BAB 29

3 0 0
                                    

    MATAHARI baru saja menyembulkan kepalanya, namun Ardan masih menggeliat di pelukan istrinya.

Sehabis sholat subuh ia langsung melanjutkan tidurnya. Padahal sebentar lagi ada pertemuan dengan klien. Tepatnya jam 9.

Rista mengusap lembut rambut hitam legam itu, lengkungan senyum tipis mewarnai sudut bibirnya. Sangat menggemaskan sekali suaminya.

"Jangan pergi dulu ya, Ris. Aku masih pengen meluk." Ardan menggumam tanpa membuka matanya.

Tentu saja hal itu membuat istrinya kebingungan, "Tumben, Mas. Kamu kecapean banget, ya? Mau aku pijit?"

"Nggak usah. Memeluk kamu aja udah bikin pegal-pegalnya hilang."jawab Ardan lagi-lagi belum membuka matanya.

Andai saja ia melihat reaksi istrinya kali ini, dipastikan ia akan mencubit pipi chubby dengan semburat merah jambu itu.

Rista hanya mengangguk pasrah. Ia pun menutup matanya kembali. Mereka melanjutkan mimpi mereka bersama.


 

  ***






  Ardan memasuki sebuah restoran mewah. Kali ini klien nya ingin bertemu di restoran. Sekalian makan siang.

Dengan pakaian formal dan beberapa dokumen penting di map nya, klien nya bisa menemukan Ardan.

Seorang CEO berumur 35 tahun dan seorang lelaki yang baru saja masuk TNI.

Ardan tersenyum kikuk pada anak muda itu, ia seperti pernah melihatnya. Tapi, ia tidak tau di mana.

Tentara itu pun tersenyum manis, bahkan senyumannya seperti penuh makna. Ia masih mengingat pertama kali bertemu Ardan. Yaitu, di gerbang sekolahnya.

Ketika Ardan mengantar Zahra ke sekolah. Saat itu lah ia mengingatnya. Tidak sia-sia menerima ajakan om nya. Ternyata, hikmahnya ia bisa bertemu dengan calon kakak iparnya.

Ardan menjulurkan tangannya bersama dengan Om Arya. Lalu, mereka pun bersalaman.

Hal itu dilakukan juga pada tentara yang hanya senyam-senyum sedari tadi. Bahkan Ardan mengira lelaki itu gay.

"Perkenalkan ini keponakan saya, namanya Ilham."ucap Om Arya memperkenalkan mereka.

Ilham menganggukkan kepalanya, "Lu pasti Ohim, kan? Suaminya Rista. Gue inget banget waktu itu dia menggambar sketsa keluarga bahagianya. Dan suaminya persis banget seperti rupamu."

Ardan diam seribu bahasa. Ia masih mencerna maksud Ilham. Ia mengerti bahasa Ilham, tapi sama sekali kaget dengan penuturannya.

Om Aryo menyenggol lengan Ilham. Ia mengisyaratkan Ilham untuk diam dan menghentikan omongannya.

"Eh, Ardan, silahkan dimulai saja."ucap Om Arya mengganti topik. Beliau pun merasa aneh, setahunya lelaki di hadapannya bernama Ardan, bukan Ohim.







   ***




  Ardan terduduk lemas di kursi kantornya. Setelah menemui Pak Bos ia kembali ke tempatnya. Omongan Ilham berputar-putar di kepalanya.

Ia menangkap maksud Ilham. Berarti selama ini Rista menyukai Ohim dan Ohim pun menyukainya.

Ardan tau betul dan masih mengingat ketika Ohim menawarkan diri untuk menjemput Rista di rumahnya. Setelah mendapat panggilan dari Ibu nya Rista. Sebenarnya saat itu Ardan yang disuruh datang. Tapi, Ohim menawarkan dirinya. Tidak ada alasan lain selain menyukai perempuan itu.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang