Suffer

10.6K 825 101
                                    

Disclaimer : cerita fiksi, murni pemikiran Noona.. jika ada yang tidak berkenan mengenai plot dan alur. Just leave peacefully okay?

Yang mau lanjut baca... let's go...






.






Mark meraba-raba ranjangnya dengan mata yang masih terpejam. Jemarinya bergerak kesana kemari mencari sesuatu. Ponsel. Sejak tadi ponselnya berdering nyaring tanpa henti. Mengusik ketenangan Mark dari alam tidurnya.

Mark yang masih terlalu malas untuk sekedar membuka matanya hanya melihat sekilas lalu menekan tombol hijau di layar sentuhnya. Mengangkat panggilan masuk yang sedari tadi tidak menyerah membangunkan dirinya.

"Mmm?"

"Mark! Lama sekali mengangkat teleponnya! Jangan bilang kau masih tidur!!"

Mark sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga kala mendengar suara Taeyong mom-nya berteriak. Memang sekarang jam berapa? Mark melihat jam di bagian kiri atas ponselnya. Pantas saja, sudah jam 10.30.

"Sorry mom. I'm very tired.."

"Lelah? Habis melakukan apa memangnya hingga kau kelelahan? Bermain dengan kekasihmu itu? Dengar ya Mark sampai kapanpun aku tidak.."

"Mom, please... aku sendirian di rumah, jangan menuduh macam-macam.. dan kenapa menghubungiku?"

Mark mendengar Taeyong sedikit terkesiap seakan mengingat kembali tujuannya menelepon Mark.

"Ah iya! Mark cepat kemari. Chenle sejak bangun tadi menangis terus, dia mencari Haechan. Aku tidak bisa membujuknya, percayalah aku sudah melakukan berbagai macam cara.. mungkin kau bisa menenangkan Chenle.."

Mark bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang. Matanya masih terasa berat sebenarnya, semalam Mark memperhatikan kembali semua foto-foto vulgar Haechan yang dikirim oleh nomor tidak dikenal. Seperti kata Hendery, Mark menyadari jika dalam semua foto Haechan tampak terpejam. Ekspresinya sama.

Mark merasa bimbang dan menghubungi orang di perusahaannya untuk menyelidiki. Langkah pertama ada pemilik nomor tidak dikenal tersebut, namun sayangnya nomor tersebut tidak terdaftar sama sekali. Tampaknya sengaka dibeli untuk sekali pakai. Semalaman juga Mark bertanya pada dirinya sendiri, apa Mark merasa kasihan terhadap Haechan?

Iya, pasti Mark hanya kasihan! Apalagi setelah mendengar bahwa kemungkinan Haechan bukan anak Johnny Suh dan kenyataan jika Haechan diabaikan oleh keluarganya sendiri. Mark hanya merasa... kasihan..

"MARK! KAU MASIH DISANA?"

"Astaga mom tidak usah berteriak. Aku mendengarmu.."

"Mendengar apa?? Kau bahkan tidak menjawab perkataanku sejak tadi! Bubu tidak mau tahu cepat kemari jemput Chenle. Bawa juga calon istri barumu itu!"

"Yeri? Untuk apa??"

"Mengurusi Chenle tentu saja! Jangan hanya menikah dan harta saja yang dia mau, bukankah kau bilang Yeri yang akan jadi ibu Chenle??"

Mark mendengus kasar sebelum menutup teleponnya. Ucapan Taeyong mom-nya sedikit banyak ada benarnya. Yeri harus membiasakan diri mengurus Chenle, ya jika mereka menikah nanti.

---

Kediaman utama keluarga Jung masih dipenuhi suara tangisan melengking dari Jung Chenle. Wajahnya sudah memerah hingga ke telinga namun Chenle masih menangis. Kehadiran Mark di sana tidak memberikan pengaruh apapun pada Chenle.

Yeri berusaha mendekati Chenle yang masih meraung mencari keberadaan seseorang yang disebutnya mommy. Awalnya Chenle memberontak namun Yeri memeluk bocah kecil itu dan tidak lama kemudian tiba-tiba saja Chenle diam.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang