BAB 26

4 0 0
                                    

     "JANGAN bilang kamu nggak tau kalau Alda mendaftar di Singapura? 'Kan kalian satu kelas, Ra."protes Rista pada Zahra.

Zahra cengar-cengir sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya aku mana tau. Dia juga sibuk terus. Keluar kelas terus. Main hp terus. Gimana aku bisa tau?"alibi Zahra sembari meraih cemilan yang sudah dibuka Rista.

"Alesan aja, Ra!"timpal Alda yang tau sikap Zahra selama di kelas.

"Dia mana tau aktifitas aku. Orang dia tinggal mikirin alumni sekolah kita. Itu Ris namanya—"ujar Alda yang terpotong karena Zahra membekap mulutnya.

Zahra memelototi Alda, bagaikan ibu singa yang mengancam anak kucing.

Alda pun menyerah, ia mengalah pada Zahra.

"Hayo loh, aku laporin ke kakakmu ya, Ra."goda Rista santai, "Jadi, siapa namanya?"

"Ih, Rista! Kok kamu nyebelin sih."rengek Zahra seperti anak kecil.  Rista dan Alda tertawa terbahak-bahak.

"Ya nggak apa-apa, btw kok kamu nggak kumpul bareng Ayu sama Farel?"tanya Alda lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Mereka lagi nggak ada kabar. Mungkin liburan di kampung,"jawab Zahra lalu berbalik pada Rista, "Oh ya, Ris. Apa kakakku tau soal kehamilanmu?"

Rista menggeleng cepat,"Aku harap dia nggak tau. Nanti di saat yang tepat baru deh aku kasih tau dia."

"Oh gitu.."



  ***

 

  Ibu dan Pak Madi sedang melakukan perjalanan menuju kota Jakarta. Liburan yang Ibu lakukan selama dua Minggu di Singapura baru saja selesai.

Pasalnya, teman-teman arisan yang mengajak dan membiayai semua keperluannya selama di Singapura.

Suara di belakang membuat Pak Madi melirik Ibu melalui kaca. Ibu sedang mencari suatu barang.

"Cari apa, Dir?"tanya Pak Madi basa-basi. Ia pun seringkali memerhatikan penampilannya di kaca. Ingin sekali menarik perhatian Ibu, lagi.

"Ini aku nyari gelang yang diberikan Rohim sebelum aku liburan ke Singapura. Di mana, ya?"jawab Ibu sembari mengaduk-aduk isi tas nya.

Pak Madi tersenyum kecil, "Dira...Dira. Masa begitu saja lupa? Bukannya kamu titipkan ke Rista? 'Kan kamu nggak mau bawa ke Singapura."

Sontak, Ibu menepuk jidatnya, "Oh iya. Aduh. Heheh. Makasih ya Madi. Kamu memang yang terbaik."

Ibu mengusap bahu Pak Madi sambil tersenyum simpul. Senyuman itu membuat jantung Pak Madi berdesir kembali.

"Aku ingin mengulang masa lalu kita, Dira. Bisa kah?"ucap Pak Madi seraya menahan tangan Ibu di bahunya.

"Hm, baiklah, beri aku waktu. Kamu masih sama, ya. Masih seperti yang aku rindukan."balas Ibu selembut mungkin.

Ya, tentu saja seperti apa yang kalian pikirkan. Ibu dan Pak Madi adalah sepasang kekasih sebelum bertemu dengan Rohim. Yaitu, ayah Rista.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang