Lee Jeno

143 22 0
                                    

Sekali lagi kalau kalian Nemu typo mohon dimaklumi, atau kasih tau aku biar nanti aku benerin.

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.

Jaehyun menunggu di luar kafe, melihat jalanan yang ramai di lalui kendaraan. Langit sudah berubah jingga yang menandakan bahwa matahari akan selesai dengan tugasnya menyinari belahan bumi di sini dan akan berpindah menyinari belahan bumi yang lain.

Ketika Renjun mengusirnya Jaehyun tidak pernah pergi jauh, dia hanya duduk diam menunggu pemuda itu selesai dengan urusannya. Meskipun awalnya dia ingin tetap didalam tapi entah kenapa dia tidak bisa menyamarkan dirinya lagi. Dia merasa bahwa kekuatan nya perlahan-lahan akan menghilang satu persatu.

Lonceng di atas pintu masuk kafe membuat suara gemerincing. Jaehyun menoleh dan melihat Renjun yang keluar di susul Jeno, pemuda itu merangkul bahu Renjun saat keduanya berjalan ke arah parkiran.

Jaehyun tahu bahwa Renjun tidak melihat dirinya untuk itu dia diabaikan, tapi hatinya tetap panas dan tak suka. Dia marah saat pemuda itu lebih dekat dengan orang lain.

Mobil melaju dibawah tatapan tajam Jaehyun.

Jeno selalu tinggal di sebuah apartemen seorang diri. Ya sama seperti dirinya, Jeno juga hidup sebatang kara. Tapi tidak seperti dia yang sudah tidak memiliki orang tua, orang tua Jeno masih hidup tapi keduanya berpisah.

"Sebenarnya kemana kalian akan camping? Hutan belantara atau ke Amazon?"tanya Jeno bercanda.

"Ke Amazon? Itu bukan camping namanya. Tapi menyerahkan diri untuk menjadi santapan hewan-hewan disana. Kami akan camping di hutan xxx"

"Waw, hutan itu. Kelas kalian cukup kaya yah untuk pergi ke sana"

Jeno sendiri tahu tempat itu karena dia pernah sekali ke sana. Hutan itu bukan benar-benar sebuah hutan belantara tapi lebih seperti tempat wisata. Ada tanah lapang yang luas seperti Padang rumput, dan itu memang selalu di sewakan untuk menjadi tempat camping. Ada juga hutan Pinus yang mengelilinginya dan sudah dipastikan tidak ada hewan buas di sana, jadi sangat aman. Wisata yang sebenarnya adalah air terjun yang dibawahnya ada danau yang sangat jernih.

Memikirkan pengalamannya saat kesana Jeno jadi ingin mengikuti Renjun pergi, tapi dia juga tahu itu akan sangat canggung jika dia ikut.

"Ya, ketua kelas bilang ini adalah liburan terakhir. Jadi semua uang kas akan digunakan"cerita Renjun.

"Oh, semuanya. Tapi kalian masih memiliki satu semester lagi, jika ada keperluan apa tidak repot?"heran Jeno.

Renjun mengedikan bahu, dia tak ingin repot-repot memikirkan itu. Lagipula ini adalah keputusan ketua kelas dan anak buahnya. Sebagai siswa biasa dia tidak ingin berkomentar.

Jeno mengeluarkan tenda dari gudang dan membawanya ke ruang tamu.

"Oke, perhatikan bagaimana cara aku membuatnya berdiri"ucapnya pada Renjun.

Renjun mengangguk dan memperhatikan dengan serius seperti siswa teladan yang berada di tengah-tengah jam belajar.

Saat kembali ke rumah itu sudah jam tujuh malam, Renjun menyalakan lampu rumahnya hingga menyala lalu menyimpan tenda itu di atas meja ruang tamu sedangkan dia sudah berjalan ke dapur mengambil air minum.

"Benda apa ini?"

Jaehyun muncul setelah Renjun selesai minum dan melihat benda aneh di atas meja.

"Itu tenda camping"jawab Renjun singkat. Tangannya menaruh gelas kembali lalu berjalan ke arah kursi dan menghempaskan tubuhnya dengan lelah.

"Kau akan camping?"

"Ya"

"Bisakah aku ikut? Aku tidak pernah camping"pinta Jaehyun dengan nada sedih.

Like We Just Met | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang