"Kalau masih kurang, lo tinggal ngomong aja. Kita bakal tambahin!" Ucap Reygan dan Rion mengangguk senang.
Berbeda dengan Jayden yang urat-urat di dahinya seperti akan keluar dari tempatnya. Ia begitu cemburu dan seperti direndahkan di depan suaminya sendiri. Entah sengaja atau tidaknya Reygan berkata seperti tadi tapi itu menyakiti harga dirinya sebagai seorang suami.
"Masih ada aku, untuk apa merepotkan kalian?"
_
_
_
Mendengar selaan dari Jayden, Vania malah buru-buru berbisik pada Reygan katanya;
"Lo makanya kalo ngomong liat dulu, ada lakiknya apa Kalo dah begini, 'kan ribet jadinya!"
Reygan mendengus, lalu nyengir sambil berucap;
"Ehe.. gak repotin kok, om. Kita-kitanya aja yang pengen manjain Rion. B-biasanya waktu sekolah gitu soalnya."
Vania dan Rion malah menggeleng. Keduanya tak mendebat apa yang ia katakan, tapi cara menyampaikannya agak seperti orang yang sedang sidang skripsi. Bawaannya gugup melulu.
"Sekarang sudah berbeda." Sahut Jayden yang kelihatan tidak mau kalah.
Rion serta yang lain, seakan melihat akan ada pertarungan jika tidak ada yang melerai. Tapi salah satu dari mereka, tidak ada yang ingin maju. Ya sudah, terpaksa Rion lagi. Rion, 'kan pawangnya.
Dengan sekali gerakan, Rion meraih tangan Jayden untuk ia genggam. Semacam bentuk pengalihan saja sih, biar dia ada kesempatan untuk bicara. Dan itu tentu saja berhasil. Jayden mengalihkan perhatiannya pada Rion.
"Lo berdua gak mau sarapan?" Tanya Rion dan Vania serta Reygan menggeleng.
Membuat Jayden kembali memasang wajah ketidaksukaannya dan berucap;
"Kenapa? Kalian tidak ingin sarapan bersama teman dekat?" Sejujurnya ini bukan pertanyaan.
Mendengar itu segera keduanya melambai di udara untuk membantah pernyataan barusan.
"B-bukan begitu om! K-kita berdua harus kuliah.." Jawab Vania.
"I-ya kita harus kuliah! Van.. bentar lagi lo masuk bukannya?!" Spontan Vania menatap Reygan bingung.
"Hah? Gue kelas siang anjj-" Buru-buru Reygan membungkam mulut ember Vania. Dan melihat ke arah Jayden yang nampak datar mukanya.
"Ah-hahaha.. bisa ae lo becandanya Van. dah telat nih! Rion, Om.. kita pergi dulu yah!" Reygan dengan cepat menyeret Vania, masih dalam keadaan membekap mulutnya.
"Hati-hati di jalan!" Pesan Rion yang berdiri secara tiba-tiba. Membuat ketiga orang yang di dekatnya terkejut.
Jayden segera memegang tangan kanan Rion. Mereka takut jika Rion bergerak dengan tiba-tiba seperti tadi, mungkin dia bisa saja merasa pusing dan bahkan jatuh, jika tak bisa menjaga keseimbangan dengan baik.
Rion sedang hamil, dan dalam keadaan yang kurang baik, ingat?! Yah walaupun belum terkonfirmasi dengan pasti, tapi setiap gejala yang Rion tunjukkan sudah cukup bagi mereka yakin.
"Kenapa pada panik, sih?!" Tanya Rion yang memandang ketiganya bergantian.
"Tidak apa-apa, hanya saja.. tolong lebih berhati-hati lagi, yah?" Walaupun Rion agak bingung dengan reaksi mereka, tapi dia mengangguk saja.
Setelahnya Jayden dan Rion bersiap menuju klinik dokter Xue Jia. Mengikuti apa yang dikatakan, hari ini mereka harus check up.
Hari ini Jayden yang menyetir. Ia harus menjaga suaminya ini dengan baik, jadi apapun yang menyangkut Rion sekarang, adalah tanggung jawab utama untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband [Rewrite]
FanficRion Pradipta adalah anak kedua di keluarganya. Tapi apa jadinya kalau dia di 'jual' ke Jayden Wang untuk menjadi suami mudanya?