Cerai?

143 8 1
                                    

Typo di mana-mana mohon untuk di maklumi

***

"Ahk! Sial!" pekik Hendrik kesal, seraya mengelap sudut bibir nya yang berdarah.

•••

Terlihat Clara tengah merenung di tepi kasur, sendari pulang sekolah ia terus memikirkan bagaimana ke depan nya ia dan Al.

'Tumben tu anak dari tadi diem.' Batin Al bergumam.

"Al." panggil Clara tiba-tiba.

"Hmm." Jawab Al, masih fokus bermain ponsel miliknya di atas sofa.

"Cerai yuk," ucap Clara santai, seperti anak kecil yang mengajak beli permen.

Sontak saja Al yang bermain ponsel langsung menoleh kearah Clara, dengan tatapan heran.

"Hah?" bingung Al.

"Ya, kita cerai. Gimana? Mau gak?" tanya Clara lagi dengan santai.

"Gila, lo!" herdik Al, dan ia pun melanjutkan bermain ponsel nya lagi.

"Ko gila sih, gue serius!"

"Ya, terus?" kata Al acuh.

"Al, lo tau sendiri pernikahan ini tidak di inginkan, buat apa di pertahankan. Lagi pula kita juga masih sekolah, terus pelaku yang nyebarin foto juga udah ketemu, jadi nunggu apa lagi?" jelas Clara.

"Ya, gue tau. Tapi gue gak mau cerai,"

"Lo pernah mikir gak sih? Mama itu sesayang apa sama lo, dia itu udah nyaman sama lo, Ra. Dia sayang sama lo, kalo kita cerai. Gimana perasaan mama Mika?" Angga bukannya tidak mau cerai, sebenarnya dia ingin sekali terbebas dari pernikahan konyol ini, tapi bagaimana dengan ibunya?

"Gue bakal ngelakuin apa pun, demi kebahagiaan mama." Sambung Al.

Clara terdiam dan memikirkan apa yang telah Al katakan, memang benar Mika menyayangi nya dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dari Mika, tapi di sisi lain dia juga ingin terbebas dari pernikahan ini.

"Untuk sekarang, kita bertahan dulu demi mama, setelah lulus baru kita pikir-pikir lagi, gimana?" tanya Al bernegosiasi.

Clara terlihat berfikir, semisal kalo ia dan Al sekarang bercerai mungkin ia juga akan kena amukan masa sang ayah, jadi cari aman dulu.

"Ok, gue setuju." Jawab Clara.

•••

Malam pun tiba, Clara dan Al terlihat sudah selesai melaksanakan makan malam, dan mereka kini tengah duduk di ruang keluarga bersama Mika dan Angga.

Mereka menonton televisi yang menayangkan film sinetron dan memunculkan di mana adegan sang anak perempuan bermanja-manja dengan ayahnya.

'Gue bisa gitu gak, ya?' gumam Clara.

"Mas, mau ke mana?" tanya Mika ketika melihat Angga yang beranjak.

"Ke ruangan kerja, ada pekerjaan yang harus di selesaikan," jawab Angga.

"Oh, gitu. Yaudah Al Clara, mama tinggal dulu sebentar ya, mau bantuin Bik Sumi di dapur." Jawab Mika sekaligus berpamitan.

"Iya, Mam." Jawab mereka.

Mika pun berlalu dari sana dan meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga.

Clara mengambil handphone nya dan membuka aplikasi berlogo telpon itu, dan mencari kontak ayahnya.

Clara: papa di mana? Kapan papa mau jenguk Clara ke rumah Al?

Tidak ada balasan dari sang ayah, tetapi ayahnya itu sedang online.

Clara pun mengetikkan sesuatu lagi.

Clara: Papa cepat ke sini, Clara kangen papa.

Papa: Papa sibuk, Clara. Tidak bisa datang ke sana.

Akhirnya Arthur menjawab pesan dari Clara walupun sangat lama, padahal sedang online.

Bahu Clara merosot saat membaca pesan tersebut, dia rindu sekali dengan sosok ayahnya, selalu saja sibuk dan sibuk ketika Clara meminta waktunya.

Sebagian orang mengatakan, mending menangis di atas mobil mewah daripada hidup kelaparan dengan keluarga.

Tetapi itu tidak berlaku untuk Clara, ia lebih baik hidup kelaparan bersama keluarga, daripada bergelimang harta tetapi tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah, karena sibuk dengan pekerjaannya.

Clara: Tapi Clara kangen sama papa.

   Papa: Sudahlah, Clara. Kamu jangan kekanak-kanakan! 

Lagi-lagi soal kekanak-kanakan, dia hanya rindu dengan ayahnya apakah itu salah? Apakah itu sikap kekanak-kanakan?

"Ck! Anak ini sikapnya kekanak-kanakan sekali!" Arthur melempar ponselnya ke jok sampai mobil yang ia kendarai.

Ia membelokkan mobilnya mengarah ke pekarangan rumah yang lumayan besar, dan ada satpam yang mempersilahkan masuk.

Arthur masuk kedalam pekarangan rumah tersebut, yang entah siapa pemilik rumah itu.

Arthur memarkirkan mobilnya dan turun dari mobil, tidak lupa ia berkaca dan merapikan pakaian nya, ia pun sudah membawa sekuntum mawar merah yang ia sembunyikan di balik jasnya.

Arthur bergegas menuju rumah tersebut dan mengetuk pintu rumah itu.

Tok!

Tok!

Tok!

"Iya, sebentar!" teriak seorang perempuan dari dalam rumah itu.

Cklek!

"Cari si ... apa?" kata wanita paruh baya mungkin umurnya sama dengan Laras ibunya Clara sekitar 38 tahunan.

"Hai, sayang." sapa Arthur.

Bersambung

***

Halo semuanya 👋

Seperti biasa aku kembali update 2 hari sekali.

Maaf kalo bab kali ini pendek atau kurang seru soalnya aku lagi kurang enak badan, initinya semoga kalian suka:)

Jangan lupa untuk di follow Vote, share, dan komen.

Terimakasih sudah membaca dan merespon, tetap stay terus di novel aku, jangan bosan-bosan juga baca nya. 😊

See you next part guys 👋

ALCLAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang