Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^"Nuna kau dimana."
Seongho. Dia menelfonku di waktu yang tepat. Ketua tim yang sepertinya masih menyimpan dendam padaku secara mengejutkan mengajak makan malam tim.
Dia berasalan untuk merayakan keberhasilan tim yang padahal kejadian itu sudah berlalu seminggu yang lalu. Karena ajakan yang tiba-tiba tentu ada banyak yang menolaknya. Tapi si ketua tim yang licik selalu bisa mendoktrin otak rekan kerjaku sehingga akhirnya menurut mengikutinya pergi ke sebuah restoran.
Si tua ketua tim bahkan mengancam akan memotong bonus bulanan tidak hanya satu tapi semua anggota tim kalau ada satu orang saja yang tidak ikut. Dia pasti melakukan itu supaya aku tidak bisa kabur. Aku memang anggota tim yang selalu absen pada acara seperti itu. Selain tidak suka aku lebih memilih menyelamatkan diri dari tindasan ketua tim yang pasti terjadi.
Dia pernah sekali memaksaku memakan hidangan seafood yang sangat ku benci sampai overdosis. Aku memuntahkan semua makanan itu bahkan sebelum aku meninggalkan restoran. Dia sengaja melakukan itu karena tahu aku tidak pernah menyukai makanan laut mentah. Terlebih waktu itu aku yang masih anggota baru.
"Makan malam perusahaan." Jawabku dengan nada datar.
"Masih lama?"
"Kenapa? Kau sudah merindukanku?"
Aku tertawa. Dia menelfonku hanya karena rindu? Ini sangat tidak masuk akal. Setiap hari kita bertemu bukan karena adegan romantis tapi lebih pada keributan dan dia merindukanku? Apakah aku sudah terlalu banyak memukul kepalanya sampai dia kehilangan akal?
"Tadi mati lampu. Aku mengungsi ke Minimart sekarang."
"Kau kan tinggal menyalakan lagi saklarnya. Kenapa? Takut?"
Seongho sangat membenci gelap. Dia akan menjadi sensitif dengan apapun ketika gelap. Bahkan suara hembusan angin menurutnya sangat menakutkan. Dia akan terus berfikiran macam-macam kalau tidak segera pergi ke tempat bercahaya.
"Hyungmu kemana? Dia kan bisa menyalakan saklar."
"Dia tidak ada di rumah. Dia bilang ada lembur setelah tau di rumah mati lampu. Aku yakin dia pasti berbohong. Dia memang pengecut."
"Seungbo takut gelap?" Mataku membulat. Ini informasi baru.
"Sangat takut lebih tepatnya. Dia sangat pengecut."
"Kau juga sama." Tawaku meledak. Seorang Seongho yg takut gelap mengolok Seungbo yang juga sama seperti dirinya.
"Nuna! Kenapa Nuna membelanya? Dia kan sudah tua harusnya lebih berani."
"Sudah ku duga kalian berdua memang sangat mirip."
"Dia beda denganku. Nuna pasti tidak menyadarinya, mata dia sangat berbeda dengan punyaku."
Bisa ku dengar di seberang sana Seongho mengomel. Suaranya terdengar samar. Dia pasti menjauhkan ponselnya. Sejenak aku melupakan makan malam menyebalkan yang ku tinggal. Kalau bukan karena ketua tim yang tiba-tiba menepuk pundak ku aku pasti sudah benar benar lupa.
"Ngapain."
Suaranya melantur. Ukh aku mencium aroma alkohol darinya. Dia pasti sudah diambang kesadaran. Dia masih saja mencengkeram pundakku bahkan ketika aku berusaha melepaskannya.
"Adikku menelfon. Dia menyuruhku cepat pulang."
"Adik? Kau kan anak terakhir bagaimana bisa kau punya adik."
"A-"
"Ketua tim sepertinya anda sudah mabuk biar ku antarkan pulang."
Terimakasih pada pria yang cepat memotong pembicaraanku. Dia salah satu rekan kerja yang sering ku jumpai di halte bus. Aku tidak terlalu paham tentang kehidupan pribadinya. Yang pasti dia juga tidak menyukai makan malam perusahaan sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love You, I'm Sorry
Romance"Love you. Kembalilah tidur." Ini masih gelap dan kamu tiba tiba menciumku? Sepertinya ada maksud lain di baliknya.