tertinggal part 2

148 21 3
                                    

Typo bertebaran.

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lama keduanya berkendara Renjun menjadi semakin was-was karena jalan yang mereka lalui menjadi semakin sepi dan banyak pohon-pohon tinggi. Dia mencengkram ujung jaket yang dia gunakan.

"Kau ingin membawaku kemana!"teriak Renjun. Dia ingin sekali berbuat ulah dengan memukul kepala Haechan, tapi jika pengemudi oleng bukankah dia sebagai penumpang juga beresiko terjatuh.

"Kau lihat nanti"jawab Haechan singkat.

Sampai akhirnya motor berhenti dan Renjun turun dengan menatap sekitar dengan waspada, tidak mungkin Haechan akan melakukan hal esktrim padanya kan, apa dia akan di bunuh?!

Dia harus kabur, pikir Renjun. Tapi belum sempat dia melakukan nya tangannya dengan cepat di seret lebih jauh ke dalam hutan.

Setelah lumayan jauh dari jalan raya, Haechan melemparkan Renjun hingga pemuda itu tersungkur.

Renjun merasa sakit di telapak tangan nya yang tergores bebatuan ketika dia menahan tubuhnya.

Renjun memejamkan matanya guna menenangkan diri lalu berdiri dan berbalik menghadap Haechan. Dia butuh penjelasan pemuda ini kenapa melakukan hal ini padanya.

Apa salahnya!

Tapi belum sempat Renjun membuka mulut sebuah pukulan mengenai wajahnya. Kepalanya berdengung karena hantaman itu.

Renjun menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa pusing, tapi Haechan tidak membiarkannya mengambil kesadaran untuk apa yang terjadi dan melayangkan pukulan kedua, ketiga dan seterusnya.

Wajah Renjun sangat putih dan halus, meskipun dia tidak pernah memberikan perawatan yang serius pada wajahnya. Tapi kini wajah itu di hiasi memar merah dan ungu, bahkan darah tercetak di sudut bibirnya, pukulan Haechan benar-benar tidak main-main.

Haechan mengambil jeda dan memutar pergelangan tangannya dan menatap kepalan tangan yang dia gunakan untuk memukul Renjun, senyum sinis tercetak di bibirnya dengan perasaan puas dan senang. Lalu dia mencubit dagu Renjun membuat pemuda itu mendongak ke arahnya. Senyumnya semakin lebar setelah melihat lebam di wajah itu.

lihat bukan, wajah itu tidak bisa lagi menatapnya acuh dan sombong. Tapi ada raut wajah marah di wajah Renjun yang membuat Haechan cukup terhibur melihatnya.

"Apa, kau ingin memukulku kembali, ayo. Ayo pukul"haechan meraih tangan Renjun dan sengaja dia arahkan pada wajahnya.

Tapi tangan itu hanya bisa terkepal lemah tak bisa membalasnya.

dengan seringai Haechan melepaskan Renjun membuat tubuh lemah itu terjatuh ke tanah.

Renjun menarik nafas berat dan ringisan terus dia keluarkan. kepalanya mendongak untuk menatap Haechan yang kini tersenyum penuh ejekan menatapnya.

Tatapan Renjun tidak lepas dari matanya, Haechan berdecih. Setelah terluka pun Renjun masih tetap berani menatapnya dengan mata itu. Tatapan itu, tatapan acuh yang sama yang dia dapat saat pertama kali berbicara dengan Renjun dan Haechan sangat benci itu!

Haechan kembali mengambil kerah baju Renjun dan melayangkan pukulan kembali membuat Renjun kewalahan menerima pukulan itu.

Seperti orang yang hilang akal, Haechan tidak memberi belas kasihan pada renjun. Kini di ingatannya hanya ada kilasan bagaimana Renjun mengacuhkannya bahkan setelah dia berusaha mendekati pemuda itu. Tapi Renjun bahkan tidak menanggapinya dan itu membuat Haechan marah. Lalu kejadian saat Jeno mengikatnya di rumah kosong itu membuat rasa benci Haechan terhadap Renjun bertambah besar, pemuda itu menyuruhnya untuk tidak melakukan apapun pada pemuda di depannya.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang