hukuman

193 27 0
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.

Haechan mengepalkan tangannya ketika dia harus mendengar celotehan guru olahraga di depannya. Dia tidak menyangka bahwa Renjun berani mengadu soal insiden penguncian di ruang sarana.

Ini memang rencananya tapi dilakukan oleh Chenle dan Jisung, dia melakukan ini karena kebiasaan menyuruh orang. Tapi bodohnya keduanya bahkan tidak ingin memasang badan untuknya dan mengatakan bahwa ide ini darinya dan berakhir dia dipanggil ke ruang guru dan di ceramahi selama satu jam. Dua orang yang lainnya telah di beri hukuman lebih awal dan kini harus menerima hukuman berdiri di lapangan.

"Ini sudah keterlaluan, tapi karena ini pertama kalinya dan Renjun tidak terluka. Saya akan meringankan hukuman kamu dan tidak akan memanggil orang tua. Tapi jika sekali lagi kamu memiliki ide untuk berbuat jahat pada teman sekelas jangan harap kamu bisa lepas dari hukuman yang lebih berat. Sekarang ikut kedua teman kamu dan berdiri di lapangan selama satu jam".

Dari awal sampai akhir dia hanya bungkam dengan banyak sumpah serapah yang dia ucapkan dalam hati. Matanya menunduk menatap lantai. Guru yang melihatnya berfikir Haechan menyesali perbuatannya tapi guru itu tidak tahu bahwa Haechan hanya sedang menumpuk dendam dan bersumpah akan membalas pada Renjun.

Setelah sesi ceramah selesai Haechan berjalan menuju lapangan dan bergabung dengan dua orang lainnya. Jisung dan Chenle menatap Haechan takut-takut. Mereka awalnya tidak berniat membuka suara soal siapa yang menjadi dalang dari ide ini dan membiarkan mereka dihukum saja. Tapi guru mengancamnya dengan memanggil orang tau mereka, mereka boleh nakal di sekolah tapi di rumah mereka tetaplah kucing gendut yang manja dan takut pada orang tua.

"B-bos, jangan marah oke. Kami terpaksa mengaku"ucap Jisung takut-takut.

Haechan mendengus kasar dan melirik tajam keduanya.

Jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa dia yang salah. Dia hanya ingin memberi pelajaran pada Renjun dan mengurungnya di ruang sarana yang gelap itu. Tapi siapa yang menyangka bahwa Renjun akan melaporkan masalah ini dan memiliki bukti cctv. Sial, sejak kapan di sana ada cctv, kenapa dia tidak sadar!

Dia juga tahu bahwa di sekolah ini perilaku bullying sangat di larang dan jika tertangkap melakukan hanya hukuman yang menanti.

Ketiganya menjalani hukuman sampai langit berubah jingga. Untungnya mereka mendapat hukuman setelah pulang sekolah dimana itu sudah masuk jam tiga sore, langit tidak begitu panas sehingga mereka bertiga tidak berkeringat.

***

Namun sebenarnya tuduhan Haechan pada Renjun salah besar. Renjun bahkan tidak mengatakan satu nama pun setelah guru olahraga menolongnya dan bertanya padanya siapa yang sudah menguncinya.

"Kau tau siapa yang menjahilimu?"

"Tidak"jawab Renjun jujur, meski dia curiga pada satu orang. Tidak ada bukti dan jika tidak ada bukti dia takut seseorang yang tidak bersalah akan dihukum.

Guru olahraga menghela nafas pelan, sepertinya dia tahu orangnya.

Hari ini hanya ada satu orang yang meminjam kunci ruang sarana, dia sangat mengenal siswa ini karena cukup aktif dalam pelajarannya, tapi dia tidak menyangka bahwa siswa yang dia kira tidak pernah berulah dan menjahili teman-temannya akan tega melakukan ini.

"Baiklah, kau tenang saja guru ini akan mengatasinya. Lagipula ada pengawasan cctv di sini, orang itu cukup ceroboh karena tidak memeriksanya. Kau bisa kembali ke kelas, pelajaran sudah di mulai"

Renjun melihat ke arah mana guru itu melihat dan menemukan bahwa di pojok yang cukup tersembunyi ada sebuah cctv, melihatnya dia menjadi lega.

Renjun mengangguk lalu pamit pada guru, Jaehyun juga ikut pergi dan keduanya berjalan berdampingan menuju kelas. Tapi di tengah jalan Renjun tak tahan dan mencubit pinggang Jaehyun.

"Kenapa kau bisa tanpa berfikir menyeret guru itu ke sini, bagaimana jika guru itu bukan hanya pingsan tapi mati karena serangan jantung"keluh Renjun dengan nada kesal.

Jaehyun mengerutkan kening, melirik kebawah dimana pinggangnya di cubit. Berapa kali dia harus mengingatkan Renjun bahwa dia kenal akan rasa sakit, tapi refleks Renjun ini sepertinya memang suka mencubit orang. Jaehyun jadi bersyukur dia hantu coba kalau enggak dia pasti akan merasakan sakit karena cubitan Renjun.

"Hehe aku hanya tidak tahu bagaimana cara menolongmu, jadi di pikiranku hanya terbesit untuk membawa orang hidup kesini, lagipula hanya itu yang bisa ku pegang. Tidak mungkin aku hanya mengambil kuncinya, aku tidak bisa"jelas Jaehyun memberikan pembelaannya.

Renjun juga tau dan mengerti itu, hanya dia masih belum tahu apa yang akan dipikirkan guru olahraga itu.

Dia kembali ke kelas dengan Jaehyun yang berjalan dibelakangnya. Jika orang lain melihat ini mereka akan berfikir bahwa Jaehyun adalah pengawal Renjun karena tubuhnya yang besar memancarkan rasa perlindungan kepada pemuda mungil ini.

Guru sedikit mengerutkan kening karena ada siswa yang telat tapi segera memaafkannya karena tahu orang itu, Renjun mungkin tidak pernah menjadi siswa aktif di kelas tapi dia adalah murid yang baik yang tidak membuat masalah, dan juga pelajarannya baru-baru ini meningkat. Jadi guru itu cukup toleransi.

Hanya saja tidak dengan Haechan, dia terkejut dengan kehadiran Renjun dan dengan cepat kejadian tak terduga terjadi. Guru olahraga memanggilnya dan mengintrogasi dan memarahinya lalu menghukumnya.

***

Di ruang tamu, Renjun duduk di sofa dengan tangan sibuk mengutak-atik kalung barunya. Dan di bawah Jaehyun memperhatikan dalam diam. Jari Renjun yang mungil seperti orangnya, jika di bandingkan dengan Jaehyun kini sedang membuat gantungan di benda itu setelah itu mengambil kalung dari kotak perhiasan dan menggabungkan keduanya.

Kini kalung Renjun memiliki benda itu sebagai tambahan, yang membuatnya tidak terlalu polos lagi.

Renjun mengangkat kalung itu ke hadapan Jaehyun. "Lihat, apakah sudah cocok"

Jaehyun mengangguk.

"Em, sudah. Sekarang pakailah"suruh Jaehyun.

Renjun memutar mata lalu memakaikannya di lehernya sendiri. "Puas?"

Jaehyun mengangguk cepat dan tersenyum lebar hingga memunculkan lesung Pipit di pipinya. Kini benda itu benar-benar menyatu dengan Renjun, kemanapun Renjun pergi dia tidak bisa di tinggalkan seperti sebelumnya. Tentu saja Jaehyun merasa bahagia.

"Baiklah, kau puas dan aku juga harus puas. Aku memiliki banyak tugas disini"Renjun mulai membuka satu buku dari banyaknya buku yang ada di meja. "Ah tapi sebenarnya tugasnya hanya ada tiga tapi sisanya aku ingin mengulas dan mempelajari pelajaran yang belum di ajarkan guru, kemarilah"

Padahal Jaehyun tepat di bawah di sampingnya, tapi ketika Renjun melambaikan tangan untuk menyuruhnya mendekat dia dengan patuh mendekat.

Kini bisa dibilang tidak ada jarak di antara keduanya selain yang satu di atas yang satu di bawah.

Renjun dengan segera mulai menjawab pertanyaan nomor satu dalam pengawasan Jaehyun. Melihat bahwa sebenarnya Renjun bisa menjawab pertanyaan dengan lancar, Jaehyun pikir kehadirannya tidak di perlukan. Renjun terlalu merendah soal kepintarannya, itu menurut pendapat Jaehyun. Tapi dia tetap diam dan melihatnya tanpa bersuara.

Waktu berlalu dengan seiring menipisnya buku yang ada di meja. Beberapa kali Renjun terlihat menguap dan Jaehyun memperhatikan itu.

"Sudah cukup untuk hari ini, kau bisa melanjutkannya besok?"

Renjun mengerutkan keningnya dan menggeleng "tidak, hanya sebentar lagi"

"Tapi kau sudah terlihat mengantuk"ujar Jaehyun memberitahukan fakta.

Renjun menghela nafas lalu menutup bukunya "baiklah, kau benar aku sangat mengantuk. Kalau begitu selamat malam" tanpa membereskan buku Renjun hanya berpamitan pada Jaehyun lalu kembali ke kamarnya.

Begitu sudah dekat dengan kasur Renjun menjatuhkan tubuhnya, tangan menari selimut lalu berguling dan menemukan posisi yang enak. Jaehyun yang melihatnya dari tempatnya duduk menggelengkan kepala dengan senyum kecil.

"Dasar keras kepala"

****

Part ini alurnya aku ngerasa kaya gimana gitu, gak puas, tapi gak punya ide lagi buat benerin😭. Jadi silahkan di baca aja yah, hehe.

Jangan lupa vote dan commet.

Terima kasih.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang