Peringatan

247 21 1
                                    


Gak mau maksa buat komen atau vote lagi. Seterah kalian aja^^

_
_
_










Author POV:

Seusai mempercayakan keadaan Rion pada Ibunya dan Xin Yi, Jayden saat ini tengah berada di rumah Ayah mertuanya. Ayah Rion- Renaldi. Dengan keadaan emosi yang tidak stabil tentunya.

Jayden tiba beberapa menit lalu. Ditengah malam ia melawan derasnya hujan hanya untuk menemui Ayah mertua untuk memastikan beberapa hal.

Namun sudah lima menit ia duduk di ruang tamu dan di sambut oleh kakak Rion- Raylie, tapi Ayah mertuanya tak kunjung terlihat sosoknya. Sang Ibu mertua juga sudah menyusul ke kamar tapi juga belum kembali.

"Mm.. Kalau aku boleh tahu, ada perlu apa kau ke sini? Bagaimana dengan pestanya?" Tanya Raylie, yang mencoba memecah keheningan antar keduanya.

Jayden yang tadinya fokus memandangi pintu kamar di mana Ibu mertuanya masuk tadi, beralih pada Raylie yang ada di hadapannya.

"Memastikan sesuatu." Jawab Jayden dan Raylie mengulum bibirnya.

Entah mengapa sejak kedatangan Jayden, ia dapat merasakan aura membunuh pada pria yang 3 tahun lebih tua darinya itu. Ia juga merasa agak gugup. Kenapa juga Ayah dan Ibunya begitu lama?!

"Sudah kubilang aku tidak ingin bicara dengannya!" Perhatian keduanya teralihkan begitu mendengar suara Renaldi yang meneriaki Istrinya sembari berjalan menghampiri mereka.

Renaldi berhenti di samping Raylie. Hanya berdiri sambil mengantongi kedua tangannya, berdiri tegak seakan menantang Jayden.

"Kenapa kau ke sini?!" Tanya Renaldi dengan nada tak menyambut.

"Bisakah anda duduk?" Tanya Jayden tapi Renaldi mendengus dan tertawa meremehkan.

"Ini rumah ku dan siapa kau memerintah orang yang lebih tua?!" Ini kalau ada Rion, udah emosi dia.

Sebenarnya Jayden juga tengah menahan
amarahnya. Ia masih menahan kemarahannya yang nampaknya sudah di ubun-ubun.

"Dalam bisnis aku tak pernah memandang usia." Kata Jayden tegas.

Ia bahkan memberi tatapan tajam nan dingin pada Renaldi. Membuat Renaldi seakan mematung, dan segera duduk saat Raylie dengan kasarnya memaksa sang Ayah duduk di sampingnya.

Raylie begitu peka dengan keadaan Jayden, yang nampak akan segera murka jika ia tidak bertindak. Jangan memancing kemarahan singa yang sedang tenang, pikirnya.

"Maaf Jayden, sejak pulang dari pesta.. Ayahku terlihat tak bisa mengontrol emosinya. Kuharap kau mengerti keadaannya." Ucap Raylie dengan senyum paksa di bibir.

"Lalu siapa yang akan mengerti amarahku dan juga penderitaan suamiku?" Jayden menyahut masih dengan nada dingin dan wajah datarnya.

Sedangkan Renaldi terlihat cemas, ia bahkan tak berani bertatapan dengan Jayden. Sedang Raylie malah kebingungan.

"Suami? Apa terjadi sesuatu dengan Rion?" Tanya Ibu mertua Jayden yang baru ikut bergabung dan duduk di samping Jayden.

Walaupun bisa dibilang Laura adalah Ibu sambung untuk Raylie dan Rion, tapi ia sangat menyayangi keduanya layaknya anak kandung. Dan mendengar penuturan Jayden barusan, membuatnya tiba-tiba saja merasa cemas dan khawatir.

Dalam kepalanya ia sudah memikirkan berbagai macam skenario buruk, yang menimpa putranya itu. Ia bahkan memberikan tatapan bengis pada Suaminya.

Ia sudah curiga dengan perilaku Renaldi, yang terlihat cemas saat pulang tadi. Ternyata apa yang ia khawatirkan bener adanya. Inilah sebabnya sebelum Renaldi memutuskan untuk datang ke undangan besannya ia membujuk Suaminya itu untuk tidak usah pergi.

My Husband [Rewrite] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang