Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^"Hachuu!"
"Kau tidak apa-apa?"
Suara bersin yang tidak ku sengaja mengundang perhatian Seungbo untuk memutar kepala dari layar televisi di depannya. Aku tidak bermaksud mengganggunya. Aku hanya sedang berjalan menuju kulkas karena haus.
"Apa yang kau lakukan?"
Seungbo menghampiriku. Sejurus matanya terarah pada rambut basahku. Ya, aku belum sempat mengeringkannya karena rasa haus yang lebih memaksaku untuk cepat mencari air untuk melegakan tenggorokanku yang kering.
"A-aku haus-"
"Ikut aku."
Entah reflek atau karena paksaan aku menurut saja ketika Seungbo menarik tanganku tanpa permisi. Dia menarikku mengikuti langkah kakinya yang menuju ke-
"Kamar Seongho?"
Heran. Aku menghentikan langkah meskipun tanpa melepaskan tanganku yang masih di gandengnya. Seungbo memutar badan menatapku. Seperti tahu apa yang ku pikirkan dia berkata.
"Rambutmu basah. Bukankah harus di keringkan terlebih dahulu?"
"Ah aku bisa melakukannya sendiri nanti."
Aku tidak lupa. Aku hanya terlalu haus kalau harus menunggu mengeringkan rambut dulu kemudian mencari air minum.
"Sudah menurut saja."
Bukan menarik lagi dia sekarang mendorong punggungku masuk ke dalam kamar.
"Nuna?"
Seongho menatapku terkejut. Dia ada di kamar ternyata. Kukira dia tidak akan mau masuk kamar selagi masih ada Seungbo di sini. Aku menarik sudut bibirku menertawakan pikiran konyolku.
Seongho adalah tipe orang yang akan mengeluh berkepanjangan kalau miliknya di rebut. Dia tidak akan mau memberikannya secara cuma-cuma. Entah apa yang telah mereka berdua sepakati.
"Duduk disini."
Setelah membuatku duduk Seungbo menggosok rambutku dengan handuk yang entah sejak kapan dia memegangnya. Sama seperti kemarin malam ketika dia mengangkat cangkir kopi, gerakannya halus. Dia memperlakukan rambutku seolah takut kalau bisa pecah kapan saja.
"Berlebihan." Gumamku.
"Diamlah. Ini tidak akan lama. Sebentar lagi juga selesai."
Barulah kemudian dia mulai menyalakan pengering rambut untuk mengacak rambut panjang yang selama ini ku banggakan.
"Nuna ada apa ini? Ada yang aneh dengan kalian berdua."
"Diamlah kalau tidak mau ku tendang keluar."
Sebelum aku membuka mulut Seungbo sudah lebih dulu menyambar omongan Seongho.
"Kenapa jadi aku yang di usir. Ini kamarku."
"Kau berisik. Sudah makan saja stik kentang mu."
Seungbo melemparkan bungkus Snack di depanku pada Seongho. Masih dengan laptop yang melekat di pangkuannya dia menangkap bungkusan itu dengan senang hati. Aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya karena aku membelakanginya. Tapi aku berani bertaruh kalau dia pasti sedang merengut sembari menyembunyikan senyum tipisnya.
"Aku tidak akan berterimakasih karena ini memang milikku."
"Aku juga tidak menyuruhmu melakukannya."
"Diamlah kalau sampai kau merontokkan rambut Nuna aku akan langsung mengusirmu "
"Jangan berlebihan. Ini hanya hair dryer bukan gunting."
Seungbo menjawab semua cerewetan Seongho dengan nada datar. Tampak sekali dia terlalu malas untuk menanggapinya.
"Dan juga, ini bukan rumahmu kan?!"
Sudahlah aku tidak bisa menahan kekonyolan mereka berdua. Garis melengkung panjang menarik ujung bibirku. Aku ingin tertawa hanya saja ini terlalu berlebihan kalau aku melakukannya. Entahlah. Mungkin fikiranku sedang suntuk dan butuh hiburan sampai hal seperti itu terasa menyenangkan.
"Aku yang akan menendang kalian berdua kalau terus seperti ini." Kataku kemudian.
"Nuna! Berapa lama kita tinggal bersama? Mana bisa di usir begitu saja." Kudengar suara Seongho lebih keras. Entah dia berteriak atau berdiri mendekat aku tidak yakin.
"Tinggal bersama? Tolong jangan berkata yang dapat menimbulkan salah paham Seongho-ssi." Aku mulai menggunakan bahasa formal ku sekarang.
"Nuna! Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu."
"Kalian saling berbicara formal untuk mengejek?" Kali ini Seungbo menengahi.
"Dia lebih menyebalkan. Kau pernah melihatnya melakukan aegyo? Dia selalu meniru bocah esde ketika meminta sesuatu yang tidak masuk akal."
"Sudah berapa lama ini dan kamu masih saja melakukannya?" Seungbo berbicara pada adik laki-lakinya itu.
"Kalian menyebalkan."
Kali ini suara Seongho terdengar mencicit. Tak berapa lama kemudian ku dengar suara selimut di tarik.
"Nuna aku sarankan jangan sampai membuat orang itu marah. Dia akan selalu menggunakan bahasa kerajaan kalau marah. Seperti kakek-kakek saja."
"Benarkah? Kau berbicara seperti itu?" Aku mendongak. Menatap Seungbo yang masih sibuk dengan rambutku.
"Ya.. bisa jadi."
"A.. jadi benar seperti itu."
Entah kenapa aku malah penasaran dengan bagaimana cara dia mengucapkan bahasa rumit seperti itu. Aku tidak terlalu menguasai bahasa kerajaan sebenarnya tapi ketika aku melihatnya dari drama sejarah kupikir tidak terlalu berbeda dengan bahasa yang biasa ku pakai. Tentu saja meskipun ada perbedaan besar antar keduanya. Dan mungkin aku akan membutuhkan tutor khusus kalau ingin menguasainya.
"Hai Seungbo kau mau mengajariku?"
"Tidak terimakasih."
"Cih menyebalkan."
Kuharap kalian suka ceritanya.
Kalau suka boleh dong minta bantu dukungan votenya.
Yang mau komen juga silahkan sebisa mungkin bakal aku jawab^_^
Love ya.
See ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
I love You, I'm Sorry
Romance"Love you. Kembalilah tidur." Ini masih gelap dan kamu tiba tiba menciumku? Sepertinya ada maksud lain di baliknya.