuatku nyaman.

"Kau yakin bukan karena tidak ingin melihatku duduk disana? Jujur saja aku sama sekali tidak keberatan harus duduk disana."

"Kau."

"A!"

Seungbo tiba-tiba menekan kakiku keras. Sakit. Dia pasti sengaja melakukan itu. Dasar pencemburu. Tunggu. Pencemburu? Kenapa aku memikirkan kata itu? Dia tidak harus cemburu. Alasan apa yang membuatnya harus cemburu?

"Sudah kubilang aku bisa mengantarmu."

"Terimakasih tapi aku menolaknya."

Seungbo menatapku. Meminta jawaban. Tangannya juga berhenti memijit.

"Aku tidak bisa merepotkanmu. A, bukan. Aku tidak mau merepotkanmu."

"Merepotkan dari mana. Arah kita sama."

Arah? Arah mana yang dia maksud? Tempatnya bekerja? Setahuku tempat dia bekerja jauh berlawanan arah dengan tempatku memeras otak itu.

"Kau bohong. Aku tahu kantor tempatmu bekerja tidak berada di arah sana."

Masih dengan tersenyum dia menjawab.

"Bagiku tidak ada kata jauh selama aku bisa sedikit lebih lama bersamamu."




Kuharap kalian suka ceritanya.
Kalau suka boleh dong minta bantu dukungan votenya.
Yang mau komen juga silahkan sebisa mungkin bakal aku jawab^^
Love ya.
See ya😘

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang