Intercept

13.7K 878 72
                                    

Disclaimer : Cerita fiksi, angst, jangan dibawa sampe real life oke? What's in wattpad just stay in wattpad.

.

"Apa yang kau lakukan di sini, Yeri?"

Yeri yang mendengar suara Mark dengan segera menghampiri dan memeluk Mark. Yeri menangis di dada bidang Mark, lengannya meremat erat punggung Mark. Mark tidak membalas pelukan dari wanitanya. Kedua tangan Mark bergeming di saku celana. Mark hanya membiarkan Yeri memeluknya.

Yeri yang menyadari jika Mark tidak membalas, perlahan mengendurkan pelukan dan mengangkat wajahnya. Tinggi Yeri hanya sebatas dada Mark. Tidak jauh berbeda dengan Haechan yang tingginya di perbatasan bahu Mark. Hati Yeri mencelos kala mendapati raut wajah datar tanpa ekspresi dari pria yang bertahun-tahun ini menjadi kekasihnya.

"M—mark.. kau masih marah padaku?"

Mark tidak membuka mulutnya, tetap terkatup rapat dan hanya menaikkan alisnya sebagai respon. Tangisan Yeri semakin terdengar kala menyadari jika Mark masih memendam amarah.

"Maaf—kan aku, Mark.. aku.. aku hanya terlalu menginginkanmu.. aku tidak sabar, dan aku..."

Mark menghela nafasnya dan mengangkat sebelah tangannya membuat gestur 'sudahlah' dengan malas. Mark berbalik untuk keluar dari kamarnya, namun lagi-lagi Yeri memeluknya. Kali ini dari belakang. Mark menunduk menatap jemari lentik Yeri yang bertautan di dadanya, berusaha menahan tubuh Mark agar tidak menjauh.

"Mark, jangan begini.. kau sudah berjanji padaku bukan? Kenapa k—au berubah dalam sekejap, Mark... kumohon... aku mencintaimu..."

Mark mengalihkan tatapannya dari jemari Yeri menjadi lurus ke depan, perlahan melepaskan tautan jemari Yeri dari tubuhnya dan berjalan beberapa langkah sebelum kemudian berbalik menatap pada wanita yang selama ini menemani dirinya. Mark perlu memastikan sendiri perasaannya. Perlahan Mark meraih dagu Yeri dan mencium bibir Yeri. Mark memagut bibir sang kekasih yang dijanjikannya masa depan bersama.

Dalam terpejamnya Mark yang berusaha menikmati ciumannya, sekelebat bayangan Chenle yang megap-megap dan mulut dipenuhi busa membuyarkan semuanya. Mark melepaskan tautan mereka. Yeri yang merasa jika Mark sudah mulai memaafkannya dikarenakan ciuman tersebut, menatap Mark penuh harap.

"Yeri..."

"Yeri. Yeri. Yeri... jika kau mencintaiku, mengapa kau menyakiti Chenle? Kau yang bilang padaku bahwa dirimu lebih baik dari Haechan, bahkan kau tidak memerlukan bantuan bibi Park dalam mengurus Chenle. Kau bermain dengan nyawa anakku, Yeri! Apa kau masih tidak sadar akan hal itu?"

"Mark, please.. aku sudah menjelaskan alasannya padamu.. aku.."

"Aku tidak dapat menerima alasanmu, apapun itu."

"Tapi Mark, kau sudah berjanji padaku! Kau harus menepatinya!!"

Yeri memegang lengan Mark dan menggoyangkannya keras. Yeri mulai kehilangan kendali karena ucapan Mark seakan menyiratkan jika Mark tidak akan pernah memaafkan perbuatannya pada Chenle.

"AKU AKAN TEPATI JIKA SAJA KAU MENUNGGU!"

Yeri terkesiap mendengar bentakan Mark yang begitu lantang di telinganya. Tubuh Yeri otomatis mundur karena terkejut. Air mata mengalir di pipi Yeri, Mark benar-benar marah padanya.

"Sialan, Kim Yeri. Apa aku kurang jelas padamu? Sudah kukatakan lima tahun! Tapi kau malah mengacau! Kau bahkan menyuruh bocah bajingan bernama Lee Jeno itu untuk melecehkan milikku. Kau tidak tahu seberapa murkanya aku mendapati foto-foto itu! Dan seberapa khawatirnya aku melihat Chenle sekarat di tanganku!"

Yeri semakin menangis histeris, menggelengkan kepalanya berkali-kali. Mark sudah mengacak rambutnya sendiri karena menahan raungan emosi yang ingin meluap begitu saja. Sudah kukatakan jika rasa cinta Mark kepada Yeri luntur begitu saja kala mengetahui perbuatan Yeri pada Chenle kecil.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang