Beginning

27.5K 1K 149
                                    

Disclaimer :
Alur cerita semua hanya fiktif. Just skip and leave peacefully if you don't like the plot.








.













Pernikahan ya? Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak pikiran Haechan bahwa dirinya akan menikah di usianya yang baru saja lulus dari Universitasnya. Sebenarnya bukan hanya itu saja, Haechan memang ingin menikah nantinya, hanya saja.. dengan orang yang dicintainya tentu. Tidak seperti saat ini. Haechan menikah dengan seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Jangankan kenal, melihat wajahnya saja Haechan baru beberapa kali ketika pertemuan keluarga.

Keluarga? Yah, jika memang benar-benar Haaechan memiliki keluarga dengan definisi yang sesungguhnya. Sayangnya, Haechan benar-benar tidak memiliki itu. Ayah dan ibunya memang membesarkan dan menyekolahkan Haechan, namun tidak melimpahinya dengan kasih. Orangtuanya hanya menyayangi anak pertama mereka, Hendery. Terkadang Haechan merasa tersisihkan dalam keluarganya sendiri dan Haechan tidak pernah menemukan jawaban kenapa atas perbedaan yang dialaminya selama ini.

Jika keluarga intinya saja sudah seperti itu, kini Haechan dan keluarga barunya yang tidak lain tidak bukan adalah suaminya sendiri tidak berbeda jauh, Haechan pernah berharap bahwa pernikahannya bisa bahagia kelak. Namun, sekali lagi Haechan harus menelan pil pahit. Suaminya, seorang pria yang meneruskan perusahaan milik keluarga dengan usia terpaut 10 tahun dari Haechan yang baru memasuki usianya yang ke 22. Mark Jung. Tidak pernah sekalipun menganggap Haechan sebagai pendampingnya.

Haechan menatap nanar pada sebuah kertas putih dengan berbagai tulisan yang menyayat hati Haechan. Tertulis dengan jelas disana, bahwa pernikahan yang dilakukan oleh keduanya hanya sekedar persatuan kedua perusahaan milik Jung dan Suh, menjadi sebuah jaminan dengan ikatan pernikahan dari keturunan Jung dan Suh.

Jemari Haechan meraba kata demi kata yang diketik dalam lembaran demi lembaran kertas bertekstur tersebut. Perlahan Haechan mendongak, menatap wajah tegas sang suami yang hanya balik menatapnya dengan tatap dingin dan menusuk. Haechan mengerjap kecil, tidak sanggup bertemu pandang lebih dari sekian detik pada pria yang sudah berstatus sebagai suami di depannya.

"Hyung... apa.. i—ini sungguh diperlukan?"

"Tentu saja. Kenapa? Apa kau berharap menjalani pernikahan denganku seperti pernikahan pada umumnya?"

Haechan menunduk. Dalam hati tentu saja Haechan menjawab iya. Haechan orang yang taat pada agama, setidaknya ia hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya. Tapi rasanya lagi-lagi nasib Haechan memang tidak seberuntung itu.

"Tanda tangani saja, Haechan Suh. Kau dan aku tidak akan pernah berhasil sampai kapanpun. Perlu kau ingat bahwa aku masih menjalin hubungan dengan kekasihku."

Mata Haechan masih berusaha membaca setiap kalimat di berkas tersebut. Mencelos membaca apapun yang tercantum di dalamnya. Jemarinya bergetar kecil saat membaca poin demi poin, dan berhenti di poin akhir.

'Jika pihak keluarga menginginkan keturunan, pihak kedua wajib menuruti dan melakukan peran sebagai pendamping dari pihak kesatu, namun setelah anak tersebut lahir kesepakatan tetap kembali seperti semula. Hak asuh anak akan berada di pihak pertama dan pihak kedua tidak berhak menuntut.'

Hiks.

Air mata turun perlahan di pipi Haechan, Haechan dengan cepat mengusapnya. Hatinya serasa ditusuk benda tajam namun pria di depannya bergeming. Diam dan melipat kedua tangannya di dada. Sedetik kemudian, pria itu,, Mark, mengulurkan tangannya dengan sebuah pulpen yang berada dalam genggaman. Haechan menoleh pada Mark, jemari lentiknya menerima pulpen dengan list keemasan dan terukir nama sang pemilik dengan gemetar. Haechan membawa pulpen tersebut dan menautkan jari jemarinya gugup. Meremas pulpen dengan telapak tangannya yang mulai berkeringat.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang