"Halo lady?" sapa seorang Pangeran yang tiba-tiba menghampiri sesosok Lady dengan ramah.
"Maukah kau menarikan satu lagu denganku?" tanya pangeran itu sembari mengulurkan tangannya.
"Maaf, dengan segala hormat, Yang Mulia Pangeran. Anda yakin tidak salah orang?"
"Tentu tidak, Helena Cather"jawabnya sembari menyunggingkan senyum misteriusnya.
***
Ayahnya, Duke Cather adalah seorang pahlwan perang yang membawa kemenangan Erlos pada perang terakhir kali. Sedangkan ibunya, Duchess Cather dulu merupakan seorang bangsawan yang cukup terkenal di pergaulan kelas atas. Walaupun, sekarang ibunya hanya wanita bangsawan biasa.
Mayoritas para bangsawan hanya mengakui putra putri yang sudah melaksanakan debutantenya. Ya, berbeda dengan anak anak sepantarannya yang sudah melakukan pesta debutante, di usianya yang sudah 15 tahun, Helena Cather saat ini masih belum dikenal masyarakat. Bahkan hanya beberapa kerabat dekat saja yang mengetahui keberadaan Helena. Karena kebanyakan bangsawan lebih tertarik dengan perkembangan dan pencapaian Tuan Muda Cather, Kakaknya.
Helena bukannya tidak punya pencapaian, hanya saja ia lebih sering mengurung diri di kamarnya. Membaca buku, menulis, dan belajar. Kalau biasanya anak-anak bangsawan akan diberikan Pendidikan oleh guru di bidangnya masing masing secara pribadi, lain halnya dengan Helena yang selalu belajar sendiri. Bukannya Duke tidak ingin, namun Helena selalu menolak ketika Duke menawarkan untuk mencarikannya guru pribadi. Namun tentu saja, Helena termasuk pribadi pintar dalam hal akademik di antara anak anak sepantarannya.
Melihat kepribadiannya itu, Beberapa kali kakaknya, Afertian Cather sering memintanya untuk keluar sebentar menghirup udara segar. Namun, tak jarang adiknya itu menolak dengan alasan takut masuk angin, padahal langit tengah tersenyum cerah.
Afertian bukannya tidak mengerti perasaan adiknya, hanya saja ia bertanya tanya, sebenarnya, apa yang ada di dalam benak sang adik?
"Elen? Apakah kau menginginkan seorang teman?"tanya Tuan Muda Cather kepada adik nya ketika mengunjunginya suatu hari.
"Kak, aku hanya berfikir apakah ada orang yang mau menerima pemurung sepertiku.."ucapnya tanpa menjawab pertanyaan sang kakak.
Beberapa kali Afertian membawakan teman untuknya, namun kebanyakan mereka pergi bahkan sebelum minum teh bersama Helena dengan alasan bosan. Sampai suatu hari Afertian membawakan seekor tupai kecil untuk Helena.
"Elen, lihatlah bukankah sangat menggemaskan? "ucap Tuan Muda itu sembari menunjukkan tupai kecil digenggamannya.
Tak disangka, mata gadis itu berbinar menatap betapa menggemaskannya tupai tersebut, dan tanpa disadari ia mengambil tupai kecil itu dari genggaman Kakaknya.
"Yuanna" Bisik Helena, sambil mengamati tupai kecil itu. Nampak raut wajah Afertian kebingungan dengan perkataan Helena.
"Namanya Yuanna" tegas Helena menjelaskan maksudnya.
"Oh? bagus kau memberinya nama"respon Afertian yang puas dengan kebahagiaan kecil adiknya. Tanpa sadar ujung bibir afertian naik, menampakkan senyum yang amat hangat sehingga Helena pun ikut tersenyum.
Merasa sudah selesai dengan urusannya, Afertian pun segera pergi dari kamar Helena. Namun, Helena menghentikannya.
"Kakak! Terima kasih!" teriaknya.
Lantas Kakaknya itu hanya tersenyum singkat kemudian melanjutkan langkahnya keluar.
Semenjak hari itu, setiap hari Helena bermain dengan Yuanna, bahkan dia yang biasanya tidak ingin menginjakkan kaki diluar kamarnya, mengajak tupai kecil itu berjalan jalan keliling mansion. Tentu saja tupai itu ada di genggaman tangannya, mana mungkin Helena memberikan tali kekang pada tupai sekecil itu dan berjalan bersamanya.
Suatu hari ia tak sengaja melewati ruang kerja Duke dan mendengar beberapa percakapan.
"Bagaimana perdagangan di Ardenic? Apakah ada sesuatu yang mencurigakan tentang beberapa pembeli disana? Kudengar disana banyak pengembara asing" terdengar suara Duke sedang berbicara dengan seseorang.
Sebenarnya Kota Ardenic merupakan kota yang sangat strategis untuk melakukan jual beli, bagaimana tidak, disana berkeliaran pengembara dari negeri-negeri asing, bahkan tidak sedikit pula narapidana yang kabur kesana karena begitu ramai nya suasana, yang membuat mereka jadi sulit untuk dilacak. Tentu saja, kebanyakan pedagang yang berdagang disana tidak sekedar mencari uang, namun juga mengumpulkan informasi dari berbagai daerah.
"Bisnis di Ardenic bisa dikatakan lumayan lancar. Saya hanya mendengar beberapa rumor tentang Putra Mahkota yang tengah mencari tunangan kesana kemari, namun katanya nyaris tidak menemukan pasangan yang sesuai tipe idealnya..sudah banyak Lady bangsawan yang berusaha menarik perhatian Putra Mahkota namun nihil.."
"Lantas, apa maksud anda mengatakan hal itu kepada saya? Anda tidak mengatakan ingin menjodohkan Putra Mahkota dengan Helena kan?" tegas Duke kesal dengan perkataannya.
"Maafkan saya Tuan Duke, bukan hak saya untuk memutuskan perkara sepenting itu. Akan tetapi, Yang Mulia Putra Mahkota telah mengirimkan surat untuk mengunjungi kediaman ini, Tuan Duke. Bagaimana? Apa kita tolak saja permintaanya?"ucap orang itu berusaha menenangkan Duke.
BRAKK!
Suara hantaman tangan Duke Cather membuat Helena terkejut, bahkan Yuanna pun melompat dari genggaman gadis itu.
Sontak Helena mengejar larinya Yuanna yang lincah. Ia berusaha mengejar kesana kemari, bahkan kakinya sakit karena berlari dengan sepatu hak. Tentu saja, mau secepat apapun ia berlari, tupai dan manusia tetaplah tidak bisa dibandingkan. Bagaimana caranya manusia menyamai kelincahan makhluk kecil itu. Namun, tanpa ia sadari ia telah tiba di taman mansion tersebut, begitu menyadari sosok Yuanna tak lagi dalam jangkauannya, Helena tersentak, matanya terus mengintai menyusuri taman itu, namun nihil. Gadis itu tatap nanar rerumputan yang didudukinya seolah kehilangan sebagian dari hidupnya. Tanpa ia sadari, butiran kristal dari matanya itu turun membasahi pipi nya tanpa bersuara.
Sepoi angin membuat rambut pirang indah milik Helena terurai mengikuti arah angin. Matanya hanya menatap rumput kosong tanpa tujuan lain. Sepersekian detik muncul bayangan di rumput itu yang membuat pandangannya beralih melihat sesosok yang berdiri dibelakangnya itu. Dimatanya ia menangkap sosok seorang ksatria, dengan mata bagaikan bola ruby dan rambut hitam legam. Namun bukan keindahannya yang bagaikan melihat gerhana matahari yang menjadi perhatian Helena, yang menarik perhatiannya adalah Yuanna yang berada digenggaman tangan pria itu.
"Apa ini yang anda butuhkan, Lady?" tanya ksatria tersebut lembut. Helena dengan gugup langsung menggambil Yuanna di genggamannya, lantas mengangguk dan bergegas pergi.
Namun belum lama Helena berjalan, ia berbalik arah menuju ksatria itu.
"Terima kasih Tuan Ksatria, anda telah mengembalikan hidupku. Kelak saya pasti membalas kebaikan anda" ucap Helena kepada ksatria itu lantas kembali melanjutkan jalan.
Setelah bayang bayang Helena hilang dari pandangan ksatria tersebut, muncul sebuah senyuman hangat dari bibir ksatria bermatakan ruby disana. Saat itu Helena tidak tahu, dengan siapa ia berhadapan. Namun yang pasti disinilah ia memulai kisahnya.
***
Halo! Jangan kaget yaa kalo banyak revisian. Aku masih pemula, jadi tolong dimaklumi.. hehe ^^
Menurut kalian gmn awal cerita ini?
Awal awal masih ringan sih ceritanya, ditunggu aja klimaks nya yaa ..
Jangan lupa tinggalkan jejak hehe
See you!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Helena:The Fading Light
Historical FictionHelena, putri satu satunya Duke cather yang sangat ia sayangi. bagaimana tidak? kelahiran nya sudah seperti cahaya bagi keluarga ini. seorang lady yang sangat misterius dikarenakan keberadaannya tidak banyak diketahui orang luar. Ya, kehidupan gadis...