BAB 16

6 1 0
                                    

MEJA sebelah kanan Ardan digeplak oleh seorang gadis. Gadis berambut seperti lelaki itu masih mengunyah permen karetnya. Mata Ardan memicing membuat gadis itu mendekatkan wajahnya di depan wajah Ardan. Sontak Ardan pun memundurkan kursinya.

"Hai, Mas Ardan. Masih ingat aku?" Gadis itu berbalik ke sekitarnya. Karyawan dan karyawati sibuk memunculkan opini mereka tentang siapa gadis itu.

"Keluar sekarang, Via. Aku tidak mau kamu merusak reputasiku di kantor ini. Kalo ada yang penting, tunggu saja di tempat biasa." Ardan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tangannya kembali menari di papan keyboard.

Sadar tidak dipedulikan Ardan, Via pun memutuskan untuk menunggu Ardan di tempat mereka biasa ketemu. Yaitu, di tempatnya bekerja. Di sebuah bar ternama di kota Jakarta.

"Ardan, siapa tuh? Itu kan cewek yang nanyain kamu Minggu lalu." Teman di meja sebelah menjulurkan tubuhnya ke arah Ardan.

"Dia nanyain aku di kantor?" Kening Ardan bertaut. Wajahnya memerah ketika temannya itu mengiyakan pertanyaan Ardan. Ardan berdiri dan berjalan ke toilet. Mencuci mukanya sebentar lalu memandangi cermin berbentuk persegi panjang. Untungnya tidak ada orang di dalam.

"Kalo keluargaku tau soal Via, pasti bisa habis aku. Apalagi kalo Riska sampe tau." Setelah menarik napas panjang. Ardan memutuskan untuk kembali ke meja kerjanya. Ia memutuskan harus menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Ia ingin berbicara dengan Via dan mengakhiri semuanya.

***

Setelah insiden asam lambung sebulan lalu, Ummi menyediakan sebuah pekerjaan untuk Rista di usaha kateringnya.

Usaha katering ini, adalah usaha pertama beliau sebelum menikah. Dari bantu-bantu nenek, sampai akhirnya nenek meninggal. Akhirnya Ummi jadi penerus usaha katering ini.

Ummi sempat hiatus waktu mengetahui kehamilan pertamanya. Abi yang meminta. Abi takut janin di perut Ummi kenapa-napa. Apalagi, jenis kelaminnya laki-laki. Abi sangat menyayanginya. Ketika sudah lahir, Abi pun memberikan namanya Ardan. Lengkapnya, Ardan Syarif.

Setelah Ardan sudah umur 6 tahun, Ummi hiatus lagi agar fokus mengurus persiapan kelahiran anak keduanya. Anak kedua berjenis kelamin perempuan. Abi memberi nama Zahra. Lengkaplah kebahagiaan mereka sampai detik ini. Mempunyai sepasang anak yang syukurnya mengetahui ilmu agama.

Rista mengambil beberapa bumbu dan mulai menumis. Aroma dari bumbu itu menyeruak. Ummi sesekali melirik dan memberikan instruksi kepada Rista. Maklum Rista belum pernah memasak. Tapi, setelah kerja bersama Ummi. Rista tau sedikit nama dari bumbu yang sering digunakan Ummi.

"Masukkan jahe sama daun jeruk, Ris." Ummi memberikan arahan pada Rista. Kalo soal jahe dan lengkuas, Rista masih kebingungan. Ia mengecilkan api dan mulai mengingat gambar jahe yang ditunjukkan Ummi kemarin.

Setelah menarik napas panjang, Rista menoleh pada Ummi yang masih memotong bahan. "Ummi, jahe yang besar ada warna merahnya atau yang kecil warna putih?"

Ummi mendongakkan kepalanya, "Itu yang kecil warna putih," Ummi kembali pada pekerjaannya. Sesekali terkekeh geli melihat Rista yang takut terkena cipratan minyak dari wajan.

"Kalo yang di sebelah, ayam nya sudah kamu goreng setengah matang?"

"Sudah, Ummi. Sudah semuanya."

"Ayam yang sudah digoreng itu dimasukkan ke bumbu yang sudah kamu tumis. Aduk-aduk sebentar. Lalu, tambahkan air. Kalo sudah, dibiarkan saja sampai airnya menyusut." Ummi berdiri dan menyediakan air untuk Rista. Rista pun dengan senang hati melakukan semua instruksi dari Ummi.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang