RISTA mengetuk pintu kamar kakaknya. Sudah dua hari kakaknya itu mengasingkan diri dalam kamar. Rasa tak enak melanda hati orang rumah.
Sadar tak ada jawaban, Rista langsung beranjak mengikuti Ayah yang sudah menunggunya di dalam mobil .
"Kenapa? Ngga dibuka lagi?"tanya Ayah melihat wajah Rista murung. Setelah menghela napas, Rista mengangguk. Menyetujui pertanyaan Ayahnya barusan.
"Mungkin lagi ada masalah."
"Tapi, kenapa ngga diomongin? Masalah kalo disimpan sendiri kan ngga enak, Yah."
"Oke, tapi kita perlu mengerti rasa senyaman dia. Mungkin dia nyaman berdiam diri, untuk ke menunjukkan pada dirinya bahwa dia sudah dewasa. Sudahlah, Ayah pasti terlambat masuk kantor kalau kamu aja ngomong terus."ucap Ayah sembari menyalakan mobil. Lalu, mobil menjauh dari rumah.
Sedangkan di dalam rumah, Riska seorang diri. Sedang menangis sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
Kamarnya sudah tak serapi biasanya. Buku-buku kampus berhamburan, serta selimut yang dilempar ke sembarang arah.
Ketika mendengar suara mobil Ayah sudah menjauh, barulah Riska melepaskan tangisannya. Tangisan sekencang-kencangnya.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!!"ucapnya sembari memukul kepalanya di tembok.
"AAAAAAAA!!!!!! KENAPA YA ALLAH?! KENAPA?!!!!! BELUM CUKUPKAH ENGKAU MENGUJIKU?!!!!! SETIAP SIANG DAN MALAM AKU BERSUJUD PADAMU!!! KENAPA ENGKAU TAK MENOLONGKU SAAT ITU?!!!!"
Brak!!!!
Riska membanting lemari kecilnya. Serpihan-serpihan kaca berhamburan. Riska menginjakkan kakinya pada pecahan-pecahan kaca itu.
Sakit di kakinya sudah tidak dia pedulikan. Darah merembes sampai ke lantai. Tak puas juga. Akhirnya dia mengambil pecahan kaca paling besar untuk memotong pergelangan tangannya.
"AAAAAAAAAAAAARGGGHHHHH!!"
Ibu yang sedang di dalam kamar mandi terkaget. Dengan cepat ia berlari ke kamar Riska. Mengetuk pintu banyak kali tapi si empu tak membuka pintu juga.
"Halo, Madi. Kamu ke sini dulu. Oke, secepatnya ya?"
***
Rista berdecak kagum melihat gambaran di belakang bukunya. Gambaran harapannya di masa depan kelak.
Ada Ibu, Ayah, Kak Riska, trus aku, dan disebelahku ada Kak Ohim. Daaaan, di depan ada dua anak kami.
Farel yang sedang berbicara dengan Zahra, terheran dengan tingkah Rista yang aneh. Pasalnya, gadis itu tengah duduk sendirian sembari tersenyum melihat bukunya.
"Dia kenapa, Rel?"tanya Zahra. Ayu yang sedari tadi terdiam langsung menoleh ke kursi belakang, tempat duduk Rista.
"Nggak tau, suka kali dia sama fisika."jawab Farel.
Ayu berjalan mendekati Rista. Ditariknya buku itu sebelum Rista tersadar keberadaannya. Rista mencoba merebut kembali bukunya.
"Ayu, tolong kembalikan. Tindakanmu itu ngga lucu!"
"Eitttss, tidak bisa. Hahahah."
"Ayu!!!"
Kedua gadis itu sedang asik berebut buku. Ilham yang sedang melewati kelas itu sedikit penasaran. Mumpung masih jam istirahat, Ilham mulai masuk ke kelas Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rista dan Ardan
RomanceCerita ini adalah lanjutan My Senior My Husband ya. Membahas cerita kakak nya Zahra sama Kakak Iparnya ya. cekidot!