BAB 13

9 1 0
                                    

DUA minggu berlalu, Rista sangat suntuk di rumah. Ia tidak mempunyai aktivitas apapun selain mengerjakan pekerjaan rumah.

Kemarin, Alda menawarkan diri untuk menemani Rista. Untunglah besok hari libur. Alda pun bertujuan menghilangkan kerinduannya selama ini. Apalagi sahabat Alda hanya Rista.

Mendengar berita pernikahan Rista beberapa minggu lalu, Alda sempat terguncang. Ia tidak yakin berita itu benar atau tidak. Tapi, setelah mendengar jawaban dari Zahra, akhirnya Alda menerima dengan lapang dada.

Hari ini, Alda datang menemui Rista di rumahnya. Rista sedang asik bercengkrama dengan sahabatnya itu. Baru saja keluar dari Musholla, Ardan dikejutkan dengan Alda. Pasalnya, Alda tidak memakai hijab, serta berkaus ketat.

"Astaghfirullah!"pekik Ardan lalu membalik tubuhnya.

Rista terheran sembari tertawa geli. Dengan sebuah senggolan di sikutnya, Rista menoleh pada Alda.

"Kenapa suamimu?"

Rista mengangkat bahunya, "Nggak tau."

Dengan langkah besar, Ardan meninggalkan mereka dan lanjut naik menuju kamarnya.

Sebuah pesan muncul di layar, Rista langsung membacanya.

Dari : Suami

Cepat naik!

"Heh?" Kening Rista bertaut. Ia memikirkan apa yang terjadi pada Ardan. Tapi, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri Ardan.

"Alda, aku naik dulu, ya? Sebentar aja kok."ucap Rista lalu menaiki tangga.

Sesampainya di kamar Ardan, Rista membuka pintu dengan pelan. Ardan sedang duduk sembari memegangi kepalanya. Kini matanya tertuju pada Rista.

"Sini duduk." Titah Ardan sembari menggeser tempat duduknya.

Rista pun duduk di sampingnya. Degup jantung Rista tidak mampu untuk melanjutkan apa yang harus dilakukannya.

"Kenapa nggak ijin dulu kalo temanmu mau datang?"

"Oh, itu Alda, Kak—"

"Aku tidak tanya siapa namanya! Aku hanya bertanya kenapa kamu tidak meminta ijin dulu membawanya ke sini?!" Ardan menatap murka pada Rista.

Rista pun terdiam membeku. Pandangannya jatuh ke lantai. Ia menggigit bibirnya agar air matanya tidak jatuh.

"A-aku minta maaf—"

"Aku ngga butuh maafmu! Aku tau kamu buta agama! Aku tau! Bahkan hal sepele seperti ini saja, kamu teledor! Tidak tau hukumnya!" Suara Ardan menggema dalam ruangan.

Rista tersinggung dengan ucapan Ardan. Ardan bersikap sangat keterlaluan.

"Kalau begitu bagaimana denganmu yang pacaran dengan Kak Riska?! Apakah itu bukan dosa?! Hah?!" Rista membalas dengan suara yang lantang. 

Deru nafasnya cepat, beradu dengan argumennya.

Ardan tidak mau membahas itu, ia pun meninggalkan Rista sendirian.

Satu persatu air mata Rista berjatuhan. Goyah sudah pertahanannya. Kini isakannya sudah terdengar sampai di telinga Ardan. Ardan melanjutkan turunan tangga, lalu masuk ke dalam mobil.

10 menit kemudian, Rista turun dengan mata yang masih sembab.

"Kamu kenapa, Ris? Kasih tau aku. Biar aku maki dia, Ris." Alda memegangi kedua bahu Rista.

Rista menggeleng, "Masalah kecil doang. Hehe. Emang aku aja yang cengeng."

"Benar kamu tidak apa-apa?" Alda memastikan jawaban Rista.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang