Typo di mana-mana, mohon untuk di maklumi.
***
"Saya , Pak." Terlihat Al bangkit dari duduknya dan berjalan ke depan.
"Ok, Al. Apa judul puisi kamu?" tanya Pak Cahyo.
"Bila Aku Mencintaimu," jawab Al, sambil melirik ke arah Clara.
"Ok, bacakan!" perintah Pak Cahyo, dirinya sudah siap untuk mendengarkan.
"Aku tidak ingin mencintaimu seperti Api pada Kayu, karena suatu saat Kayu tersebut akan habis. Aku juga tidak ingin mencintaimu seperti hujan, karena suatu saat akan reda." Al menjeda bacaannya untuk sesaat, lalu ia menarik lagi nafasnya untuk memulai.
"Yang aku ingin kan hanyalah, mencintaimu seperti Angin, memang tidak terlihat tapi bisa kau rasakan. Aku ingin mencintaimu seperti laut, yang membentang luas tidak ada ujung. Aku juga ingin mencintaimu seperti Langit pada Bumi, yang tidak akan pernah pergi walau malam mengganti.
Aku ingin selalu ada, di setiap langkah mu. Walupun kamu tidak menyedari keberadaan ku." Entah mengapa lagi-lagi Al melirik Clara, ketika sudah menyelesaikan bacaannya.Clara yang di lirik pun, ia hanya bisa diam. Karena dirinya tidak mengerti dengan maksud lirikan Al. Ia hanya melongo dan memperhatikan Al, tanpa berpaling sedikit pun.
Prok!
Prok!
Prok!
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari samping kanan Al, ternyata itu Pak Cahyo yang tengah bertepuk tangan.
"Beri tepuk tangan untuk, Alvaro!" perintah Pak Cahyo, satu kelas pun langsung tepuk tangan.
"Bapak suka sama puisi kamu, Al."
"Terimakasih," ucap Al, seraya tersenyum tipis.
"Tapi, Bapak tidak melihat kamu memegang buku atau kertas, apa kamu tidak mencatat nya?" tanya Pak Cahyo, dirinya memang tidak melihat Al memegang kertas ataupun buku, sendari tadi Al membacanya tanpa teks. Apakah dia menghapal nya?
"Kamu menghafal nya, Al?" tanya Pak Cahyo lagi.
"Iya, Pak." Sebenarnya Al tidak menghafal puisi tersebut, ia hanya mengungkapkan isi hati dan pikirannya.
"Bagus-bagus, Bapak kasih nilai plus untuk kamu." Seketika semua murid langsung menatap tajam Pak Cahyo, karena itu sangat tidak adil, pikir mereka.
"Silahkan, kamu duduk kembali." Al pun langsung berjalan ke arah bangkunya lagi dan mendudukkan diri di sana.
"Kenapa kalian liatin Bapak kek gitu?" kata Pak Cahyo, yang baru menyadari tatapan mereka.
"Bapak ini gak adil, masa Al doang yang di kasih nilai plus, sedangkan kita gak!" protes Azka, dan itu di angguki oleh satu kelas.
"Iya, kita juga kan mau, iya gak, guys?" sahut Kenzi.
"Iya!" teriak satu kelas.
"Ck! Kalo kalian mau Bapak kasih nilai plus, bikin puisinya jangan ngasal! Apalagi punya kalian Azka, Kenzi. Bikin puisi kok di luar prediksi BMKG!" Pak Cahyo kembali memberi sedikit kultum dadakan.
"Di kelas ini cuma Al kayaknya yang waras, selebihnya gak tau ke mana." Pak Cahyo berkata dengan suara pelan, sambil mencatat nilai murid-murid nya.
"Pak, kami dengar, ya!" sahut satu kelas, kecuali Al.
"Tajam juga pendengaran kalian," kagum Pak Cahyo, semua murid-murid nya ini benar-benar spesial.
Kring!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLAR
Teen FictionAlvaro Keanu Dirgantara merupakan salah satu Siswa cerdas dan primadona sekolah, dia memiliki sifat yang dingin sehingga orang-orang menyebutnya es balok berjalan, ia juga memiliki paras yang tampan sehingga banyak di sukai oleh para kaum hawa, teta...