Anguish

9.7K 639 81
                                    

Kediaman keluarga Suh yang seharusnya menyambut tahun baru dengan sukacita haruslah menelan kenyataan pahit karena semua rencana yang telah disusun oleh Ten kini kandas. Berbagai makanan sudah tersaji dengan begitu apik di meja makan, rasanya akan mubazir begitu saja karena baik Johnny maupun Ten sudah tidak memiliki nafsu makan lagi. Sama sekali.

Ten baru saja mendengar dari Hendery jika Haechan telah membawa Chenle pergi keluar Korea Selatan tepat setelah putusan cerainya dikabulkan. Awalnya Ten hanya tertawa sambil memukul ringan lengan putra sulungnya tersebut, menganggapnya sebagai candaan belaka. Raut wajah Ten baru berubah menjadi cemas luar biasa kala mendapati ekspresi serius dari Hendery. Johnny sendiri berusaha menghubungi ponsel Haechan namun tidak lagi tersambung. Hendery bahkan memberikan bukti foto yang diambil oleh Haechan sendiri di bandara kemarin bersama Chenle.

"Ini sungguhan Hen? Haechan pergi? Aku tidak lagi bisa bertemu dengannya maupun Chenle?"

Hendery menatap miris pada Ten Mom-nya yang tampak putus asa. Johnny sendiri sudah menyuruh orangnya untuk mencari tujuan kemana Haechan pergi karena Hendery menolak memberikan informasi.

"Mom, Dad.. sementara ini biarkan dulu Haechan menenangkan diri... kurasa ini memang yang terbaik baginya. Jauh dari semua sumber penyebab rasa sakit hatinya.. Hhh, dari Mark hyung juga .. maaf—dari kalian.. just... give him some time. Jika kita mengejarnya sekarang, Haechan mungkin tidak akan memaafkan semuanya. Biar lukanya sedikit mengering dahulu... percayalah, Haechan baik-baik saja. Ia bisa menjaga dirinya dan Chenle, lagipula..."

"Lagipula apa Hen?"

"No Dad.. tapi ingatlah ucapanku tadi. Jangan mengusiknya saat ini... biarkan Haechan tenang... percayalah ini tidak akan lama dan yakin saja jika Haechan akan kembali bersama kita, maybe.. one day..."

Ten mengangguk paham, jika dirinya berada di posisi yang sama seperti Haechan pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Ten hanya merasakan rasa sakit di hatinya begitu kentara adalah karena ternyata Haechan memberitahukan kepergiannya pada Taeyong. Haechan bahkan berpamitan pada Taeyong, bukan pada dirinya! Ten tahu dia gagal menjadi seorang ibu, namun apa yang dilakukan Haechan benar-benar memvalidasi jika Ten memang tidak pantas menjadi ibu. Ten mengetahuinya ketika dirinya menghubungi Taeyong lewat ponsel.

Tennie - Tae, anakku pergi meninggalkanku... aku benar-benar hancur

T.Yongie - Jangan sedih berlarut Ten, Haechan pasti akan kembali.. dia bilang perginya tidak akan lama...

Tennie - Apa maksudmu? Tae, kau bertemu atau berhubungan dengan Haechan??

T.Yongie - Loh? Haechan berpamitan padaku sebelum lepas landas, ia meneleponku dan yah.. begitu Ten.. memangnya kau tidak tahu?

Hati Ten nyeri bukan main. Harus mendengar jika ternyata Haechan-nya memilih untuk mengucapkan selamat tinggal pada mertuanya. Tapi rasanya itu wajar, karena setidaknya selama ini hanya Taeyong yang memperlakukan Haechan dengan baik. Bahkan menyayanginya.

Tennie - Haechan bilang apa saja Tae? Tell me, please...

T.Yongie - Hmm,, Hanya ucapan terimakasih karena telah menyayanginya Tennie, Haechan menjawab tidak akan lama ketika aku bertanya kapan ia akan kembali... hanya saja aku tidak tahu Haechan pergi kemana.. dia menolak memberi tahu... tenang saja, bibi Park ikut bersama Haechan.. setidaknya aku agak tenang...

Tennie - Apa Bibi Park masih sering memberikan informasi mengenai Haechan padamu Tae?

T.Yongie - Hum, ya selalu... jadi jangan khawatir ya Ten? Fokus saja ketika nanti Haechan kembali...

Tennie - Bagaimana jika Haechan tidak pernah kembali? Aku... a—aku takut...

T.Yongie  - Aku dan Jae tidak akan membiarkan itu terjadi, bukan hanya kau... tapi nanti anakku juga bisa ikut gila jika Haechan tidak kembali...

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang