BAB 19

7 1 0
                                    

LEMBARAN awal ditutup, kemudian lembaran selanjutnya dibuka. Di sini lah Rista, di perpustakaan sembari mencatat ilmu penting yang didapatnya. Sudah seminggu ia belajar agama. Antusiasnya diacungi jempol oleh Ardan.

Temanya masih sama seperti kemarin. Masih dalam tema menghafal bacaan setiap gerakan sholat. Ia sudah hafal bacaan saat ruku' dan sujud. Tapi, masih tersendat pada doa iftitah.

Allahu akbar kabiro walhamdulillahi katsiro wa subhanallahi bukrotaw-washila. Inni Wajjahtu wajhiya lilladzi fatarassamawati wal ardha hanifa muslima wama anaminal musyrikin. inna solati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. lasyariikalahu wa bidzalika umirtu wa anaminal muslimin.

Metode nya masih sama, seperti yang diajarkan Ardan tadi malam.

"Kamu baca terus ulang sepuluh kali, sekalian pahami sama isinya. Biar cepat paham." Ucap Ardan sembari duduk di sampingnya.

Ia mencatat saran dari Ardan biar tidak lupa. Matanya kembali menoleh, "Ada lagi nggak? Soalnya aku lamban kalau dalam hafal menghafal."

"Hm.." Ardan mendongakkan kepalanya ke atas, tampaknya sedang berpikir, "Oh ada nih. Kamu bisa sambil mondar-mandir, biasanya kalau lakukan itu tuh gampang banget hafalannya."

"Wah serius? Aku juga sering kalau menghafal materi. Baiklah, biar aku coba. Semoga berhasil." Ia menyemangati dirinya.

Ardan tersenyum simpul sembari mengacak rambut Rista, "Semoga berhasil."

Rista menggeleng cepat, ia kembali membuka catatan doa iftitah. Kalau memikirkan Mas Ardan terus nggak bakal selesai ini.

Ia kemudian berdiri dan mulai menghafal. Sesekali melirik isi catatannya jika ada bagian yang terlupa.

***

Ardan celingak-celinguk mencari keberadaan Via. Namanya Alvia, gadis entah berantah yang tidak tau jati dirinya. Pertemuan mereka pertengahan tahun kemarin menjadikan Ardan membutuhkannya.

Sesekali mengisap rokok dan menghembuskannya. Beberapa gadis imut datang untuk menawarkan dirinya. Ardan menolak, ia hanya menginginkan Via.

Gadis-gadis itu mengobrol setelah ditolak Ardan.

"Ngapain sih nyari Via terus, nggak bosan dia, hah?" Ujar gadis berbaju mini biru.

"Iya nih. Lagian modelan kayak Via bisa juga ya ngegaet cowok keren kayak dia." Celetuk gadis berbaju kuning.

"Aku prediksi cowok itu tuh udah ada istrinya." Ujar yang paling pendek.

"Hah? Serius? Wah kasihan banget ya istrinya kalau sampai tau."sahut gadis berbaju kuning.

Dari arah belakang, Via menabrak mereka. Matanya memicing sinis membuat mereka ketar-ketir. Mereka pun kabur dari hadapan Via.

"Sorry, Ardan. Aku tadi lagi sibuk."ucap Via sembari duduk di samping Ardan. Ardan mengangguk paham.

"Mau langsung di kamar atau mau di sini dulu?"rayu Via sembari menampakkan kedua bahunya. Baju yang dikenakannya tampak seksi. Terlebih lagi keringat sehabis melayani 'tamu'.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang