"Aku hanya.." Jayden menjeda sebentar untuk menghapus air matanya."Hmm?" Gumam Rion, bingung dengan perilaku Jayden pagi ini.
"Aku takut.. kalian berdua pergi dan meninggalkanku selamanya.."
"Hmm? K-kalian berdua? Aku dan siapa?"
_
_
_Masih Author POV:
Rion memisahkan diri dari pelukan Jayden. Berniat untuk meminta penjelasan dari apa yang Jayden katakan barusan. Berdua katanya? Bagaimana bisa? Yang dipukul Rion seorang kok!
"Apa maksudmu dengan 'kalian berdua?'" Ulang Rion karena masih belum kunjung mendapat jawaban dari Jayden.
Jayden bukannya menjawab Jayden malah terdiam. Ada keraguan di raut wajahnya, apa ini sesuatu yang penting hingga dia begitu sulit mengatakannya?
Tak sabar, Rion terus mendesak Jayden;
"Jay? Jelasin!" Sedikit menggigit bibirnya sendiri, mengatur deru nafasnya yang mulai tak beraturan, dan berusaha untuk setenang mungkin menjelaskan pada Rion.
"Kamu sedang.." Jayden yang tadinya bertatapan dengan Rion, matanya secara tak sadar mulai mengarah pada perut Rion.
Sontak Rion mengikuti arah pandangan Jayden. Ia memegangi perut bagian bawah yang terasa agak aneh saat di sentuh. Apa karena hantaman dari lutut Ayahnya semalam, membuat perutnya benjol? Hah? Mana bisa!
"Sedang apa? Apa aku.. mengidap penyakit aneh? A-atau kanker ganas?!" Sangking lamanya ia menunggu penjelasan Jayden, Rion malah sudah berpikir yang tak karuan. Dasar.
Jayden menggeleng, kembali menarik Rion dalam pelukannya sambil berucap;
"Kamu tengah mengandung anak kita."
DEG!
Seketika debaran jantung Rion terdengar begitu keras. Bahkan dadanya terasa sesak sekarang. Apa katanya tadi? Anak? Mendengar apa yang Jayden katakan membuat Rion tak tahu harus berekspresi seperti apa.
Ini gila! Jayden pasti salah! Mana bisa ia mengatakan lelucon konyol seperti ini. Jengkel dengan candaan Jayden yang menurutnya sama sekali tidak lucu, Rion segera mendorong Jayden menjauh darinya.
Memberi jarak satu dengan yang lain, hanya sekedar untuk bisa saling menatap. Bertukar pandangan untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Walaupun jawabannya memang sudah ada. Rionnya saja yang tak mau menerimanya.
"Candaanmu tidak lucu!" Ujar Rion sambil melepaskan dengan paksa selang infus di tangannya dan memutuskan turun dari tempat tidur.
Ia berusaha merapikan pakaiannya. Untungnya bekas infus tidak mengeluarkan banyak darah. Jadi Jayden tak terlalu khawatir akan hal itu. Rion tahu benar mereka masih di rumah mertuanya, tapi ia tak ingin berlama-lama di sini. Dadanya akan semakin sesak apabila mengingat kembali kejadian semalam.
Ia juga kesal dengan lelucon Jayden yang menurutnya sama sekali tidak kreatif. Maksudnya bercanda sih boleh, tapi lihat dulu bahan apa yang akan kau bawakan. Jika seperti tadi siapapun akan jengkel mendengarnya. Lebih lagi seorang lelaki seperti Rion ini.
"Sayang, kamu mau kemana? Bergerak perlahan, tubuhmu masih lemah." Jayden berusaha menahan tubuh suaminya itu, dan tanpa sengaja Rion menabrak meja rias begitu ia tiba-tiba kembali merasa pusing.
"Aku ingin pulang," Jawabnya yang melepaskan genggaman tangan Jayden dari lengannya dan kembali mengancingkan kemejanya pada bagian atas.
Selesai itu Rion mencoba mencari jasnya tapi tidak ia lihat ada di kamar ini. Dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband [Rewrite]
FanfictionRion Pradipta adalah anak kedua di keluarganya. Tapi apa jadinya kalau dia di 'jual' ke Jayden Wang untuk menjadi suami mudanya?