Kecelakaan dan... Lamaran??

53 3 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^

Malam sudah larut tapi mereka berdua belum pulang. Aku memang marah tadi tapi aku tidak bermaksud mengusir mereka. Setelah pikiranku sedikit lebih tenang baru kusadari kalau mereka belum juga kembali meskipun jam sudah lewat tengah malam. Mereka tidak memberiku kabar.

Mungkin saja mereka pulang ke rumah mereka sendiri. Sempat aku berfikir seperti itu. Kalau memang seperti itu mereka pasti sudah mengirimi pesan. Atau bahkan mungkin menelfonku secara mereka berdua lebih sering menelfonku daripada mengirimiku pesan.

Mereka takut padaku? Karena sikapku yang meledak-ledak membuat mereka berfikir kalau saja aku bisa membunuh mereka? Alasan macam apa itu. Mereka mengenalku bukan sehari dua hari.

Karena terlalu penasaran akhirnya aku memutuskan menekan nomor Seungbo. Menelfonnya. Aku tahu mereka bukan anak kecil yang bisa saja hilang karena tersesat. Mereka berdua pria dewasa yang juga memiliki mobil untuknya kabur kalau misal ada seseorang yang mengejar. Mereka juga punya rumah untuk bersembunyi.

Entahlah. Aku terlalu menghawatirkan mereka sampai berfikiran yang tidak-tidak.

"Nuna."

Kudengar suara Seongho tak lama setelah dengung nada sambung berbunyi.

"Kenapa kau yang menjawab? Kemana Hyungmu?"

Aku sampai harus melihat kembali layar ponselku. Memastikan kalau nomor Seungbo yang sedang tersambung.

"Di luar. Tadi ada wanita yang menyapanya terus dia mengikutinya keluar."

Terasa ada yang sakit. Bisa kurasakan detak jantungku menjadi lebih cepat. Rasa perih juga mendadak menyambangi ulu hati. Kenapa ini? Ada yang salah denganku.

"Siapa." Tanyaku. Berusaha terdengar tidak ada yang salah meskipun nyatanya suaraku sedikit tercekat.

"Mana ku tahu. Tapi kau tahu Nuna. Dia sangat cantik."

Perih yang tadi menghinggapi ulu hati sekarang naik ke dada. Menjadikan sesak yang membuatku bertambah takut. Apakah aku memiliki riwayat penyakit asma? Kurasa tidak. Lalu ini apa?

"O? Manusia itu tertawa. Wah.. aku belum pernah melihatnya tertawa seperti itu."

Aku tidak tahu mengapa aku menjadi penyakitan seperti ini. Sesak di dadaku menimbulkan masalah baru. Kepalaku pusing. Pandanganku menjadi buram. Dan seolah aku kehilangan kekuatan.

Suara benda pecah menusuk telingaku. Semakin membuat sakit kepalaku mendera. Kemudian aku merasa menghantam sesuatu yang dingin. Aku tidak yakin itu apa tapi samar-samar hidungku mencium bau anyir.

"Nu-... kau-... kan?-"

Suara Seongho terputus-putus. Apakah sinyalnya sedang buruk?

"Hyung! Nuna-"

Hilang. Aku tidak mendengar apapun lagi.

_______

Seongho mengatakan padaku kalau beberapa hari yang lalu aku pingsan. Dan tanganku di bebat perban karena terkena pecahan gelas. Aku menekan lantai yang salah ketika terjatuh. Tempat gelas itu terjatuh adalah lantai yang ku tekan berharap bisa menahan tubuhku ketika jatuh. Seongho berkata tanganku harus di jahit sampai sebelas kali. Aku tidak tahu apa maksudnya. Yang kurasakan hanya tanganku menjadi mati rasa. Aku tidak bisa menggerakkan jari-jariku.

Seungbo mengurus semuanya untukku. Dia membayar biaya perawatanku menggunakan dompetnya. Dia juga memintakan ku cuti kerja. Aku tidak tahu bagaimana cara dia melakukannya tapi ketua tim menelfonku. Dia mengatakan padaku untuk cuti setidaknya sampai aku bisa menggerakkan jari-jariku lagi. Dia tidak mengatakan berapa hari, itu yang menurutku sangat aneh.

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang