Pain⚠️

15.1K 892 132
                                    

Disclaimer : ini story ceritanya genre angst! Kalau ngga kuat baca yang sedih-sedih skip aja ya... 😘





.





Haechan terusik dari tidurnya ketika telinganya mendengar suara-suara berisik dari arah ruang tamu. Siapa? Bukankah Mark berkata bahwa dirinya tidak akan pulang? Haechan beranjak perlahan dan menyibak selimut tebalnya, melangkah menuju pintu dan berencana mengintip. Haechan hanya membuka sedikit pintu kamarnya namun tiba-tiba Haechan terjungkal ke belakang karena pintu kamarnya dibuka dengan begitu keras dari luar.

Haechan mendongak dan terkejut melihat sosok suaminya, Mark berada di pintu kamarnya.

"M—mark hyung..?"

Haechan bisa mendengar suara tawa Mark yang kini memasuki kamarnya. Mark berjongkok di depan Haechan yang masih terduduk di lantai marmer.

"Hyung kau mabuk??"

Haechan menghirup aroma alcohol yang begitu kentara dari nafas Mark yang kini hanya berjarak beberapa senti di depannya.

"Aku tidak mabuk... kau.. si perusak itu kan?"

"Huh?"

"Benar itu kau! Gara-gara kau rencana pernikahanku dengan Yeri harus batal! Gara-gara kau dan keluargamu yang nyaris bangkrut itu, sialan! Dan sekarang Yeri meninggalkanku karena telah mengetahui pernikahan kita!"

"Hyung..."

"Kau membocorkannya ya? Padahal pernikahan kita dibuat tertutup tapi kini Yeri tahu!"

Mark mencengkram rahang Haechan kuat, Haechan sudah menangis karena ketakutan. Kedua tangannya memegang lengan Mark berusaha melepaskan cengkraman di rahangnya. Itu sangat sakit!

"Eh?? Jika kuperhatikan baik-baik.. kau ini manis juga ya? Hm.. sepertinya boleh..."

Apa? Haechan masih berusaha mencerna ucapan Mark namun kini tubuhnya sudah dibanting ke ranjang dan Mark mulai menindihnya. Mark terlihat puas melihat wajah Haechan yang sudah basah oleh air mata. Haechan berusaha memberontak dan mendorong tubuh Mark yang jauh lebih besar darinya. Namun Mark berhasil mencegah.

"Where're you going, babe?"

Haechan terkesiap ketika Mark kembali mengungkung tubuh mungilnya bahkan sudah menghisap lehernya serta menjilat telinga Haechan sensual. Sedetik kemudian, bibir Haechan bisa mencecap rasa alkohol karena Mark melumatnya dengan kasar. Kedua tangan Haechan tertahan di samping tubuhnya dan usaha Haechan untuk menghidari ciuman Mark berakhir sia-sia. Nafasnya terengah-engah.

Mark menarik pakaian tidur Haechan hingga kancingnya bertebaran, Haechan memekik kaget dan berusaha kembali mendorong Mark namun Mark melonggarkan dasinya dan mengikat kedua lengan Haechan. Mark membalikkan tubuh Haechan, menahan kepala Haechan tetap berada di ranjang dan mengangkat pinggulnya tinggi.

"Mark hyung! Hyung! Jangan,, kumohon... sadarlah..."

Jemari Mark menyusuri pinggang ramping Haechan yang kini menungging di ranjang, perlahan menuju ke pantat sintal Haechan dan menurunkan celana tidur Haechan. Haechan bergerak-gerak membuat Mark kesal.

Plakk!

"Akkhhh..!!"

"Diamlah sialan! Kau harus melayaniku malam ini, Haechan. Aku akan membiarkanmu tetap di rumah ini dan keluargamu tidak akan kubuat miskin jika kau bisa memuaskanku!"

"Heungg... huhuhuhu.. hyung.. ku—mohon.. lepaskan aku.. aaaaaahhhh!"

"Shit, Haechan...."

Mark menggeram karena penisnya masuk ke lubang sempit milik Haechan. Mark memutar bola matanya karena penisnya serasa dijepit kuat oleh dinding rektum milik Haechan.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang