Bebas

127 15 0
                                    

Selamat membaca.

.

.

.

.

.

hati-hati typo bertebaran.

.

.

.

.

.

"Kamu boleh pergi, aku membebaskanmu"

Jeno mengatakan itu tanpa memandang Haechan, wajahnya tetap dia jaga datar dan tidak menunjukkan emosi apapun.

Sedangkan Haechan mengerutkan kening setelah mendengar kata-kata itu kemudian tertawa keras di tempat.

Mendengar tawa itu Jeno akhirnya tak tahan dan menoleh untuk melihat pemuda yang telah dia kurung selama seminggu dalam keadaan kacau namun sekarang tertawa keras.

Haechan tak menyangka bahwa dia akan mendengar lelucon seperti itu. Yah, menurutnya kata-kata yang diucapkan pemuda jangkung itu adalah lelucon. Apa katanya dia boleh pergi setelah di bebaskan, apa pemuda itu pikir dia tidak bisa pergi jika tidak di bebaskan.

Haechan baru memikirkan akan melompat dari jendela pagi ini jika terus dikurung, tapi dia urungkan niatnya karena menurutnya itu akan terlalu mudah untuk Jeno.

Setelah tawanya mereda, bibirnya berubah menjadi senyum ejekan. "Oh, apa kau sudah bosan dengan tubuhku makanya kau membebaskanmu, atau benda di bawah mu sudah tidak bisa berdiri setelah berkali-kali keluar di tubuhku?" Tanya Haechan dengan kata-kata vulgar. Kemudian dia terkekeh dan menatap langit-langit kamar itu.

Setelah tinggal disini beberapa hari, dia mulai terbiasa. Terbiasa di siksa, diperlakukan sebagai budak seks, dan juga terbiasa menatap wajah Jeno dengan seribu rencana balas dendam di benaknya. Tapi kali ini, dia di tawarkan sebuah kebebasan.

"Aku tidak peduli dengan apa yang ingin kau katakan, tapi cepatlah keluar dari rumahku. Dan satu lagi, aku tidak perduli jika kau melaporkanku kepada polisi. Tapi satu hal yang pasti, kau adalah orang yang akan lebih menderita setelah melakukannya"ujar Jeno dengan wajah tak peduli. Dia benar-benar tidak takut di penjara, lagipula hidup di manapun asal itu hidup, dia masih bisa menemui Renjun setelah keluar nanti tapi jika itu hukuman mati itu mungkin lebih serius.

Namun apa yang dia katakan di akhir bukanlah ancaman semata, Jeno tahu Haechan mengerti apa yang dia maksud. Dengan melaporkan dirinya berarti Haechan juga mengumumkan kepada semua orang jika dia adalah korban pelecehan seksual, dia telah dilecehkan oleh laki-laki lain sebagai laki-laki. Apakah Haechan akan menerima itu, Jeno yakin itu bukan sesuatu yang Haechan dapat tanggung. Kecuali pemuda itu ingin membalas dendam dengan cara lain, dan Jeno tidak akan menolaknya.

Seperti yang Jeno duga, setelah mendengar kata-kata itu, wajah Haechan berubah merah karena marah.

"Kau!!-"Haechan mengangkat telunjuknya dan menunjuk Jeno dengan pandangan benci sekaligus jijik.

Jeno tidak lagi ingin mendengar kata-kata apa yang ingin di ucapkan Haechan tapi berbalik dan pergi ke ruang kerja. Untuk apa yang ingin dilakukan Haechan setelahnya Jeno tak peduli, pintu keluar tidak dia kunci jadi pemuda itu bisa pergi dengan mudah.

Tangan Haechan terkepal melihat kepergian orang itu, dalam hati dia sudah merencanakan seribu cara untuk membalas Jeno nanti. Lihat saja, Persia itu tidak akan mudah lepas darinya!.

Dengan cepat, Haechan bangkit dari kasur, ketika selimut terjatuh tubuh dengan banyak memar dan bekas cupang akhirnya terekspos. Membuat Haechan bahkan jijik melihatnya, tapi itu adalah tubuhnya bahkan sekalipun dia ingin berganti kulit dia tidak bisa. Berjalan dengan langkah tertatih menuju lemari di ruangan itu, mengambil baju acak dan memakainya. Haechan tidak repot-repot membenahi rambut acak-acakan nya dan menyerbu keluar dari penjara itu dengan wajah marah.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang