Ignorance

10.1K 708 39
                                    

Disclaimer : Chapter ini bikin naik darah, tensi naik dan emosi. Mohon pengertiannya... sambil ngemil silver queen supaya emosi stabil. Okey? Mwach.







.







Mark mengumpat kesal ketika dirinya baru saja terlelap sesaat, suara gedoran pintu terdengar begitu kuat menganggu tidurnya. Mark sudah bisa menebak pelakunya, siapa lagi jika bukan Haechan, si jalang kecil. Mark melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari.

Mark membuka pintu kamarnya malas, namun seketika matanya sedikit membola melihat kondisi Haechan di hadapannya. Haechan menangis dan wajahnya benar-benar basah oleh air mata.

"Hyung! Hyung! Tolong aku, Chenle.. hyung..."

Haechan meremat kaos yang dipakai Mark sambil menangis tersedu. Mark memegang tangan Haechan dan menepisnya membuat rematan Haechan terlepas.

"Bicara yang benar, aku tidak mengerti. Chenle kenapa?"

"Chenle panas sekali, tubuhnya sempat kejang tadi hyung! A—aku takut.. tolong bantu aku membawa Chenle ke Rumah Sakit."

Entah mengapa, ketika Mark mendengar bahwa anaknya itu sakit dan kejang ada sedikit rasa was-was. Mark tetap memiliki takut anaknya kenapa-kenapa. Mark memandang Haechan yang masih menangis lalu berbalik dan menutup pintu kamar dengan kasar. Haechan mengerjap saat mendapati Mark mengabaikan permintaannya. Sebenarnya bisa saja Haechan mengemudi sendiri, tapi masalahnya hari ini bibi Park sedang izin untuk tidak menginap di kediaman Haechan dan Mark.

Haechan takut jika konsentrasinya terpecah jika ia mengemudi membawa Chenle sendiri, oleh karena itu Haechan meminta tolong pada Mark.

"Hhhh,, huksss... hyung... bagaimana ini... eng... Chenle..."

Haechan akhirnya berlari kembali ke lantai atas rumah mewah tersebut dan dengan tergesa membawa Chenle yang sudah lemas dengan wajah memerah karena panasnya yang begitu tinggi dalam gendongan. Persetan dengan suaminya! Haechan akan mengemudi sendirian!

Haechan masih tersedu sambil mendudukkan Chenle di car seat kursi penumpang. Haechan mengaitkan sabuk pengaman di car seat tersebut dan beralih ke kursi pengemudi. Haechan menundukkan dan menumpu kepalanya sesaat di kemudi dengan tangan yang bergetar dan nafas yang tidak beraturan. Ini kali pertama Chenle mengalami kejang di sela demamnya. Haechan panik bukan main.

Haechan baru saja akan menyalakan mobil namun pintu mobilnya terbuka, menampilkan sosok Mark Jung yang kini telah berganti pakaian dan mengenakan jaket.

"Minggir. Biar aku yang menyetir."

"Ta—tapi kupikir tadi kau..."

"Minggir Haechan... aku malas mengulang ucapanku."

Haechan mengangguk ribut dan beringsut pindah ke kursi penumpang, membiarkan suaminya mengemudi menuju ke Seoul Medical Center. Sepanjang jalan Haechan terus menerus menangis dan menempelkan telapak tangannya di dahi Chenle. Mark sesekali memperhatikan Haechan dan Chenle melalui rear vision mirror yang berada di dalam mobilnya.

---

"Ada baiknya Chenle dirawat untuk beberapa hari di sini, Tuan. Kondisinya cukup lemah, panasnya tinggi dikarenakan antibodi tubuhnya sedang bereaksi melawan bakteri penyebab demam yang berada di tubuhnya. Observasi minimal 1 x 24 jam sangat penting pasca kejang yang dialami oleh anak seusia Chenle."

Rasanya hati Haechan tersayat begitu dalam mendengar ucapan dokter. Mark menyetujui untuk membiarkan Chenle menginap di Rumah Sakit. Untuk pertama kalinya Mark berada dalam posisi yang cukup dekat dengan anaknya sendiri. Hati Mark sedikit terganggu mendengar tangisan melengking dari Chenle kecil yang kesakitan karena jarum yang panjang itu menusuk nadinya.

HEAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang