Taruhan

233 39 1
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

Setelah kejadian kemarin Renjun merasa bahwa Haechan menatapnya penuh permusuhan. Renjun tidak tahu apa salahnya jadi dia hanya bisa bersikap abai. Lagipula jika melihat kebelakang, keduanya tidak pernah mengobrol, atau pernah tapi Renjun tidak terlalu menanggapi orang itu.

Tapi sekarang yang lebih menjengkelkan adalah keberadaan Jaehyun, hantu dari taman belakang sekolah. Renjun gagal mengusir Jaehyun dari rumahnya. Padahal dia sudah mencoba mencari cara di internet cara untuk mengusir hantu, tapi tetap saja Jaehyun tidak pergi. Malah dia di tertawakan karena melakukan hal yang konyol yaitu membuat seisi kamarnya penuh dengan bawang putih.

Karena itu, sekarang dia merasa mengantuk, siapa yang bisa tidur tenang jika ada hantu di rumahnya. Ini bukan soal barang-barang yang takut di ambil hantu itu tapi lebih takut jika hantu itu melalukan sesuatu pada tubuhnya.

"Salah, seharusnya di kali dulu"kata Jaehyun mengoreksi pekerjaan Renjun menjawab soal.

Dahi Renjun mengerut lalu menatap Jaehyun. Sedikit risi karena kepala Jaehyun tepat berada di samping kepalanya sehingga suaranya di transmisi kan dengan jelas lewat pendengaran.

"Apa, aku tidak berbohong"kata Jaehyun. Matanya menatap Renjun dengan senyuman polos.

Renjun menarik nafas lalu menghapus tulisan nya dan mengubah mengikuti langkah Jaehyun. Dia tahu bahwa tindakannya terlalu ceroboh untuk mengikuti perkataan Jaehyun. Bagaimana jika salah, yang dia pertaruhkan adalah nilainya. Jadi jika dia mendapat nilai jelek maka Jaehyun harus disalahkan.

Ketika semua selesai dia berjalan ke depan dan mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Waktu berlalu dan guru di depan mulai menjelaskan ulang pengerjaan soal dan kerennya jawabannya benar semua.

Dia menatap papan tulis dengan perasaan senang, ini adalah nilai penuh pertamanya selama dua tahun mempelajari matematika.

"Apa sebelumnya kau seorang ahli matematika?"tanya Renjun menatap Jaehyun kagum. Rasa jengkelnya berkurang karena kepintaran Jaehyun.

Mendapat tatapan seperti itu Jaehyun tanpa sadar merasa malu.

"Ya tidak juga, aku hanya memiliki otak pintar"jawab Jaehyun terdengar sombong.

Renjun mendengus pelan tapi mengangguk percaya. Yah dia tidak merasa itu mustahil.

"Oke anak-anak pelajaran hari ini selesai"guru di depan segera meninggalkan kelas.

Renjun membereskan buku dan hendak pergi ke kantin hanya untuk mendapatkan Haechan mengahalangi jalan.

"Ada apa?"

"Kau harus mengganti rugi"ucap Haechan tiba-tiba.

Renjun kebingungan dengan ucapan itu. "Mengganti kerugian apa?"
Dia merasa tidak pernah melakukan apapun untuk merugikan pihak lain. Kenapa dia tiba-tiba di tagih seperti ini, aneh!

Haechan menarik nafas kasar lalu memukul meja membuat Renjun kaget. Lalu mendongak dan menatap Renjun.

Melalui mata jernih itu Haechan bisa melihat pantulan dirinya dan tertegun. Renjun adalah orang dengan wajah yang tidak akan membuat seseorang bosan jika terus melihatnya, tapi karena suatu alasan Haechan membenci sikap orang itu yang kebalikan dari wajahnya.

"Sudahlah, sana pergi"usir Haechan dengan nada ketus.

Renjun kebingungan tapi tetap pergi, lagi pula dia memang tidak ingin berbicara dengan orang ini. Menurutnya Haechan ini terlihat aneh sekali, kapan dia mulai menyinggung pemuda itu hingga memiliki permusuhan dengannya.

Jaehyun masih menemani Renjun pergi ke kantin, di tengah jalan dia tiba-tiba membuka suara.

"Orang itu kalah taruhan sebelumnya"

"Haechan?"

"Ya orang barusan"jawab Jaehyun tidak peduli dengan nama orang itu.

"Apa taruhannya berhubungan denganku?"

"Ya, aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka dan itu melibatkan mu"jelas Jaehyun membenarkan.

Renjun terdiam sesaat. Jadi kemunculan Jaehyun waktu itu di kelas karena ingin menolongnya.

"Lalu kau datang untuk menolongku?"tanya Renjun menatap Jaehyun. Sepertinya hantu ini ada baiknya juga.

Jaehyun tersenyum dan mengedikan bahu "entahlah, tapi aku tidak ingin kau terluka atau terkena masalah. Lagipula hanya kau satu-satunya yang bisa melihatku"jawab Jaehyun.

Renjun mendengus, yah tetap saja itu untuk kepentingan diri sendiri. Lagipula jaman sekarang melakukan sesuatu untuk orang yang terbilang asing secara sukarela itu terlalu mustahil, begitupula hantu.

"Baiklah, tapi bagaimanapun aku tetap berterima kasih. Jujur aku tidak pernah berhubungan dengan orang lain dan jika sesuatu terjadi aku tidak tahu harus berbuat apa"ucap Renjun tulus.

Sekarang ini hidupnya terbilang susah dan di sekolah dia tidak mengenal seseorang yang bisa dia percaya. Dia tidak ingin menimbulkan sesuatu yang akan menyeretnya ke sebuah masalah yang lebih besar.

Jaehyun terdiam lalu menatap Renjun "kau sangat antisosial yah"gumamnya memikirkan sesuatu.

Melihat bagaimana siswa lain yang seringnya mengobrol atau bercanda dengan orang lain. Renjun berbeda sendiri, bahkan saat pertama kali bertemu Jaehyun melihatnya sendiri, begitu kesepian.

"Kenapa, ada yang salah?"Renjun mengangkat alisnya.

"Tidak, tapi apa kau tidak kesepian"

Langkah Renjun terhenti, dia melirik Jaehyun

"Tidak, tidak sama sekali. Ini jauh lebih baik"

Setelah itu Renjun mempercepat langkahnya menuju kantin. Dia lupa bahwa sedang berada di koridor yang mana banyak orang berlalu lalang, dia hanya berharap tidak ada yang melihat gelagat anehnya berbicara dengan ruang hampa.

Jaehyun tidak lagi mengikuti dan hanya menatap punggung kecil itu, jauh lebih baik? Jadi ada hari dimana Renjun tidak sendiri tapi itu berubah?

Tidak tahu kenapa tapi Jaehyun merasa bahwa Renjun itu terlihat membutuhkan seseorang untuk menjaganya.

****

Jangan lupa tap bintang 🌟 yah, gratis kok. Biar semangat aku update ceritanya. Terima kasih.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang