***"Gak salah dengar gue? Modelan garpu somay kayak lo di bilang ganteng?" Lanjutnya lagi sambil menatap Al dari bawah sampai atas.
'Yah emang ganteng sih' batin Clara, seraya menelisik Alvaro.
"Ya, emang gue ganteng," jawab Al percaya diri, dan melirik Clara sekilas.
"Gantengan juga mang Ujang!" ujar Clara membandingkan Alvaro dengan satpam sekolah.
"CLARAAA ... " Teriak seorang gadis dari pinggir lapangan.
"Vania." Kata Clara pelan, yang melihat sahabat nya lari kerahnya.
"Lo lagi ngapain?" tanya Vania yang sudah berada di hadapan sahabat nya.
"Jualan bakso bakar!" jawab Clara ngawur.
"Oh, jualan bakso bakar, gue mau dong satu," pinta Vania sambil tersenyum manis.
"Lama-lama lo yang gue bakar!" tutur Clara kesal, sahabat nya ini memang telmi, tetapi kalo soal pelajaran dia lebih pintar dari Clara.
"Eeh, Al. Lo lagi ngapain di sini?" tanya Vania lagi, tetapi tidak di gubris oleh Al.
"Van, mata lo katarak atau apa sih? Kita ini lagi di hukum," sahut Clara.
"Oh ... di hukum ... Eeh, ya ampun Clara lo di hukum? Ko bisa? Lo buat ulah lagi yah?" pertanyaan beruntun pun keluar dari mulut Vania.
"Ya, biasalah," jawab Clara santai.
"Ihk, lo gak bosen-bosennya yah buat ulah,"
Clara hanya menghela nafas panjangnya, sambil memutar bola matanya melas.
"Oh, iya, si Jessica mana?" tanya Clara, yang tidak melihat Jessica sahabat nya itu.
"Ada di kantin, gue sama Jessica gak tau kalo Lo buat ulah lagi, soalnya tadi gue sama Jessi lagi makan," jelas Vania, Clara hanya menganggukan kepalanya.
"Ya ampun, Al." Ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul ntah dari mana.
"Gila, lo dalam satu minggu ini udah di hukum tiga kali." Seru Azka sambil geleng-geleng kepala.
Azka, Kenzi, dan Evan mereka merupakan sahabat Alvaro dari masa kanak-kanak.
"Al, lo gak ada niatan buat ganti profesi jadi langganan pak Tono kan?" tanya Kenzi serius.
Alvaro hanya memutar bola matanya melas.
"Ya, gak lah anjir! lo ngadi-ngadi aja," ujar Evan yang dari tadi diam kini bersuara.
"Alvaro, Clara." Panggil Bu Ani.
"Kalian di panggil keruang BK lagi, cepet!" Mereka bergegas menuju ruang BK lagi, yang ntah apa kesalahan mereka kali ini.
"Kenapa kalian masih ada di sini? Mau di hukum juga?" Sentak Bu Ani kepada mereka dan langsung saja mereka menggelengkan kepalanya.
"Kalo gitu, Azka ke kelas dulu ya, Bu. mau jualan pulpen," pamit Azka lalu menyalami tangan Bu Ani dengan hormat.
"Terus kalian ngapain di sini?" tanya Bu Ani, kini tinggal Kenzi, Evan dan Vania yang berada di sana.
"Oh, iya. kami hampir lupa, Bu. kita kan tadi di suruh ngitung uban nya mang Ujang malah ke sini," seru Kenzi tidak masuk akal.
"Hah? Kap--" ucapan Vania tertahan ketika mulutnya langsung di bekep oleh Evan.
Mereka pun pergi meninggalkan Bu Ani yang mematung melihat mereka berjalan setengah berlari.
"Ada-ada saja mereka itu." Gumamnya.
Di ruang BK.
"Papa!" pekik Alvaro yang melihat di ruang BK itu ada Angga yang merupakan ayahnya.
Bukan hanya ada Angga saja, tetapi orang tua Clara juga berada di sana yaitu Laras.
"Mama!" ucap Clara yang melihat ibunya tengah nangkring duduk diatas kursi.
"Kalian duduk!" Perintah Pak Tono dan mereka pun menurutinya.
"Jadi gini bapak, ibu. Anak-anak kalian ini selalu saja berbuat ulah, kami pihak sekolah pusing melihat mereka yang terus bertengkar tidak ada habisnya, sampai-sampai toilet sekolah ini bersih semua gara-gara mereka yang selalu membersihkan toilet sekolah sebagai hukuman atas ulah mereka. Jadi bagaimana pendapat kalian atas semua ini?" Jelas Pak Tono panjang lebar.
Terdengar Angga menghela nafas beratnya.
"Kalo begitu, keluarkan saja mereka dari sekolah ini!" jawab Angga dengan raut wajah datar, tetapi kata-katanya mengandung penekanan.
"Apa!" pekik mereka berdua secara bersamaan.
"Saya setuju!" sahut Laras ibu dari Clara.
"Pap, jangan gitu dong. Al janji gak bakal bikin ulah lagi," mohon Alvaro kepada sang Ayah.
"Iya, Clara gak mau pindah sekolah, udah nyaman di sini, Clara janji gak bikin ulah lagi bener, suer." Clara mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Bagaimana ini Pak, Bu?" tanya Pak Tono lagi, jujur saja Pak Tono agak berat dengan keputusannya Angga.
"Baiklah, kalian boleh melanjutkan sekolah kalian di sini, dengan syarat jangan buat onar lagi!" Ucap Angga, Alvaro dan Clara seketika tersenyum mendengar ucapan Angga.
"Dan untuk Kamu, Al. jangan mentang-mentang sekolah ini punya papa jadi kamu seenaknya!" ujar Angga sambil menatap tajam Alvaro.
"Iya, pap," jawab Al.
Alvaro dan Clara pun kembali ke kelasnya dan para orang tua sudah meninggalkan sekolah.
"Gimana, Ra?" tanya Jessica penasaran, mewakilkan Vania.
"Aman!" Jawab Clara santai sambil mengacungkan jempol nya.
Mendengar jawaban dari Clara, Jessica dan Vania langsung terduduk di kursi dengan perasaan lega.
"Sebenarnya yang kena masalah ini kalian apa gue sih?" tanya Clara heran, Clara saja yang kena masalah biasa saja, yah walaupun tadi sedikit ada senam jantung.
"Lo!" Jawab mereka bersamaan.
"Ahk, sudahlah lupakan." Clara langsung duduk di kursinya.
"Woy!" tiba-tiba terdengar suara teriakan dari ambang pintu, semua yang berada di dalam kelas langsung menoleh kearah sana.
***
Next?
Halo semuanya 👋
Bagaimana mana kabarnya baik? Semoga kalian tetap berada di dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa.
Untuk hari ini segitu dulu ya part-nya, semoga kalian suka.
Kalo banyak yang typo mohon untuk di maklumi :)
Terimakasih sudah membaca dan merespon, tetap stay terus di novel aku, jangan bosan-bosan juga baca nya 😊
See you next part guys 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLAR
Novela JuvenilAlvaro Keanu Dirgantara merupakan salah satu Siswa cerdas dan primadona sekolah, dia memiliki sifat yang dingin sehingga orang-orang menyebutnya es balok berjalan, ia juga memiliki paras yang tampan sehingga banyak di sukai oleh para kaum hawa, teta...