BAB 11

8 1 0
                                    

RUMAH ini berukuran 15x11 meter. Dengan bertingkat dua membuat rumah yang didirikan oleh Ardan terlihat sangat luas. Luarnya dicat dengan warna merah, sedangkan di dalam warna silver. Begitu sangat menawan. Pasti jika banyak orang yang datang akan takjub dengannya.

Ada musholah di bagian bawah pojok kiri. Ada dapur di bawah pojok kanan. Ada ruang tengah di antara Mushollah dan dapur. Ada pula ruang tamu yang cukup luas.

Ardan juga menyiapkan sebuah ruangan, ruang perpustakaan. Tepatnya di ruang atas, dihimpit oleh kamar Ardan dan Rista.

Mengingat Riska sangat senang pergi ke Perpustakaan untuk membaca banyak buku. Namun, itu hanya ilusi semata.

Rista meraba jejeran buku sembari berjalan memutari area Perpustakaan. Banyak sekali buku-buku tentang agama Islam. Ada buku Para Nabi dan Rasul, dan...dunia entrepreneur.

Rista menarik buku berjudul "Dunia Entrepreneur". Dibukanya satu persatu lembar buku. Rista tau, perpustakaan ini dibuat untuk kakaknya. Buktinya, Riska sangat mencintai dunia entrepreneur.

Berbeda dengannya, yang menyukai dunia kedokteran, terlebih dunia bedah. Mempelajari anatomi tubuh sangat menarik perhatian Rista. Duduk sambil menghirup aroma kopi membuatnya tambah menikmati suasananya. Ah Rista sepertinya akan melakukan itu.

Ardan sudah pergi bekerja dari jam 7 tadi. Sebelum pergi dia menyiapkan beberapa lembar roti panggang dan segelas susu untuk Rista. Rista sudah terbiasa bangun kesiangan makanya Ardan yang menyiapkan sarapan pagi tadi.

Ibu Sri dan Pak Jamal hanya ditugaskan ketika mereka tidak di rumah untuk beberapa hari.

Jadi, ayo kita mengerjakan pekerjaan rumah! Semangat Rista!! Go! Go! Go!

Rista mengambil beberapa pakaian kotor lalu memasukkannya ke dalam mesin cuci. Tapi, Rista belum pernah melakukannya. Jadi, dia mencari tutorial mencuci pakaian memakai mesin di google.

Setelah menonton tutorialnya, Rista memasukkan beberapa air sampai airnya beberapa senti di atas baju. Lalu, memasukkan deterjen secukupnya. Kemudian dia memutar timer sampai di 5 menit. Mesin pun bekerja.

"Yey! Selesai! Huh capek juga!"ucap Rista lalu melihat-lihat apa yang harus dilakukan.

Matanya tertuju di wastafel yang bersih, tidak ada satupun piring atau gelas atau sendok kotor. Sebelum pergi, Ardan sudah mencuci piring. Untuk membantu pekerjaan Rista.

Rista melirik sapu lalu ia pun menyapu semua ruangan. Dari atas sampai bawah. Semua sudut ia sapu, walaupun sudah kelelahan tetap juga dilakukannya.

Setelah satu jam, Rista terkapar di ruang tengah. Rasanya sangat nikmat ketika lagi capek langsung berbaring di atas lantai tanpa alas, dan kipas angin berputar. Rista sangat menikmatinya.

Ia memandangi rumah yang sedikit lebih bersih. Rista tersenyum bangga lalu ia melanjutkan baringnya di atas lantai.

Pandangannya kini tertuju pada sebuah bingkai foto yang tidak terlalu besar. Letaknya di samping TV. Rista berjalan gontai lalu meraih bingkai foto itu. Kemudian ia berbaring sembari memerhatikan satu persatu.

Fotonya terlihat usang, tampaknya fotonya sudah lama. Di atas kepala mereka ada nama-nama. Pandangan Rista dimulai dari sudut kanan.

"Ini Abi. Ini Ummi. Ini-oh ini mirip Tante yang sinis itu! Ini hm, Tante Ola! Terus ini? Aduh! Lupa aku!"ucap Rista sembari mengingat siapapun yang dikenalkan oleh Ummi.

Rista melihat foto kecil Ardan. Ardan kecilnya sudah kelihatan tinggi dan tubuhnya sudah proporsional. Rista membelokkan telunjuknya di sebelah Ardan. Ada gambar anak kecil berbaju merah sedang tertawa. Di atasnya bertuliskan 'Zahra'.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang