MALAM ini Rista tidak lagi tinggal di rumahnya, melainkan tinggal di rumah Ardan yang notabenenya sudah menjadi suaminya.
Suasana hangat meliputi keluarga itu, mereka duduk bersama di ruang tengah. Keluarga besar Abi pun datang untuk merayakan pernikahan Ardan. Kecuali, Rista, dia memilih untuk tetap di dalam kamar Ardan. Ia tidak berani untuk keluar.
Rista komat-kamit tidak jelas, hatinya gelisah sekali. Beberapa kali ia mondar-mandir di depan pintu kamar bagaikan setrika.
Ceklek!
Rista menahan nafas nya sesaat, ia menoleh ke arah pintu. Nafasnya kembali normal ketika mendapati Zahra sedang berdiri di ambang pintu.
Zahra pun masuk lalu menutup pintu. Ia memerhatikan Rista yang tampaknya gelisah. Zahra menaruh beberapa pakaian yang disiapkan Ummi di atas ranjang.
"Kenapa, Ris?"tanya Zahra sembari duduk di sisi ranjang. Rista menarik nafasnya pelan. Matanya tertuju pada Zahra, teman sekelasnya.
"Ra, apa yang harus aku lakukan?" Rista menatap Zahra dengan tatapan yang polos.
"Ya layani suami lah, apalagi?"jawab Zahra dengan sedikit tertawa. Namun, jawaban itu malah membuat Rista kalang kabut.
"Bu-bukan begitu, maksud aku hm..." Rista memutar matanya mencari kata yang tepat agar Zahra tidak salah paham.
"Udahlah, Rista. Kamu nggak usah khawatir, biar Kak Ardan aja ya yang jawab pertanyaanmu."pancing Zahra.
Pipi Rista langsung merona seperti tomat yang sudah terlalu matang. Zahra langsung tertawa terpingkal-pingkal.
"Ih Zahra!!!" Rista mencubit tangan Zahra. Ia tau kalo Zahra mencoba membuatnya salah tingkah.
Ceklek!
Pandangan Rista dan Zahra tertuju pada pintu, beberapa detik kemudian Ardan masuk. Zahra langsung memberi kode pada Rista untuk meninggalkan mereka berdua.
Melihat Zahra yang sudah keluar, Ardan langsung mengunci pintu dengan rapat. Setelahnya, Ardan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Rista masih mematung kebingungan. Ardan menghembuskan nafasnya lalu bengun dan menarik tangan Rista. Rista pun terjatuh di samping tubuh Ardan.
Ardan menatap langit-langit kamarnya. Rista tidak berani menoleh, ia pun turut memandang 99 Asmaul Husna.
"Besok kita pindah ke rumah kita."ucap Ardan lalu menjeda perkataannya.
Rista menoleh ke arah Ardan, ia tidak mengerti maksud Ardan.
"Kak Ardan sudah siapkan rumah?"tanya Rista menyelidik. Baginya aneh sekali Ardan menyiapkan rumah untuk dia.
"Aku sudah menyiapkan rumah, satu mobil Pajero, dan satu motor matic. Sudah dari tahun lalu aku usahakan semuanya untuk Riska. Tapi, dia mematahkan semua harapanku."lanjut Ardan.
Rista mengangguk pelan. Ia sudah tebak rumah itu untuk kakaknya.
Tiba-tiba Ardan naik ke atas tubuh Rista, momen itu berlalu begitu cepat. Rista sedikit terkejut dengan perlakuan Ardan. Ardan menatap mata Rista, bahkan ia menguncinya.
"Aku tidak menyangka adik kecil polos ini sudah hamil. Cih! Kamu hamil dengan siapa? Hah?" Ardan memegang tangan Rista yang langsung memberontak. Telak! Tubuh Rista tidak mampu bergerak.
"Enak ya kamu. Laki-laki lain yang menikmati, tapi menghancurkan mimpi kakakmu sendiri. Ya..aku tau. Karena Riska kakak angkatmu, kan? Makanya—"
"STOOOP!!"teriak Rista yang tidak menerima perkataan hina dari mulut Ardan. Nafas keduanya memburu, sama-sama punya emosi yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rista dan Ardan
RomanceCerita ini adalah lanjutan My Senior My Husband ya. Membahas cerita kakak nya Zahra sama Kakak Iparnya ya. cekidot!