BAB 1

34 4 1
                                    

  RISKA sedang asik memoles diri di depan kaca. Malam ini, ia akan bertemu dengan kekasihnya, Ardan. Menjalin hubungan serius adalah tujuan mereka.

Beberapa gamis telah ia keluar kan demi mencari yang pas untuk malam ini. Ia tak ingin menyia-nyiakan jodohnya itu.

Dari luar, adiknya mengetuk pintu kamarnya. Riska tersenyum sembari mempersilahkan Rista masuk. Rista pun segera membantu kakaknya untuk memilih gamis yang cocok untuk malam ini.

"Biru aja kak. Cantik loh gamisnya. Senada sama warna make up dan sepatumu. Kalo merah kayaknya agak ngejreng deh."ucap Rista sembari memilih warna hijab yang cocok dengan gamisnya.

"Ini hijabnya kak. Sekali-kali pakailah pashmina, jangan segi empat terus. Biar kelihatan modis."ucap Rista sembari memberikan hijab. Riska menyambutnya dengan senang hati.

"Terima kasih adikku. Semoga, kamu pun mendapatkan jodoh yang sesuai untukmu, ya?"

"Aamiin. Dan semoga Kak Riska juga mendapat jodoh yang sesuai. Aamiin."

"Eh, kan udah ada jodohnya dek."

"Oh iya ya.. hahaha"

Mereka lalu bercerita kegiatan yang baru saja mereka lewati. Senda gurau dan sorak gembira membuat kedua orang tua mereka tersenyum gembira. Ibu tersenyum penuh makna.

"Alhamdulillah ya kita dapatnya Riska. Coba kalo yang lain? Pasti ada kecemburuan. Tapi, melihat mereka membuatku merasa senang. Akhirnya kehidupan ku lengkap dengan adanya Rista."ucap Ayah sembari menepuk pundak istrinya. Merekapun saling merangkul.

Mas, maaf ya. Sebenarnya Riska itu anakku bersama mantan pacarku dulu. Suatu saat, aku akan memberitahukan hal ini kepada mu.

***

Ardan menyapu pandangannya untuk mencari keberadaan bidadari surga nya. Lambaian tangan membuatnya terpanggil oleh sosok itu.

"Malam, Ar."sambut Riska lalu kembali duduk di kursinya.

Ardan mengangguk antusias melihat kecantikan Riska. Gamis itu sangat cocok dipakai Riska. Dan, wow baru kali ini Ardan melihat Riska memakai pashmina yang tentu saja membuat nya semakin cantik.

"Maa syaa Allah, calon istriku cantik sekali. Ehm! Hehe.."ucap Ardan gugup. Ia mengambil tisu lalu menyapu keringatnya.

"Ehm! Iya dah, calon istri."celetuk Rista di meja sebrang.

Ardan terpukau melihat kehadiran calon adik iparnya itu. Dimana ada Riska pasti di situ ada Rista.

"Maaf ya, Dek. Tadi kakak iparmu ini ngga lihat."ucap Ardan sembari melirik Riska yang mulai merona. Uhh rasanya Ardan ingin mencubit pipi yang tak pernah disentuhnya itu.

"Songong banget. Rista tak Sudi jadi adik iparmu kak Ardan."balas Rista tak kalah sengit.

"Udah, Dek. Ngga usah banyak bantah ya. Nanti di rumah kek kalian berantem."ucap Riska lalu mulai mengambil sendok.

Sayangnya sendok itu berada di dekat Ardan. Akhirnya dengan muka memelas Riska meminta tolong.

"Ar, minta tolong ambilkan aku sendok dong."ucap Riska malu. Ia menggigit bibirnya untuk menahan rasa malunya itu.

Ardan langsung tersenyum jail.

"Mau Mas ambilkan, Ris?"tanya Ardan dengan nada bercanda. Tentu saja membuat Riska gugup setengah mati.

Iya, karena Riska ngga pernah memanggil dirinya dengan sebutan Mas, atau sayang.

Rista berjalan dengan kesal lalu mengambil sendok, kemudian diletakkan di piring Riska.

"Bisa ga sih ngga usah sok mesra depan adek kecil ini?"sinis Rista.

"Adek kecil tapi udah mens. Ahahahahah".

Bugghh!!!

Sebuah tas melayang dan menimpuk wajah Ardan. Riska sontak tertawa geli melihat kelakuan kekasih dan adiknya itu. Tanpa tahu takdir membawa hubungan mereka kemana.




***

Jangan lupa vote dan coment ya..

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang