"A—apa-apaan ini?"
Haechan membelalakkan kedua matanya melihat hamparan kuning cerah di pelataran gereja tempatnya dan Mark akan melakukan peneguhan pernikahan. Haechan masih membuka mulutnya, pasalnya Haechan melihat sekeliling gereja tersebut dipenuhi dengan bunga-bunga matahari.
"Ini... kenapa banyak sekali bunga matahari... wahhh...."
Mata Haechan bergulir dan menjelajah seisi ruangan, terpana dan terpesona karena itu sungguh indah... bunga matahari yang terhampar dari pilar-pilar yang melingkar sejak pintu masuk hingga altar. Selangkah demi selangkah kaki jenjang Haechan menyusuri karpet sambil memegangi lengan Johnny. Johnny sedang membawa bungsu Suh itu menuju ke altar, tempat dimana Mark sudah menunggu dengan wajah berseri dan yahh, matanya kembali terlihat berkaca-kaca. Oh, jangan lupakan si angkuh Mark Jung yang kini sudah berubah menjadi si cengeng Mark jika sudah berkaitan dengan Haechan.
"Cantik sekali bukan, Chanie?"
Haechan mengangguk, Daddy John tersenyum simpul melihat raut terpesona yang jelas terpancar dari wajah Haechan yang dipoles make up tipis. Johnny mengakui jika selera Mark cukup bagus dalam mendekorasi. Mark juga melihatnya, wajah dan manik mata berbinar Haechan kala memasuki ruangan tersebut, dalam hati bersorak girang sambil berkata yes! Di pernikahan pertama mereka yang dilaksanakan tertutup, rasanya tidak ada hiasan berlebihan kala itu. Hanya suram yang mendominasi, maka dari itu Mark akan menggantinya dengan sebuah pernikahan yang teramat indah kali ini.
Mark dan Haechan mengenakan suit berwarna broken white, milik Mark polos dengan hint list emas namun elegan hasil rancangan dari designer ternama di Paris. Sedangkan milik Haechan, berasal dari designer yang sama namun desainnya jauh lebih cantik. Setelan Haechan memiliki sekilas brukat dan hiasan bordir dengan butiran kristal Swarovski yang menjulur serta melingkar dengan indah di sekitar leher, bahu hingga dada lalu polos dengan kilap satin mewah di bawahnya. Di bagian pergelangan tangan Haechan, kainnya sedikit melebar dengan aksen bordir keperakkan.
Langkah Haechan terhenti, ia sudah sampai di depan altar. Mengerjap karena sadar jika hari ini dirinya akan kembali memulai hidupnya yang baru, dengan hati yang benar-benar sudah pulih dari segala luka. Tanpa Haechan sadari, jemarinya meremat lengan Johnny. Daddy Johnny mengelus pelan punggung tangan Haechan lalu maju selangkah, berhadapan dengan Mark.
"Kuserahkan Haechan sekali lagi padamu, Mark Jung. Jaga dia dengan baik..."
Mark mengangguk mantap, tatapan Johnny sudah mengatakan segalanya, walaupun hanya seuntai kalimat yang tercetus dari bibir sang mertua.. Mark paham jika dirinya tidak akan bisa diampuni oleh sosok di hadapannya jika Mark mengecewakan dan menyakiti Haechan lagi. Tapi tenang, Mark tidak sedikitpun berencana untuk itu.
"Haechan Suh, in front of God, once again... I promise to be true to you in good times and in bad, in sickness and in health. I will love and honor you for the rest of my life.."
Haechan tidak dapat menahan tangisnya, pecah begitu saja karena kali ini dirinya benar-benar kembali menjadi seorang Jung. Menantu Jung satu-satunya. Dan sungguh, pernikahannya kali ini melebihi ekspektasi pikirannya mengenai pernikahan idaman. Lihat saja, selain gereja yang disulap menjadi sangat indah... tempat resepsinya pun tidak kalah mencengangkan. Ini bukan lagi ratusan, pasti mencapai ribuan bunga matahari!! Dihiasi begitu mewah dengan lampu-lampu kristal yang menjuntai dan dekorasi kenamaan lainnya.
"Hyung.. apa... harus semewah ini?.... hmm.."
"Bukankah itu keinginanmu, sayang?"
Haechan menoleh, wajahnya nampak bingung. Mark gemas.
"Kau yang bilang padaku jika kau ingin ribuan bunga matahari dan pernikahan yang mewah bukan? Tapi kau tidak usah khawatir karena aku tidak bangkrut."
"Melk... aku hanya bercanda... tidak sungguhan... eng, kenapa kau menanggapinya serius sih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN [END]
FanfictionHaechan Suh tidak pernah meminta untuk dilahirkan tanpa diberikan kasih sayang, tidak pernah meminta untuk menikah tanpa dicintai. Bagaimana jika hati yang begitu kuat telah mencapai batasnya? Bukankah benar yang dikatakan bahwa seseorang tidak aka...