BAB 10

4 1 0
                                    

   Abi memberikan uang pegangan kepada para keponakannya. Hari ini, keluarga besarnya akan pulang. Mereka datang hanya untuk merayakan kebahagiaan Ardan bersama istrinya.


Ummi, Zahra, dan Rista kompak mengisi hadiah dalam paper bag. Ada baju, aksesoris, dan makanan ringan. Sedangkan, Ardan sedang bersenda gurau dengan sepupu-sepupu kecilnya. Rata-rata umur mereka masih sekitar 3 sampai 5 tahun.


"Kak Al,  kapan main ke Puncak lagi? Ajib Lindu loh."ucap anak berumur 4 tahun yang sedang naik di bahu Ardan.

"Nanti ya, soalnya Kakak lagi sibuk kerja, Dek."

"Kelja apa, Kak? Kelja bikin dedek, ya?"sahut anak perempuan berusia 5 tahun, pengucapan huruf R nya agak susah.

Ardan gelagapan ketika diinterogasi adik-adik sepupunya. Semua tertawa mendengar obrolan mereka. Sedangkan Rista sedikit kaku.

"Eh, enggak kok. Anin dengar dari siapa itu?" Ardan menurunkan Ajib karena dipanggil oleh Mamanya.

"Dali Mama lah, Mama Ola juga bilang gitu." Anin menatap Ardan dengan tatapan polosnya.

Ardan menoleh ke Tantenya yang sudah cari alasan ingin menghindarinya. Pandangannya berbalik fokus pada Rista yang sudah menaiki tangga.

"Iya deh pengantin baru, biasa aja kali liatnya."goda Ari, sepupu Ardan.

Ardan tidak menyahut, ia malah duduk bersama Ummi dan Zahra. Diraihnya satu paper bag dan akan membantu mengisi hadiah, tapi Ummi menoel tangannya.

"Bantuin istrimu sana, kan sebentar lagi kalian akan tinggal di rumah baru."ucap Ummi. Ardan langsung menepuk jidatnya.

"Aduh, lupa!"

Ummi menggelengkan kepalanya, anak sulungnya itu belum umur kepala 3 tapi pikunnya seperti orang kepala 5.

Ardan dengan cepat menyusul Rista. Ketika di depan pintu kamar, Ardan mengintip Rista yang sedang menatap bingkai foto di atas meja kecilnya. Sedang memunggunginya.

Ardan masuk dengan mengendap-endap. Ia akan mengagetkan Rista kali ini. Rista seperti merasakan ada orang di belakangnya, akhirnya ia pun berbalik.

"AAAAAAAAAAAAA!!!!! HANTUUUUUUUUU!!!!"teriak Ardan lalu memutar balik tubuhnya, tapi baju bagian belakangnya seperti ditarik.

"Mau kemana, Kak?"ucap Rista dengan pelan, ia hampir susah menggerakkan mulutnya karena masker wajahnya sudah mengering.

Ardan berbalik kembali, ia mengatur nafasnya dengan lebih baik. Lalu,

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"


Plakkkk!!!!!


"Aku bukan hantu!!!"sahut Rista. Ardan masih bergeming. Ia melihat Rista yang sedang mencungkil upilnya.


Iya ya, mana mungkin setan tusuk hidungnya. Iuhh.


"Kamu ngapain coba pake bedak setebal itu?"ucap Ardan sembari menunjuk wajah Rista.


"Ini bukan bedak, Kak. Ini masker."jawab Rista yang tidak terima dengan pertanyaan Ardan.

"Ah terserah mau bedak, masker, tepung, aku ngga peduli. Lagian pagi-pagi begini ngapain pake itu sih? Bikin orang serangan jantung tau ga?!"ucap Ardan yang tidak terima dengan tingkahnya.

"Lagian ngapain masuk ngga pake salam?"

"Suka hati aku lah, ini kan kamarku."

"Kamarku juga, Kak."

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang