Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^Alunan musik dengan nada rendah memenuhi ruangan. Melodinya halus menyapa telinga. Pijaran lampu yang di kombinasi warna emas sedikit memberikan efek tenang. Tadi Seungbo menyeretku masuk ke tempat ini. Dia tadi berkata hendak mengambil pesanan milik seseorang yang dia panggil Hyung. Orang itu menitipkannya pada Seungbo karena masih ada pekerjaan di kantor. Berhubung Seungbo sejalan dengan lokasi dia menyanggupinya.
Aku sudah berkata akan menunggunya di mobil tapi dia malah membuka kan pintu dan juga melepaskan sabuk pengamanku. Dia tidak memaksa tapi aku tahu dia memaksa. Mana ada orang berkata tidak masalah tapi tangannya bertindak lebih cepat. Dengan sedikit terpaksa akhirnya aku menurutinya turun dari mobil. Dia bahkan menggandeng tanganku, mungkin dia takut kalau saja aku berlari kabur.
Dan disinilah aku. Segera setelah pramusaji membawakan minuman yang telah kupesan aku meminumnya. Aku tidak ada ide akan melakukan apa disini jadi aku hanya meminum teh lemon di depanku. Sementara Seungbo di sampingku masih sibuk dengan ponselnya. Kulihat beberapa kali dia mengetik sesuatu.
"Kau masih saja menyukai lemon."
Kutolehkan kepala. Seungbo sudah menatapku entah sejak kapan. Ponsel yang tadi selalu dia genggam juga dia letakkan diatas meja. Sedang apa dia? Mengambil pesanan atau menunggu pesanan? Hanya mengambil pesanan tidak harus membuatnya bersikap sangat santai sampai harus meletakkan ponselnya di meja. Oh, jangan lupakan segelas es kopi yang dia pesan bersamaku tadi.
"Darimana kau tahu kalau aku menyukainya?"
Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan. Kalau hanya ada kita berdua kenapa dia mengambil kursi di sampingku. Harusnya dia duduk di depanku. Aku tidak terlalu mengerti tentang table manner tapi bukankah harusnya seperti itu? Kecuali kalau menunggu anggota lain yang belum datang.
"Hanya.... Tau saja."
"Hm? Mencurigakan."
Kupicingkan mata menatap Seungbo yang justru menatapku jenaka. Kuperas otakku berusaha menghadirkan kembali kenangan setelah dia menjadi bagian dalam keseharian ku. Kurasa aku tidak pernah menyebut apapun tentang lemon. A, aku jadi teringat tentang Seongho yang dibekap oleh Seungbo ketika hendak mengatakan tentang selai waktu itu. Lain kali aku akan menanyakannya.
"Hyung! Disini."
Seungbo tiba-tiba sedikit berteriak mengagetkanku. Dia melambaikan tangan pada seorang pria bertubuh jangkung yang sedang berjalan kearah meja kami. Setelan jas yang sangat rapi sangat memperlihatkan status tinggi melekat padanya. Rambutnya yang hitam dia sisir rapi memamerkan dahi beserta alisnya yang tegas. Bahkan dari kejauhan aku bisa melihat hidungnya yang mancung. Sangat tampan.
"Hei Seungbo."
Suaranya yang bernada rendah juga tak kalah menambah pesonanya. Tangannya yang terangkat membalas lambaian Seungbo memamerkan jemarinya yang panjang dan kurus. Sangat sempurna. Kalau selama ini aku menganggap Seungbo tampan pria ini jauh berada di atasnya.
"Duduklah."
Setibanya pria itu di depan kami Seungbo menyambutnya. Aku yang masih terpesona karena ketampanannya mengikuti Seungbo berdiri dengan kikuk. Dia pria yang pasti kedudukannya lebih tinggi dari Seungbo. Kalau hanya sebatas teman dia tidak harus berdiri untuk menyambutnya.
"Kau tidak menarikkan kursi untukku?"
Sembari duduk dia mulai membuka percakapan. Tawanya sangat cerah. Lesung pipi yang berbentuk ketika dia tersenyum menambah poin. Sampai sedekat ini pun aku masih terus mengagumi wajah rupawan miliknya. Tapi anehnya itu tidak membuatku gugup. Sangat berbeda dengan ketika Seungbo berada dekat denganku. Beberapa waktu lalu, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love You, I'm Sorry
Romance"Love you. Kembalilah tidur." Ini masih gelap dan kamu tiba tiba menciumku? Sepertinya ada maksud lain di baliknya.