To My First ⚠️

10.7K 587 54
                                    

Disclaimer : Chapter ini mature, smut and lemon! Be wise dalam membaca dan berkomentar.






.






Suara alunan lagu White Christmas masih mengalun karena memang Donghyuck me-repeatnya ketika menyetel lagu tersebut. Lampu ruang tamu masih dimatikan, tidak berniat untuk dinyalakan kembali. Di sana, Mark melumat Donghyuck, intens dan dalam. Lidahnya menghisap dengan lembut namun menuntut di mulut lawannya.

Jari jemari yang saling terkait itu perlahan terlepas, berpindah ke tempat lainnya. Mark menciumi Donghyuck dengan perlahan namun intim. Jika sebelumnya setiap kali mereka berhubungan, Mark akan mencium dengan kasar dan penuh nafsu, saat ini sebaliknya.

Mark menjauhkan tubuhnya sesaat. Melihat pujaannya dengan dada naik turun karena nafasnya menderu, Mark menyentuh kening, hidung hingga bibir. Tatapannya menyendu.

"Jangan tatap aku seperti itu.. hentikan sebentar tatapan kebencianmu padaku, malam ini saja... setelah ini kau boleh kembali membenciku sepuasmu, Haechan...."

Donghyuck nanar, jantungnya berdegup bertalu-talu, sorot mata pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu tampak jauh berbeda dengan sebelumnya. Donghyuck merundukkan tatapan dari wajah Mark, tubuhnya meremang merasakan jemari Mark berada di balik kaosnya, mengelus lembut sisi tubuh Haechan hingga pinggul. Sentuhan yang jauh berbeda dari persetubuhan mereka selama ini.

Entah kenapa, Donghyuck tidak merasa jika Mark sedang melecehkannya. Sentuhan lembut Mark seakan menyalurkan rasa yang selama ini Donghyuck harapkan, Donghyuck memejamkan matanya kala merasakan kaosnya terangkat dan lidah basah Mark menyapu puncak dadanya. Donghyuck menggigit bibirnya menahan erangan yang sudah berada di ujung bibir.

Mark bangkit sesaat, membuka dengan cepat pakaian sendiri memperlihatkan tubuh yang begitu tegap nan kokoh miliknya, Mark membawa jemari Donghyuck untuk menyentuh dada lalu turun ke perut Mark yang berotot, Donghyuck menahan nafas merasakan tubuh Mark di telapak tangannya. Iya, memang.. selama ini hanya Mark yang berlaku semena-mena pada Donghyuck, memperlakukan Donghyuck begitu buruk dan tidak membiarkan Donghyuck menyentuh tubuhnya. Bertahun-tahun seperti itu, jadi ini kali pertama Donghyuck dapat merasakan tubuh sang suami dengan begitu sadar.

Mark menarik tubuh Donghyuck berdiri, Donghyuck terhentak kaget karena pergerakan tiba-tiba dari Mark. Mark kembali melumat bibirnya lembut, berbisik pelan di telinga Donghyuck yang sudah memerah.

"Aku mencintaimu, Haechan...."

Mark mengelus perut Haechan yang masih rata, lalu turun dan bersujud. Mengecupi perut yang sudah memiliki bekas luka sayat dari operasi ketika melahirkan Chenle. Mark dapat merasakan segaris keloid yang muncul di bekas luka tersebut, menjilatnya pelan membuat Donghyuck sedikit menunduk dan memegang kedua bahu Mark. Berusaha menghentikan kegiatan Mark di bawah perutnya. Karena sumpah demi apapun yang bernafas, usapan lidah Mark membuat gelenyar di perut Donghyuck menggila.

Tatapan Mark turun dari perut ke celana tidur yang dipakai Donghyuck. Dengan cepat Mark menarik turun celana karet tersebut. Pekikan Donghyuck terdengar namun Mark memilih abai dan melesakkan penis mungil Donghyuck dalam mulutnya. Mengulum dan menghisapnya hingga Donghyuck merasa kakinya lemas, seakan tulang-tulang sendinya lepas.

"Le..lepaskan Jung... nghhh..."

"Aku akan melepasnya jika kau memanggil namaku lagi, Haechan..."

Donghyuck mendongak menahan gejolak di pusat inti tubuhnya, Mark mengeluar masukkan penisnya dengan cepat dan mempermainkan lubang kencingnya menggunakan lidah. Donghyuck menggeleng kuat, ini pertama kalinya Mark melakukan oral pada dirinya.

"Ma—Mark ... cu—cukup... aku... shh.."

Mark tersenyum dan berhenti mengulum. Membiarkan rasa tanggung dialami oleh Donghyuck yang sedikit lagi Mark yakin akan mencapai putihnya. Mark kembali berdiri, memegangi tubuh telanjang Donghyuck yang sudah limbung. Kenapa Mark menyiakan tubuh seindah ini? Mark memang mengakui jika seks-nya bersama Haechan semenggairahkan itu selama ini, tapi Mark tidak pernah memperlakukan tubuh sintal sewarna madu itu dengan begitu lembut dan penuh puja. Hanya membiarkan nafsu dan rasa candu menguasai diri.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang