BAB 5

8 3 0
                                    

   EMPAT bulan berlalu. Hubungan Rista dan Ohim semakin dekat. Berbeda dengan Riska dan Ardan. Semenjak Riska pulang dari kampung halamannya, dia suka menyendiri. Kadang-kadang selalu menghindari Ardan.

Hal itu membuat Ardan selalu menanyakan keadaan Riska lewat adiknya. Walaupun tak jarang membuat Rista malas untuk mengabarinya.

Rista meraih sebuah buku khusus dunia kedokteran. Baru saja membukanya beberapa lembar. Ardan datang menghampiri mereka.

"Assalamualaikum bidadari surgaku." Ardan menarik kursi di depannya dan duduk di depan mereka.

Riska tak menjawab. Ia hanya fokus pada novel yang lagi viral. Judulnya, My Senior My Husband.


Rista menyenggol lengan Riska. Ia langsung tersadar dan baru menyadari kehadiran Ardan.

"Eh, Ardan, kapan datang?"

Rista mengernyitkan dahi nya. Ardan pun keheranan dengan gadis itu.

"Aku baru datang kok. Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan kah?" Ardan memulai topik baru agar keadaan tidak semakin kikuk.

"Alhamdulillah, Ar."jawab Riska lalu mulai melanjutkan bacaannya.

10 menit berlalu, Rista menghempaskan bukunya. Ia melirik Ardan yang berdiam diri sembari menatap Riska.

"Eh, kak, aku balik duluan ya." Rista berjalan menjauhi mereka.

Riska merasakan badannya gemetar, keringat dingin membasahi wajahnya, serta—ketakutan. Melihat itu, Ardan memanggil Rista yang belum jauh. Rista datang dengan panik.

"Kenapa, Kak? Hah? Kamu kenapa?"tanya Rista sembari memegang tangan kakaknya.

Ardan khawatir dan keluar mencari dokter terdekat. Setelah 5 menit, Riska kembali pada keadaannya semula. Rista langsung memeluk kakaknya sembari menangis sesegukan.

"Kamu jangan tinggalkan kakak sendiri, ya?"lirih Riska dengan tatapan mata yang kosong.

"Iya, Kak. Aku janji ngga akan pernah tinggalkan kakak sendiri. Maafkan aku ya, Kak." Mereka masih berpelukan. Menyalurkan kasih sayang saudara dengan pelukan.

Mereka pun memutuskan untuk pulang menggunakan taksi. Baru saja sampai di pintu keluar, Ardan sudah di hadapan mereka.

"K-kamu ngga apa-apa?"tanya Ardan khawatir.

Rista memberi kode agar kakaknya pulang untuk istirahat. Setelah Ardan mengerti akhirnya mereka berdua pulang kembali ke rumah.





  ***





Rista membopong kakaknya sampai di ranjang. Setelahnya, Riska tertidur nyenyak.

Rista berjalan keluar kamar lalu mencari keberadaan Ibu nya.

"Ibu."

"Ibu!!"

Ibu datang dengan tergesa-gesa.

"Kenapa, Rista?"tanya Ibu panik.

"Kayaknya kita harus cari dukun, Bu. Untuk mengobati penyakit Kak Riska. Aku lihat kejadian tadi pas di Perpustakaan, Kak Riska kayak kejang-kejang. Aku yakin pasti ada apa-apa sama dia."ucap Rista meyakinkan Ibunya.

Ibu terdiam beberapa menit, lalu beliaupun menyetujui ucapan anaknya.

"Halo, Ayah. Ayah hari ini pulang cepat, ya? Jangan lupa panggil dukun paling hebat yang Ayah kenal."

"..."

"Udah, Ayah. Ngga usah banyak tanya, ikut aja apa yang Ibu bilang."

"..."

"Oke."

Tut!

Panggilan diputuskan.

Dua jam kemudian, Ayah sudah sampai dengan dukun terkenal di kota nya. Mbah dengan wajah seram dan rambut putih yang berantakan. Beliau mendekati Rista yang berdiri di depan sofa. Tangannya tepat di kepala Rista.

"Kamu kena santet bulu ayam. Makanya saya rasakan badanmu kejang-kejang."ucap si Mbah membuat Rista bergidik ngeri.

"M-maaf Mbah, saya bukan pasien si Mbah. Pasiennya kakak saya."jawab Rista hati-hati.

Mbah Denok kaget dengan jawaban Rista. Ibu datang sembari membawa hidangan dan teh hangat. Lalu, Ayah membawa Riska yang terkulai lemas.

"Omaygat! Ini dia! Ini dia! Ini perempuan yang telah kulihat di mimpiku tadi siang. Dia perempuan yang sedang diikat pada bulu ayam. Karena itulah badannya kejang-kejang.
Karena setiap ayamnya dilepas, maka ayam itu akan bergoyang kesana kemari. Sebab itu anakmu ini kejang-kejang."

"AHAHAHAHHA!!"

Ibu menyenggol lengan Rista agar menghentikan tertawanya. Rista menutup mulutnya yang bersiap ngakak.

Si Mbah mengambil teh lalu meminum dan menyemburkan pada wajah Riska. Sesaat kemudian, Riska merasakan mual yang tidak bisa ditahan. Akhirnya dia pun muntah.

"Uheekk!!"

"Tuh kan! Saya bilang juga apa! Anakmu ini kena santet bulu ayam."lanjut Si Mbah.

Ibu dan Ayah mengangguk menyetujui perkataan Si Mbah. Ibu mulai membersihkan bekas muntahan Riska. Sedangkan Ayah mendekati Si Mbah.

"Lalu, bagaimana cara melepas santet bulu ayam itu, Mbah?"tanya Ayah dengan sedikit berbisik.

"Cara melepaskannya potong 7 ayam pada malam Jum'at, lalu bawa ke rumah saya."jawab Si Mbah.

"Baik, saya akan lakukan apa yang Mbah bilang. Tapi, sampai kapan ritual itu dilakukan?"

"Sampai dia sembuh."






***




HI! JANGAN LUPA MAMPIR MELIHAT KESERUAN RISTA RISKA ARDAN.

JANGAN LUPA UNTUK MEMBERI DUKUNGAN. 🤭

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang