Epilogue

25 2 0
                                    

Laut tropis. Genangan air raksasa berwarna biru menjamah mataku. Angin pantai sepoi-sepoi mengusik tatanan rambutku yang semula rapi menjadi berantakan. Kamu menyukai rambut berponiku. Kamu selalu mengaguminya. Aku tahu kamu menyukai ketika mataku yang lebih sipit darimu tersembunyi di balik poni panjang yang jatuh. Jari lentik mu yang kerap mensisihkan poniku masih jelas kuingat. Biasanya kamu akan mulai mengomel ketika angin mengacaukan rambut panjangmu. Menjadikannya kusut tak lagi rapi.

Aku disini. Menepati janjiku padamu yang gagal ku tepati. Melewati liburan panjang yang telah kita rencanakan sebelumnya. Kamu benar. Laut tropis memang indah, pantas saja kamu menyukainya. Kita hanya pernah sekali pergi ke laut. Waktu itu aku yang memaksa. Menculikmu yang masih memakai piyama di hari liburmu. Aku tidak menyesal sudah melakukan itu. Dan aku tidak akan minta maaf sekalipun kau tidak menyukainya. Karena pada kenyataannya kamu sangat menyukainya. Meskipun kau menuduhku sebagai pria mesum, tak apa, aku menyukainya.

Kenangan indah namun sangat singkat.
Andai aku tahu kalau akan menjadi seperti ini, aku gagal mengajakmu melihat laut yang begitu kau sukai. Harusnya aku lebih keras pada diriku sendiri. Memaksa otakku untuk lebih mengutamakanmu dibanding pekerjaan yang tiada habisnya. Sekarang aku tahu betapa sangat sia-sia nya hidup yang kulalui selama ini. Menyisihkan mu dengan pikiran akan ada waktu lebih baik untuk kuhabiskan bersamamu.

Aku pecundang.

Maafkan aku.

Aku tahu aku tidak berhak mengatakan maaf tapi aku tetap meminta maaf.

Rasa egois yang gagal ku tekan mengarahkan ku pada penyesalan.

Apakah kau mau memaafkan ku?

Sekarang hanya ada kenanganmu. Bahkan bayanganmu sudah menghilang. Binar mata mengalah yang selalu berusaha kau sembunyikan juga tak lagi dapat ku lihat. Otakku mengingat, namun hatiku menolak. Kau telah pergi. Selamanya takkan kembali. Kau tidak meninggalkan luka, tapi penyesalanku menghujam lara. Aku menolak kepergianmu. Meskipun aku tidak bisa apa-apa terhadapnya.

Dua bulan telah berlalu sejak subuh waktu itu. Seongho, bocah yang selalu kau sukai itu akhirnya mengatakan padaku. Kata yang ingin kau dengar terucap darinya. Dia terluka, tentu saja. Tapi seperti biasa, dia menyembunyikannya. Kalian sudah saling mengenal jauh sebelum aku. Kalian lebih mirip saudara kandung dibanding aku. Ini curang. Bagaimanapun aku adalah Hyungnya. Bagaimana bisa kalian lebih saling menyayangi daripadaku.

Kau tidak penasaran bagaimana hariku berlalu selama dua bulan ini? Mayat hidup. Aku tidak bisa menceritakannya karena yang ku ingat hanyalah suara Seongho yang selalu berkata 'Hyung ayo makan' padaku.
Kamu berhasil membuatnya hidup. Dia menjadi sangat dewasa setelah mengenalmu. Kau mungkin tidak tahu kalau dialah yang mengambil semua pekerjaan rumah setelah kau pergi. Dia mengajukan cuti dari akademi. Dia juga pulang ke rumah. Entah bagaimana dia bisa meyakinkan Eomeoni untuk mengizinkannya tinggal bersamaku.

Aku menyukainya. Aku tahu Seongho adalah hadiah darimu. Dan aku berterimakasih.

"Terimakasih sayangku. Aku mencintaimu."

"Hyung!"

Lihat? Dia tidak lagi sungkan memanggilku seperti itu. Kamu yang meyakinkannya.

"Hyung ayo makan."

"Eum."

"Nuna, Hyung tidak apa-apa. Dia akan selalu baik-baik saja jadi Nuna tidak perlu khawatir. Nuna bisa percaya padaku. Aku akan menggantikan Nuna menemaninya. Jadi, Nuna, istrirahatlah dengan tenang. Meskipun ini bukan tempat peristirahatan Nuna, tapi Hyung berkata dimanapun tempat yang Nuna suka, Nuna pasti ada disana. Jadi aku percaya saat ini Nuna sedang ada disini. Melihat dan mendengar semua yang kita lakukan. Nuna, aku sangat merindukanmu."




FIN.

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang