Berita Bohong, Paksaku

27 2 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^

Sebuah kenyataan yang tidak pernah kubayangkan sedikitpun. Kenyataan yang kupercaya sangat mustahil akan terjadi dalam hidupku. Aku tidak tahu harus bagaimana menyikapinya. Haruskah sedih? Kurasa tidak. Karena lebih banyak perasaan marah dan tidak terima yang kini terputar dalam otakku.

Seungbo di sampingku juga hanya diam. Dia tidak mengatakan sepatah katapun sejak seseorang berjas rapi di depan kami mengantarkan berita tidak masuk akal. Aku tidak yakin apakah tangannya yang terasa dingin menggenggam ku karena penyejuk ruangan atau karena hal lain. Satu hal yang pasti adalah dia semakin erat meremas tanganku.

Seungbo memang membawaku menemui seseorang yang selama ini kupercaya sebagai 'teman kencan' nya. Seungbo benar. Aku yang terlalu berfikir berlebihan. Wanita yang kata Seongho sangat cantik. Bahkan aku saja yang sesama wanita juga terpesona melihatnya. Apalagi Seungbo yang bagaimanapun dia seorang pria. Kalau bukan karena sebuah plakat nama yg terpajang rapi diatas meja aku tidak akan percaya kalau dia adalah seorang dokter.

Aku tidak tahu bagaimana Seungbo mengenalkan statusku padanya sehingga membuatnya langsung melebarkan senyum ramah begitu melihatku yang berjalan di belakang Seungbo. Entah kenapa aku tetap menurut meskipun Seungbo menarikku masuk kedalam sebuah ruangan yang tidak ku ketahui apa tujuannya. Satu hal yang pasti dia tidak akan berbuat aneh padaku.

Senyuman ramah wanita cantik di depanku yang sebelumnya terlukis indah kini hilang sepenuhnya. Hanya ada raut wajah serius. Meskipun tutur katanya lembut tetap terasa sangat menyakitkan ketika menyentuh indera pendengaran ku. Bagai tertimpa sebuah batu besar semuanya mendadak sunyi setelah wanita itu menyelesaikan kalimatnya.

Otakku menjadi beku. Seluruh kekuatanku menghilang. Telingaku hanya mendengar sunyi. Aku bisa melihat wanita itu mengangkat sebuah plastik hitam putih yang tidak kutahu itu apa. Tangannya terus menunjuk kertas itu berulang kali. Sepertinya sedang menjelaskan sesuatu. Sayangnya aku tidak tahu dia mengatakan apa.

Cervical cancer.

Dua kalimat yang bagaikan bilah pedang tajam melukai diriku. Bukan hanya hatiku yang berdesir. Seolah jantungku jatuh ke perut menjadikannya seperti teraduk. Seluruh saraf dalam tubuhku lumpuh. Hanya ada kehampaan. Bahkan aku tidak yakin aku masih bernafas dengan benar saat ini.

Mati.

Sebuah kata yang berhasil menyusup kedalam otakku. Aku yakin wanita itu mengatakan kata itu. Gerak bibirnya berkata demikian. Telingaku juga pasti tidak salah mendengar. Hawa dingin dari tangan Seungbo yang menggenggam tanganku terasa semakin menusuk. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi yang tampak dari wajahku sekarang sampai Seungbo menarik tangannya yang dulunya menggenggam tanganku menjadi mengusap pipiku lembut.

"Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja."

"A-" Sangat serak. Aku bahkan terkejut mendengar suaraku sendiri.

"Tidak apa-apa."

"Apanya yang baik-baik saja?"

Mataku memanas. Sangat panas sampai aku tidak bisa membuka mataku. Satu tetes air mata jatuh. Itu saja. Tidak lagi. Aku terlalu sering menangis akhir-akhir ini. Dan aku sangat lelah karenanya. Aku tidak ingin menangis lagi. Terlalu menyedihkan bagai seseorang yang haus perhatian. Justru aku tidak ingin ada orang yang memperhatikanku. Setidaknya saat ini. Aku hanya ingin sendiri. Mencoba menyatukan potongan kejadian yang barusaja terjadi.

"Kita bisa mencari dokter terbaik-"

Seungbo berkata seolah hanya ada aku di depannya. Dia bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaan dokter yang telah memberikan kabar menyedihkan di depan kami. Bukankah dia juga ahli dalam bidang ini? Sehingga bisa menarik kesimpulan diagnosis menyebalkan bagai tipuan di hari April mop ini.

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang