[Jeya-Zoe] The Night.

121 13 1
                                    

The Night.

Goodnite, My Princess Zoe.”

“Have a nice dream, Jeey.”

.

cw // jikyu fem! au. gxg. gender switch. wlw. gender swap. kisses.

-oOo-


Sepi dan temaram menyambut kepulangan Jeya. Gadis itu melepas sepatunya, langsung diletakkan pada space kosong rak kecil tidak jauh dari pintu flat. Tempo hari ia kerap dapat teguran dari penghuni flat lainnya, katanya sih “Jeey, sepatunya ditaruh di rak ya. Bunda bilang pamali kalau taruh sepatu berantakan di depan pintu gitu.”

“Aku pulang,” sambil berjalan masuk ia umumkan kedatangannya, padahal ruang tengah itu sepi. Hanya ada lampu tidur kecil di atas meja yang menyala.

Tatap Jeya otomatis melihat pintu kamar Joanna. Inginnya segera menerobos masuk kemudian berbaring bersama, agar ia bisa memeluk kekasihnya dengan puas. Tapi Joanna pasti tidak akan mau dipeluk kalau badannya kotor begini, maka Jeya lekas mendekati kamar mandi. Membersihkan diri.

Selang sepuluh menit kemudian Jeya selesai membersihkan diri. Ia menjemur handuknya lebih dulu, baru mendekati pintu kamar Joanna. Mengetuk pintunya pelan.

“Zoe?”

“Masuk aja, Jeey.” pada ketukan kesekian suara Joanna terdengar. “Aku gak kunci pintu, kok.”

Atas ijin itu Jeya mendorong pintu, hal pertama yang ia lihat adalah sosok Joanna dalam balutan piyama tedy bear tengah berbaring. Senyum Jeya tertarik otomatis. Ia segera menutup pintu, dan bergabung di sisi kosong lainnya kasur Joanna.

“Kok belum tidur?” Jeya bertanya seraya mencari posisi nyaman untuk kepalanya. Ia baring menyamping, pokoknya tidak mau lepas menatap kekasihnya.

Cih, bucin.

“Aku nunggu kamu pulang,” jawab Joanna.

“Kangen aku, atau gak bisa tidur kalau gak peluk aku?”

Joanna mengernyit. “Kamu tanya apa, Jeey? Pilihannya sama aja.”

Jeya terbatuk. Salah tingkah. Seharusnya ia sudah paham kalau kekasihnya ini selalu jujur tentang apapun itu, bagus sih, tapi kasihan dirinya. Dibuat salah tingkah terus…

“Yaudah sini dong, akunya kan udah pulang. Gak mau dipeluk kah?” Jeya sudah bentangkan tangan, siap menyambut jika Joanna menghambur ke dalam pelukan.

Tapi gelengan si cantik justru membuat Jeya kaget sedikit.

“Nanti ya, lima menit lagi. Aku masih mau lihat laut.” ujar Joanna.

Melihat video laut adalah rutinitas yang selalu Joanna lakukan menjelang tidur. Jeya kerap mendapati Joanna melakukan itu ketika mereka berbagi kasur karena satu atau dua hal tertentu.

“Zoe, kamu punya gangguan tidur ya?” akhirnya Jeya bertanya.

“Hm, enggak kok. Kenapa?” respon Joanna, matanya melirik sekilas pada wajah Jeya. Fokus Joanna masih pada layar ponselnya yang—sengaja disandarkan pada bantal yang digunakan Jeya—tengah memutar video air laut yang beriak.

“Kamu selalu nonton video laut sebelum tidur,” sahut Jeya. Gadis itu sempat melihat pada layar ponsel kekasihnya, gambar air laut memenuhi layar lebarnya.

“Itu... dari kecil aku selalu kagum sama laut, tapi belum pernah kesampaian melihat laut.” cerita Joanna. Merasa cukup dengan melihat laut, ia menyudahi kegiatan itu dan menaruh fokus pada wajah Jeya—setelah tadi menaruh ponsel di atas meja nakas.

Jeya kaget. “Sama sekali???”

Kepala Joanna mengangguk, “iya. Ndaa—maksud aku Bunda, punya trauma sama laut. Jadinya... keluargaku selalu menghindari laut atau pantai sebagai destinasi wisata.”

“Ada aku, Zoe.” kata Jeya tiba-tiba.

Joanna jadi bingung. “Iya, ini aku bisa lihat kamu kok Jeey.”

“Maksud aku, kita ke pantai yuk? Liat laut.”

Joanna tergugah—bahkan sangat tertarik, antusiasnya tidak bisa ditutupi jika melihat bibirnya yang tiba-tiba tersenyum begitu lebar, pipinya yang berisi pun jadi ikut terangkat. Belum lagi kilatan semangat dari pantulan bola matanya.

Menyaksikan itu di depannya, Jeya tidak bisa hentikan tangannya mencubit atau mengusap-usap pipi sang gadis. “Kamu semangat banget—”

“Iya! Ayo ke pantai! Aku mau lihat laut, Jeey!” Joanna gak sadar kalau ia baru saja memekik tertahan.

Jeya tidak kaget sih, justru dia tambah gemessssss.

“Iya kita ke pantai!”

“Kapan? Besok ya?!”

Jeya tertawa, “besok kamu full kelas loh, Zoe sayang.”

Bibir itu mengerucut—kali ini Jeya gak tahan untuk mengecup bibir Joanna.

“Jeeyyy...” kekasihnya merengek.

“Zoeee... jangan gemess-gemessss bisa gakkk??? Bisa gila akuuuuu...” dan Jeya balas merengek dengan nada serupa.

Keduanya kemudian sama-sama tertawa. Jeya memindahkan guling yang memisahkan mereka, menarik Joanna ke dalam peluk hangat. “Nanti kalau ada kesempatan aku akan ajak kamu ke pantai, aku janji.” dia bubuhkan kecup ringan di puncak rambut Joanna, harum bunga sakura menyeruak dalam penciuman.

Joanna melingkari tangannya di sekitar badan Jeya dan membiarkan wajahnya bersandar pada tulang selangka Jeya. “Okay.”

“Now sleep, Princess.” tangan Jeya yang lebih besar dari milik Joanna mengusak belakang kepala terkasih. “It’s almost one.”

“Hm.. I’m going to sleep now, Dear.” sahut Joanna. Suaranya agak teredam karena wajahnya begitu dekat dengan selangka Jeya, “you too. Kamu pasti lebih capek habis part time.”

Jeya salah tingkah lagi, tapi kali ini ada sedikit rasa bersalah yang membuatnya resah. “Iya sayang. Then.. goodnite My Princess Zoe.”

Have a nice dream, Jeey.” memang tidak ada panggilan sayang yang membuat salah tingkah, tapi kecup hangat yang Jeya dapatkan di atas hidungnya…

Wait Zoe,..”

Joanna mendongak, mata yang hampir terpejam itu kembali membuka bingung. “Kenapa Je—”

Kalimatnya tertelan begitu Jeya menciumnya di bibir. Kecupan ringan terus Jeya curi dari bibir merah Joanna. Harum manis strawberry dari pelembab bibir yang Joanna cukup semerbak, apalagi tidak ada lagi jarak di antara wajah mereka.

Kiss me properly,” jari lembut Joanna tidak berhenti mengelus pipi kekasihnya. Dibanding bergelayut pada leher Jeya, Joanna lebih suka bertumpu pada pipi Jeya.

“Besok aja.” Jeya gigit sebelah pipi Joanna sebagai penutup. “Now sleep.”

“Jeey—”

“Jam satu lewat, sayang. Kalau kamu gak tidur sekarang, besok kamu pasti ngantuk. It will ruin your day.”

“Yaudah peluk—”

“Dari tadi juga udah aku peluk, kan.”

Joanna mendusal di ceruk leher kekasihnya. “Yang erat. Jangan dilepas.”

Jeya tersenyum lebar. “As you wish, My Princess.”








ryoudesune note : republished.

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang