BAB 3

10 3 0
                                    

  "SUDAH seminggu hujan turun tak berhenti, wilayah di persekitaran kota terdengar sudah banjir. Untuk anda yang mau keluar rumah pastikan berhati-hati. Salam sejahtera dari Channel TV. Sekian pemirsa, kita beralih ke......"

Rista mendengus sebal, dagunya masih ditopang di atas meja. Diambil bingkai foto lalu diusapnya. Foto keluarga besarnya 10 tahun yang lalu. Senyum bahagia terpampang jelas.

Di sana ada kakek, nenek, ayah, ibu, dan sepupu-sepupunya. Dan ya, Rista melupakan ada Riska di sana. Meski Rista tau dia adalah kakak angkatnya, tapi Rista sangat menyayangi nya. Begitupun sebaliknya.

Di ramainya foto itu ada gambar anak kecil cewek yang ikut tertangkap kamera. Sayangnya, semua keluarga nya tidak mengetahui gadis itu.

Sudahlah, dari pada rebahan terus lebih baik aku rebus mie instan. Mie instan pake cabe yang banyak, dimakan hujan-hujan seperti ini pasti sangat menyenangkan. Yuhuiii!!


Ponselnya berdering ketika dia sedang asik merebus mie. Apinya dikecilkan sedikit lalu mengangkat panggilan yang entah dari mana. Nomor asing.

"Assa---eh, siapa ini?"

"...."

"Kak Riska ngga ada."

"..."

"Ibu juga ngga ada! Ngapain sih kamu nanyain mereka?!"

"..."

"Eh! Aku ngga kenal ya sama kamu! Jangan bicara omong kosong!! Aku bisa lapor pol---eh, halo! Halo!!!! Bajingan!!!! Brengsek!!!!"


Rista melempar keras ponselnya ke lantai. Nafasnya tersengal. Andai orang tadi ada di hadapannya, mungkin akan sangat buruk kondisi nya saat ini.

Rista terbelalak mendapati mie yang sudah besar dan gosong. Dia menghentakkan kakinya kesal.

"Mana mie nya cuma satu!!! Huaaaaa!!! Ibu!!!!!"




   ***




Tok!!! Tok!! Tok!!!

Ketukan pintu depan mengusik Rista yang malas bergerak. Pasalnya ia sudah seperti mayat hidup. Ketukan itu tak berhenti sampai akhirnya Rista memutuskan untuk membuka pintu.

Dan ternyata yang mengetuknya adalah Ohim. Rista masih mematung. Ohim melambaikan tangannya di depan wajah Rista.

"Gimana woy, nih anak malah ngelamun. Ayo cepat, kita makan di luar. Aku udah kedinginan nih."ucap Ohim sembari memeluk tubuh nya yang basah kuyup.

"E-eh, maaf kak. Hm, tapi Kak Ohim tau dari mana?"

"Udahlah, Dek. Jangan banyak bertanya, ikutlah. Yok!"ucap Ohim lalu berjalan ke depan. Rista dengan cepat mengunci rumah lalu berjalan mengikuti Ohim.

Ohim mendesis kepada Rista yang tak memakai jaket atau apapun. Hanya kaos oblong berwarna putih.

"Udah tau hujan, malah ngga pake jaket. Mau pamer ke siapa?"ucap Ohim sembari menutupi tubuh Rista dengan jas hujan miliknya.

"E-eh, ngga apa kok, kak. Aku bisa walaupun ngga pake ini."jawab Rista sembari melepas jas hujan.

"Jangan ngebantah. Kan orang tua kamu sama kakakmu lagi pergi. Siapa yang mau jagain kamu kalo lagi sakit. Lain kali, ngga usah pake rasa sungkan segala. Ya?"ucap Ohim sembari memakaikan ulang jas hujan pada Rista.

Rista dan ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang