Berkunjung

225 16 1
                                    


Setelah 'berdamai' kini Rion dan Jayden makan bersama. Berhubung masih pagi jadi Lana hanya menyiapkan susu dan juga roti lapis. Sebenarnya dia agak was-was dengan keadaan Rion.

Sudah seminggu anak ini pilih-pilih makanan. Lana telah menyiapkan mental untuk melihat Rion menolak sarapan lagi.

"Lana.. tolong jauhkan susu dan roti ini." Kata Rion yang membali menutup hidung.

Tuhkan apa kata Lana! Melihat ketidaksukaan Rion, Lana buru-buru memberi kode pada salah satu pelayan untuk menyimpan kembali susu putih dan roti lapis yang sudah tersaji di hadapan Rion.

"Sayang, apa masih merasa mual?" Tanya Jayden yang langsung berpindah duduk di samping Rion.

Menepuk-nepuk pelan punggung Rion. Berusaha membantunya untuk merasa lebih baik.

"Iya, baunya sangat menyengat." Jawab Rion yang mengusap air matanya. Bukan karena menangis tapi karena mual tadi.

"Maafkan saya. Apa Tuan Muda ingin makan yang lain?" Tanya Lana.

"Tak apa. Tolong bawakan buah saja. Apel atau pisang." Kata Rion dan Lana mengangguk.

Segera memerintahkan pelayan untuk mengambilkan apa yang Rion inginkan. Sembari menunggu, Jayden menyeruput tehnya.

"Merasa lebih baik?" Tanya Jayden begitu melihat Rion yang sumringah menatapnya.

Rion mengangguk, dan kembali mendekap Jayden. Begitu manja.

"Hari ini aku tidak ingin pergi ke kampus." Gumamnya. Jayden mengiyakan saja.

"Lagipula kita harus check up hari ini." Sambung Jayden. Rion mengadah.

"Apa.. kali ini akan terlihat?" Rion bertanya dengan ragu.

Jayden membelai rambut Rion dengan lembut dan perhatian, sembari berucap;

"Belum pasti, tapi kita akan mengetahuinya setelah pemeriksaan." Jawab Jayden dan Rion ngangguk saja.

"Sebenarnya.. aku takut," Rion menjeda sebentar. Ia melihat raut wajah Jayden terlebih dahulu. Lalu melanjutkan;

"Jika benar-benar hamil, apa yang akan terjadi padaku? Apa aku akan dianggap pria abnormal? Apa orang-orang akan mencemooh?" Berucap dengan nada bergetarnya, Rion tetap berusaha terlihat baik-baik saja di depan Jayden.

Dia tak ingin Jayden khawatir, tapi dia juga takut dengan pendapat orang-orang. Lebih dengan Ibu dan Ayah mertuanya. Apa mereka akan meminta Rion untuk menceraikan Jayden karena ketidaknormalan nya ini?

"Apa yang kau pikirkan, hm?" Jayden menyadarkan Rion dari lamunannya.

"Tidak ada," Bohongnya sembari menggeleng.

Tapi Jayden tahu itu. Bahwa Rion mengkhawatirkan banyak hal. Sehingga ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi suami siaga dan akan selalu menjadi tempat perlindungan bagi Rion.

"Jangan khawatirkan apapun. Yang harus kau utamakan sekarang adalah kesehatan mu." Ucapnya yang masih setia membelai kepala Rion.

"Tuan Muda, buah apel sudah kami bersihkan, dan ini buah pisangnya. Selamat menikmati." Ucap Lana begitu buah yang Rion minta, tersaji di hadapan Tuan Mudanya.

Rion dengan mata berbinar, segera menyantap apel yang sudah tertata indah di atas piring.

"Mmm.. sangat manis. Aku menyukainya." Ucapnya dengan mulut yang penuh. Membuat Lana senang dan Jayden yang gemas.

"Makan perlahan," peringat Jayden dan Rion mengangguk saja.

"Tuan!" Itu suara Chris.

Membuat perhatian Jayden dan Rion beralih padanya yang baru saja datang menenteng beberapa tas plastik dengan ukuran besar, di kedua tangannya.

My Husband [Rewrite] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang