Craving

8K 560 69
                                    

Johnny yang sudah jauh lebih bugar memang telah diperbolehkan oleh dokter jaga untuk lepas infus. Dirinya saat itu hampir saja terkena serangan jantung ulah dari anak sulungnya. Johnny bahkan menggunakan kursi roda untuk sampai ke ruang rawat dimana Ten telah dipindahkan setelah operasi selesai. Masker oksigen hingga beberapa alat masih terpasang di tubuh kurus Ten.

"Kami masih harus memantau kondisinya minimal 2x24 jam sejak operasi dilakukan. Pasien akan sadar mungkin antara 4 – 6 hari kedepan. Tergantung kondisinya, tapi bisa dikatakan operasinya lancar walaupun pasien sempat mengalami pendarahan di meja operasi. Tekanan darahnya tiba-tiba turun namun kami dapat mengatasinya dengan sangat baik."

Johnny yang didampingi Jaehyun mengangguk, Jaehyun membawa kursi roda yang diduduki Johnny untuk mendekat pada ranjang. Johnny menundukkan kepalanya sambil menggenggam jemari sang istri. Bersyukur tiada henti karena Ten tidak meninggalkannya. Karena ternyata, seburuk apapun Ten ataupun dirinya sebelumnya, ternyata Tuhan masih bermurah hati.

.

Empat hari lamanya Ten tertidur pasca operasi. Dokter bolak-balik mengecek kondisi Ten dan kestabilan detak jantungnya secara berkala. Donghyuck baru saja kembali ke Rumah Sakit setelah sebelumnya menginap di apartemen milik Xiaojun. Yang pertama kali Ten lihat setelah membuka matanya adalah Donghyuck. Dengan genggaman jemari yang erat tertaut di tangannya. Ten mengerjap karena sedikit tidak mempercayai rasa kulit yang bersentuhan, Ten mengangkat tangannya sekuat tenaga dan benar-benar mendapati genggaman itu.

Bukan mimpi? Bukankah Haechan-nya, bungsu Suh itu sudah pergi jauh? Donghyuck mengeratkan jemarinya seakan ingin membuyarkan semua lamunan Ten. Nafas Ten terasa sedikit lebih berat, tidak seleluasa biasanya. Tubuhnya masih menyesuaikan diri dengan benda asing yang sekarang berada di salah satu katup jantungnya.

"Aku benar disini..."

Donghyuck berucap karena melihat Ten yang seakan tidak mempercayai kehadirannya. Lihat saja, genggamannya erat sekali, matanya membola dan mulutnya terbuka.

"Hae—Hyuck... kau.. sung—guh ini kau?"

"Sayangnya kau tidak sedang berhalusinasi.. ini aku..."

"Kau k—kembali... jangan per—gi lagi... please.. maaf.. bukan, ampuni mom Hae—hyuckie...Hyuck..."

Donghyuck memejamkan mata, kenapa keduanya begitu kompak meminta pengampunan darinya? Karena sebenarnya baik Johnny maupun Ten sudah sepakat untuk meminta hal tersebut pada Donghyuck, namun Donghyuck terlanjur pergi setelah perceraiannya terjadi. Tidak memberikan kesempatan bagi keduanya untuk sekedar memohon ampunan pada Donghyuck. Bukan Ten lelah meminta maaf, hanya saja Ten dan Johnny menyadari dengan jelas bahwa memang kata maaf tidaklah sepadan.

"Bo..leh kembali memanggil—mu Haechan?"

"Hm.."

"Tahu tidak... saat pertama kau lahir.. aku sempat bingung memberimu nama.. namun, tidak lama setelahnya aku melihatmu... bayi merah mungil di ranjang.. tersenyum begitu manis.. entah kenapa mulutku langsung mengucapkan kata 'Haechan'... sesuai arti dari namamu... ja..ngan menggantinya lagi ya...?"

"Hm.."

"Mu, mungkin kau bo..san mendengarnya... kau... benar-benar mengampuni kami?"

"..."

"A—ah, aku akan berlutut di depanmu... hanya..."

"Sudah..."

Ten menatap wajah Donghyuck yang duduk di samping ranjangnya. Ingin menyentuh wajahnya saja Ten sekarang tidak berani. Takut jika Donghyuck menghindarinya.

"Haechan.. ak—"

"Berhenti bicara, mom.. sebaiknya kau lebih banyak diam..."

Ten menutup mulutnya, matanya sudah kembali memerah dan panas karena ketusnya reaksi dari Donghyuck. Sepertinya dirinya belum diampuni sepenuhnya. Walaupun hatinya menghangat mendengar panggilan mom yang diucapkan oleh sang anak, bukanlah lagi panggilan Nyonya Suh.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang