Salting

54 4 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^


"Nuna bisa tolong jemput aku?"

Seongho. Dia menelfonku tepat sebelum aku membuka pintu rumah. Aku tadi tidak langsung menjawabnya karena kedua tanganku yang penuh barang bawaan. Tanganku sebelah memegang payung dan yang satunya membawa belanjaan dari mini market.

Sebenarnya aku hanya berniat membeli payung tapi Seungbo memaksaku sekalian membeli persediaan dapur. Dia berkata kalau kulkas sudah hampir kosong karena setiap malam Seongho menghabiskannya sembari bercosplay menjadi kelelawar.

Tadi ketika mendengar kata 'cosplay kelelawar' aku tertawa. Dalam pikiranku aku membayangkan Seongho memegang spatula dengan memakai pajama kelelawar. Ternyata bukan seperti itu. Seungbo mengatakan kalau itu perumpamaan Seongho yang selalu bangun tengah malam.

"Kau tidak bawa payung?"
Kulirik Seungbo. Dia bertanya tanpa suara 'kenapa?' padaku.

"Suruh Hyungmu yang jemput. Aku lelah."

"Tidak mau. Pokok harus Nuna yang jemput."

"Dasar bocah aku belum masuk rumah tau."

"Makanya itu sekalian jemput aku."

Dari nada bicaranya aku tahu Seongho kembali bersikap kekanakan. Untung saja aku tidak melihatnya. Kalau saja dia ada di depanku sudah pasti satu jitakan keras mendarat di kepalanya.

"Hei Seungbo kau yang jemput adikmu ya."

Aku sengaja mengatakannya keras supaya di dengar oleh Seongho. Aku tahu bocah satu itu sebenarnya merindukan sosok kakaknya yang dulu sering menjemputnya pulang sekolah ketika dia masih kecil dulu. Hanya saja ketika dia sudah beranjak dewasa Seungbo terlalu sibuk dengan pekerjaan dan melupakannya.

"Tidak!! Kalau sampai manusia itu yang datang aku tidak mau pulang."

Nah benar kan? Seongho langsung berang. Coba saja dia mau jujur pasti tidak akan merepotkan. Dia berkata seperti itu karena ingin lebih di perhatikan.

"Yasudah kau tidur saja disana!" Sahutku.

Puas sekali rasanya menggoda Seongho. Setelah ini ketika sampai rumah dia akan berpura-pura marah padaku. Mengunci pintu kamar. Dan tidak mengajakku bicara.

Sebelumnya sikap seperti inilah yang paling kutakuti tapi sekarang tidak lagi. Karena sekarang dia berbagi kamar dengan Seungbo dia tidak akan bisa mengunci kamar. Tragedi rumah tangga pasti menjadi tontonan ku kalau sampai itu terjadi.

"Baiklah aku akan menjemputmu." Kataku setelah hanya diam cukup lama yang terdengar.

Dan akhirnya inilah yang terjadi. Karena Seongho memaksaku untuk menjemputnya dan Seungbo yang sangat melarangku pergi sendiri dan malah dia mengikutiku. Kami bertiga berjalan beriringan. Tentu saja aku yang menjadi korban lagi. Entah kemana Seongho menghilangkan payung miliknya yang pasti dia merebut payung yang baru ku beli di mini market tadi. Dan aku harus berbagi payung dengan Seungbo.

"Bisakah kau pegang payungnya yang benar?"

Tidak seperti sebelumnya yang bersikap sangat romantis kali ini Seungbo malah sengaja menarik payung sedikit ke arahnya, membuat lenganku basah terkena tetesan air hujan dari payung.

"Kamu ingin ku dekap lagi?" Jawabnya menyebalkan. Aku tahu dia bercanda tapi tetap saja menyebalkan.

"Mau mati?!"

Kuangkat kepalan tanganku ke depan. Karena tanganku yang pendek aku gagal mengarahkannya tepat di depan muka dan malah membuatnya tampak lucu. Setidaknya bagi Seungbo, karena dia tertawa kecil.

"Mana ada orang yang takut melihat kepalan tangan selemah itu."

"Sudahlah. Percuma saja bicara denganmu. Dasar menyebalkan."

Kuturunkan tangan kembali mengantonginya dalam saku hoodie. Sebelum berangkat tadi Seungbo memaksaku memakai Hoodie miliknya. Bukan dengan cara lembut seperti memakaikan padaku dia malah melemparkannya dan sukses mendarat menutupi kepalaku.

"Kalau kamu sakit aku tidak ada waktu untuk merawatmu."

Kurasakan tetesan air tidak lagi mengenai bahuku. Kuputar kepala menatap Seungbo yang masih diam. Ternyata dia memiringkan payung semakin lebar padaku. Aku bisa melihat pundaknya yang lebar menggantikan milikku yang sebelumnya tertetesi air hujan.

"Tidak dingin?" Tanyaku. Berpura-pura tidak melihat rembesan air hujan membasahi lengannya.

"Tentu saja dingin." Dia menjawabku singkat.

"Kalau seperti ini?"

Aku semakin mendekat padanya. Membuat bahuku menempel pada lengannya. Seungbo berhenti sebentar. Menatapku. Kemudian membenarkan posisi payung yang di pegangnya. Meskipun cahaya lampu jalanan tidak terlalu terang aku bisa melihat senyumnya yang perlahan terbentuk. Senyumnya indah. Tanpa sadar aku mengikutinya tersenyum.



Kuharap kalian suka ceritanya.
Kalau suka boleh dong minta bantu dukungan votenya.
Yang mau komen juga silahkan sebisa mungkin bakal aku jawab^_^
Love ya.
See ya😘

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang