Kenapa? Ada apa?

44 5 1
                                    

Friska menggandeng tangan Luna untuk segera masuk ke gerbong kereta, belum sempat Luna dan Chloe tegur sapa, kereta yang di tumpangi Friska dan Luna sudah berangkat.

"dengan siapa dia?." tanya Chloe dalam hati.
"ah, bukan urusan ku juga." Chloe mengabaikannya dan berjalan pulang, tiba-tiba telfon genggam milik Chloe berdering.
 "Lilia?... halo? Lilia? ada apa?." tanya Chloe.
"Jangan kau berani memberi tau siapapun tentang apa yang terjadi pada kita di toilet tadi, ini akan menjadi rahasia kita berdua." ancam Lilia dari telfon.
"tapi, kan yang mulai duluan kamu, yaaa, aku sudah jelas akan menutupinya-." kata Chloe, seketika dia terdiam.
"ada apa?." tanya Lilia.
"ah tidak, tidak ada, aku tutup telfon dulu ya, aku sedang jalan kerumah, daaah." *tut*.

rasanya ada yang aneh dengan perasaannya kepada Lilia, dia tau, dan dia paham, kalau mereka berdua sudah pacaran sejak 3 bulan lalu, namun, entah karena apa, Chloe merasa semakin hari, hubungan dia dan Lilia semakin toxic, dan semenjak dia kenal dengan Luna, si gadis baru yang baru saja pindah itu, dia merasa kan hal yang tidak ia rasakan saat berpacaran dengan Lilia.


"aku pulang." sapa Luna sambil masuk kerumah.

dia pulang agak telat, karna menunggu kereta jam 6-7 malam itu lama sekali.

"baru pulang?." tegur sang ayah.
"i-iya, maaf aku pulang agak telat, kereta di jam 6 sore itu penuh, jadi kami menunggu sampai jam 7:30 baru ada kereta yang sedikit kosong." jelas Luna.
"yasudah, kamu mandi, ganti pakaian, dan makan malam." bela ibu.

Luna ke kamar dan membersihkan dirinya, lalu turun ke bawah lagi untuk makan malam, setelah selesai, Luna kembali ke atas untuk istirahat, saat di toko musik, Luna di belikan gantungan berbentuk not piano ⅛ oleh Friska sebagai tanda terimakasih karna telah menemani nya.

"aku jadiin gantungan tas deh." gumam Luna sambil mengaitkan gantungan itu ke tas miliknya, karna terlalu lelah, dia akhirnya istirahat, dan tidur.

pagi hari.

di hari minggu, waktu menunjukan pukul 8:00, Luna masih ingat dengan janji nya untuk ikut menonton lomba sains di sekolahnya dengan Clara.

"baiklah, harusnya seperti ini cukup." setelah siap, Luna berangkat ke sekolahnya seperti biasa dengan kereta andalannya, saat sampai di sekolah tepat 5 menit sebelum jam 9:00, dia tidak melihat keberadaan Clara.

"Clara mana ya? kok gak ada." Luna tidak memiliki telfon genggam, jadi dia tidak bisa berhubungan dengan Clara, untung saja anak itu datang.
"huhhahhuhhah~~ kamu-sudah-sampai duluan ternyata." ucap Clara sambil ngos-ngosan.
"ya jelas, aku kan tidak pernah ingkar janji, dan tak akan pernah.", jelas Luna.
"oke oke, yuk kita masuk." ajak Clara.

mereka masuk ke sekolah dan melihat ada banyak sekali murid dari berbagai sekolah perempuan.

"ramai juga ya, tuh lihat, kakak kelas kita... namanya Putri Intan Ara, dari kelas 12A, tuh adik kelas kita, Diana Estrildawati, dari kelas 10A, teruuuuss, lho... angkatan kita mana??." kata Clara sambil menjelaskan dan bertanya.
"mungkin lagi persiapan kali." sahut Luna.
"mungkin, mau liat persiapan mereka gak? kebetulan kan kelas kita sama 11A sebelahan doang?." ajak Clara.
"kalau aku kesana, pasti aku bertemu dengan Tara, tapi apa dia menonton ini juga?." Luna masih bimbang dan malas jika dia harus bertemu teman kecilnya itu.
"Van? mau gak??." tanya Clara lagi.
"ayo deh." Luna meng-iyakan ajakan temannya itu.

Mereka berdua naik ke atas gedung A dan mencoba ngintip-ngintip ke kelas 11A, dan Luna kaget, karena yang ada di dala kelas 11A... Tara.

"Tara?? sedang apa dia disini?." tanya Luna dalam hati.
"kayaknya dia deh yang ikut lomba." ucap Clara berbisik.

"Tara, ikut lomba?." tanya Luna lagi dalam hati.

Tara yang sedang diam dan mempelajari buku-buku sains, menoleh sebab merasa ada yang mengintip, membuat Clara dan Luna cepat-cepat menghindar.

"untung aja." ucap Clara pelan, namun saat ingin mengintip lagi, Tara tiba-tiba ada di hadapan mereka, membuat Clara tekejut setengah mati, Luna terkejut tapi biasa saja, di saat itu mereka berdua kembali bertemu dan saling bertukar pandang, Luna yang tidak bisa diam saja, dia lari menghindar, kali ini Tara megejarnya sampai

"Luna! tunggu!.", Tara memegang tangan Luna membuat Luna berhenti berlari.
"LEPASKAN!" kata Luna sambil menangis, membuat Tara terdiam termenung bingung.
"kau-" belum sempat Tara bertanya, Luna bicara.
"APA MAU MU SEKARANG??! KAU, KAU SUDAH TIDAK PEDULI DENGAN KU LAGI! KITA SUDAH TIDAK ADA HUBUNGAN APA-APA LAGI!" tegas Luna sambil tersedu-sedu, Tara yang masih terdiam mencoba bertanya meminta penjelasan.
"aku, aku salah apa?? tolong katakan Luna!.".
"SETELAH KAMU MENINGGALKAN KU UNTUK PERGI KELUAR KOTA, SEKARANG KAU TIDAK INGAT APA SALAH MU?!! Kau berjanji, KAU BERJANJI UNTUK SELALU MENGHUBUNGI KU, Tapi mana? MANA??!!!." Pekik Luna sambil menangis, membuat Tara tertegun dan terdiam seribu bahasa.
"kenapa? hah? kenapa diam? sekarang kau baru sadar apa kesalahan mu?." ucap Luna kecewa.
"a-aku benar-benar minta maaf, karna-" Luna memotong permintaan maaf Tara.
"karna kau, LUPA! punya teman, yaitu aku." Tara berlutut dan memohon maaf sebesar-besarnya, sejadi-jadinya, membuat Luna sedikit reda dari tangisannya, tapi hatinya tetap kesal dan marah
"aku benar-benar minta maaf." ucap Tara.
"kamu tega, kamu tega ngelupain aku begitu saja?." Luna kembali menangis, Tara yang melihat Luna kembali menangis langsung memeluknya.
"aku, janji padamu, mulai sekarang, di detik ini aku akan ada untuk kamu lagi, aku benar-benar janji." Luna secara perlahan membalas pelukan itu, dan mencoba menerima maaf dari teman masa kecilnya itu.

Secara tidak mereka sadari, ada sosok perempuan di ujung balkon kelas melihat kejadian itu, Clara yang melihat sepintas pun menoleh.

"siapa tadi?." tanya nya dalam hati, dan akhirnya lomba pun akan segera di mulai, terdengar suara toa yang memanggil seluruh peserta ke aula sekolah untuk melaksakan lomba, "aku pergi dulu ya." Tara melepaskan pelukannya dan berpamitan turun untuk mengikuti Lomba, Clara yang menyaksikan semua kejadian itu berusa untuk menenangkan Luna yang masih berkaca-kaca, Lomba sudah di mulai, dan mereka berdua masuk ke aula sekolah untuk meliht lebih dekat lomba sains itu. Lomba dimenangkan sekolah tetangga dengan skor tipis dengan SMA nya Luna.

Luna pulang dengan tenang karena sepertinya dia sudah menyelesaikan masalah di hidupnya, namun... tiba-tiba, ketika Luna sedang jalan, dia di hadang oleh sosok perempuan dengan motor trailnya.

"kau, Vanessa Actias Luna, kan?." tanya perempuan itu, Luna yang kaget tidak menjawab pertanyaan dari perempuan itu.
"kuharap, kau masih mengingatku." kata perempuan itu lagi sambil membuka helmnya, Luna melongo terkejut.


"Lilia Gesneria?.".

I Know Who Im in Love With! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang