Berpisah

131 23 4
                                    

Selamat membaca.
.
.
.
.
Hati-hati typo bertebaran
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dahi Jeno mengerut setelah Renjun menolak untuk memberikan kalung itu padanya. Lalu menatapnya untuk meminta penjelasan.

Renjun menelan ludah, tidak berani menatap Jeno dan memikirkan alasan apa yang harus dia berikan agar kalung ini tetap dia yang memegangnya.

"Renjun, waktu kita tidak banyak. Seperti yang kau bilang padaku waktu itu"ujar Jeno dengan sabar. Tangannya masih terulur di hadapan Renjun.

Melihat telapak tangan Jeno kemudian ke arah Jaehyun, Renjun menarik nafasnya lalu mengangkat kepalanya dan berkata kepada Jeno.

"Tidak bisakah kau pindah dan tinggal di sini aja?" Agar dia tidak berpisah dengan Jaehyun, pikir Renjun.

Tapi jelas Jeno harus menolak usulan itu. "Tidak bisa, terlalu berbahaya untukmu jika aku berada disini"

Renjun menundukkan kepala, dia masih ragu tapi pada akhirnya dengan berat hati Renjun melepas Kaling yang melekat di lehernya dan menyerahkannya kepada Jeno

Jeno melihat keengganan Renjun dan mengelus kepala pemuda itu "jika aku berhasil menyerahkan kalung ini padanya, aku akan menemuimu lagi"

Renjun mengangguk pelan, kemudian dia mengantar Jeno pergi dari rumahnya. Setelah itu Renjun duduk di sofa dengan linglung, mengangkat kepalanya untuk bertatapan dengan Jaehyun.

Sudah berapa hari mereka tinggal bersama, mungkin dua bulan? Tapi Renjun akui dia sudah terbiasa di temani Jaehyun dan sekarang mereka harus mengucapkan selamat tinggal.

"Kau..."Renjun menelan kembali apa yang ingin dia ucapkan dan pada akhirnya hanya berpesan, dan berkata. "Jangan bertengkar dengan Jeno, meskipun dia tidak bisa melihatmu tapi jangan membuatnya takut dengan tingkahmu"ujar Renjun dengan serius.

"Dan mungkin ini terakhir kali kita bertemu, aku tidak tau apakah Jeno akan berhasil tapi aku berharap dia berhasil. Jung Jaehyun, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk pertama dan terakhir kalinya. Terima kasih karena telah menemaniku untuk waktu yang singkat ini"

Jaehyun tidak menjawab kata-kata Renjun, tapi dia mendengarkan dalam diam. Menatap pemuda itu yang sepertinya enggan berpisah dengan dirinya. Jaehyun senang menyadari bahwa Renjun telah terbiasa dengan kehadirannya dan tidak rela berpisah dengannya. Tapi dia juga ikut merasa sedih, tapi memikirkan kembali jika seandainya dia bisa kembali ke tubuhnya dan terbangun, bukankah mereka nanti bisa bersama kembali sebagai manusia?

Dengan pelan Jaehyun duduk di samping Renjun, membawa pemuda itu ke dalam pelukannya. "Kau tau, aku juga ingin berterima kasih. Padamu dan pada Jeno, terima kasih karena telah membantuku. Jika aku sudah sadar nanti aku akan menemui lagi"

"Ya" gumam Renjun pelan. Dia berharap bahwa Jaehyun masih akan mengingatnya setelah dia bangun kembali nanti.

Keduanya berpelukan dengan erat seolah tidak ingin di pisahkan. Tapi beberapa menit berlalu, Renjun merasakan perasaan hampa saat orang yang dia peluk dengan erat itu telah menghilang. Renjun menarik nafas berat.

"Aku akan sangat merindukanmu"gumam Renjun menatap telapak tangannya yang dia gunakan untuk memeluk Jaehyun.

****

Jaehyun berpindah seiring benda yang di bawa Jeno semakin jauh dari rumah Renjun. Saat meninggalkan pemuda itu, Jaehyun masih dalam posisi memeluk pemuda itu dengan erat, dan kini ketika dia berpindah Jaehyun juga masih dalam posisi memeluk seseorang, tapi orang di pelukannya bukan Renjun lagi melainkan jeno.

Jaehyun terkejut dan segera melepaskan diri. Tubuhnya bergidik ngeri ketika mengingat bahwa baru saja dia memeluk tubuh besar Jeno.

Ada perbedaan besar antara tubuh Renjun dan Jeno, Renjun itu mungil jadi ketika Jaehyun memeluknya itu terasa nyaman dan pas. Berbeda dengan Jeno, Jaehyun tidak ingin mendeskripsikan bagaimana rasanya karena itu menggelikan.

Sedangkan jeno? Dia juga terkejut saat Merasakan sebuah pelukan. Awalnya dia hampir melompat dari duduknya dan bergegas turun dari bus. Tapi untung dia segera menyadari dimana dirinya berada.

Banyak orang di dalam bus, jika dia benar-benar melakukan pergerakan seperti itu maka dia takut orang-orang akan memandang dia aneh.

"Kau Jung Jaehyun kan?"tanya Jeno setengah berbisik.

Tapi kemudian tersadar, percuma bertanya pada hantu itu karena Jeno tidak akan bisa mendengar respon apapun. Jadi dia hanya bergerak ke sudut berpura-pura tidak terjadi apapun.

Jaehyun juga tidak menjawab karena tau itu percuma, dia hanya diam dengan pandangan ke depan. Pikirannya jelas masih tertinggal di rumah Renjun. Pelukan eratnya masih bisa Jaehyun rasakan di seluruh tubuhnya.

Untuk beberapa hari ke depan dia tidak akan bertemu pemuda mungil itu, apakah Renjun akan merindukannya? Tentu saja iya. Jaehyun yakin itu, karena sekarang Jaehyun juga sudah merasa rindu padahal baru berpisah beberapa detik. Tapi dia harus menahannya, yang Jeno katakan benar. Jika Jeno tinggal di rumah Renjun dan orang-orang yang memata-matai Jeno melihat itu mungkin nyawa Renjun juga dalam bahaya.

Memikirkan ini Jaehyun tidak bisa tidak mengeluh, kenapa sepertinya kehidupannya sangat rumit. Kenapa pula dia harus menjadi seorang CEO dan memiliki musuh yang ingin merebut kekuasaannya, jika dia tahu dari awal dia akan memberikannya langsung tanpa harus merasakan kutukan ini.

Tapi tentu saja, itu hanya pemikiran nya yang sekarang. Dia hilang ingatan dan tidak tahu seperti apa sikapnya dulu sebagai seorang manusia, mungkin posisi CEO ini sebenarnya sangat penting baginya. Dan Jaehyun hanya perlu menunggu saat dia kembali ke tubuhnya untuk mengambil jalan keluarnya.

***

Setelah Jaehyun pergi, Renjun merasa bosan tinggal seorang diri di rumah. Untuk itu, dia memutuskan untuk menemani neneknya saja di rumah sakit.

Renjun segera bersiap lagi dan segera keluar. Setelah menutup pintu, Renjun berjalan menaiki bus untuk pergi ke rumah sakit.

Kondisi neneknya masih belum stabil, dokter mengatakan jika kejadian terakhir kali terulang lagi mungkin sudah tidak ada kesempatan untuk bertahan.

Renjun jelas sedih, tapi dia tidak ingin memikirkan kemungkinan terburuk. Dia yakin dan percaya neneknya akan segera bangun dan pulih lalu membalas kejahatan-kejahatan orang-orang yang telah mencelakai neneknya.

Renjun masuk ke ruang rawat neneknya, pas sekali di dalam ada seorang perawat yang baru membasuh badan neneknya.

"Selamat siang"sapa Renjun.

Perawat balik menyapa Renjun kemudian pergi. Renjun mengambil kursi dan duduk di samping ranjang neneknya. Menatap wajah pucat dan keriput itu.

Setelah beberapa saat memperhatikan Renjun akhirnya berdiri dan berjalan menuju jendela, melihat langit biru di atas sana. Cuaca hari ini sangat cerah, tapi hatinya sedang meredup.

Kira-kira apa yang sedang di lakukan Jaehyun, apakah Jeno sudah mulai mencari tahu kembali tentang informasi keberadaan tubuh Jaehyun di rawat?

Renjun menghitung dengan jarinya, ada sekitar dua Minggu tersisa, dia harap Jeno segera menemukan keberadaan tubuh Jaehyun atau jika terlambat, Renjun tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya sendiri.

****

Jangan lupa vote, comment dan follow aku.

Terima kasih.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang