Bab 25 [ Determination ]

8 1 5
                                    

Beberapa hari telah berlalu setelah Helena selesai dari pembelajarannya. Kini, ia hanya berdiam diri di kamarnya tanpa aktifitas tertentu. Hanya beradu pandang dengan Yuanna yang tampaknya menghabiskan camilan paginya.

“Yuanna! Kamu tidak boleh mengambil milik orang lain!” ucap Helena sembari menggenggam tubuh mungil Yuanna.

Terlihat gadis itu mengerutkan pelipisnya, sepertinya ia kesal.

“…” tentu saja tak ada balasan dari tupai kecil itu. Namun, Helena tetap saja mengomelinya sampai suara berisik menginterupsi pertikaian mereka.

DUGH!

DUGH!

Helena segera melepas Yuanna dalam genggamannya, lantas mencari asal suara tersebut. Namun, sebelum ia beranjak dari kamarnya, pemandangan dari balik jendela kamarnya mendadak menghentikan pergerakannya.
Netranya menangkap beberapa asap hitam dari berbagai arah yang berbeda, perlahan kakinya lemas tak sanggup membendung apa yang dilihatnya. Namun, segera Sang kakak datang hampiri Helena yang sudah hampir berlutut itu.

“ELEN!! SADAR!”teriak Afertian sembari mengguncang tubuh Helena.
Hanya sebentar. Helena kembali dari lamunannya tatap nanar Sang kakak dihadapannya.

“Kak, apa yang terjadi?” tanya Helena seolah lupa apa yang baru saja dilihatnya.

“Tidak ada apa-apa, hanya keributan kecil..”jawab Afertian ber-alibi. Tatapan nya berusaha menyakinkan. “Kak, aku baik baik saja. Jadi, katakanlah yang sebenarnya.” Ucap Helena lengkap dengan senyum tulusnya yang telah lama menghilang.

“H-howard..kembali..”ucap Afertian ragu.
“Bagaimana dengan perisai yang dibuat pangeran kedua?“ tanya Helena tenang. Ia segera bangkit dari posisinya.
“Itu..mereka tengah mencoba menembusnya, Elen..”jelas Afertian masih ragu dengan keputusannya mengatakan ini pada si gadis kecil Cather.

“Kalau begitu, biarkan saya mengurus ini, kakak..” ucap Helena yakin, kemudian bawa tungkai kaki nya melangkah.

“Tunggu, Elen!” interupsi sang Kakak, membuat yang dipanggil menoleh kearah Afertian.

“Apa kamu yakin? Kamu tidak harus melewati ini sendirian Elen.. kamu punya Aku, Ayah, Nova, bahkan keluarga Kerajaan ada bersama kita..” jelas Afertian, lengan Helena diraihnya. Berusaha luluhkan Helena.

“Aku sepenuhnya yakin kak, kau tidak perlu khawatir.” Timpal Helena.

“Tapi-!”

“Kak, seandainya pun aku gagal, aku pastikan tidak akan gagal sendirian. Tapi, tenang saja, aku akan berusaha sekuat tenaga agar itu tidak terjadi..” jelas Helena mencoba meyakinkan kakak sulungnya.

Putus. Pembicaraan mereka selesai begitu saja ketika Afertian akhirnya lepaskan lengan si gadis rambut pirang, menatap Helena keluar dari pintu kamarnya. Perlahan, air mata membasahi pipinya sambut kepergian 'Cahaya' keluarga ini.

Telapak tangan nya ia gunakan tuk seka air mata yang turun, namun pias tatkala air mata itu justru semakin deras.

“Elen, kumohon. Jangan gagal..”gumam Afertian.

**

Baru saja Helena keluar dari kamarnya. Diluar, ternyata Duke telah menunggunya. Air wajahnya tampak tak karuan. Khawatir juga takut hinggapi relung.

“Elen..”panggil Duke pelan.

“Ayah.. aku pamit pergi ya? Pasukan Cather bisa datang setelahnya..”ucap Helena tenang, sembari memeluk tubuh kekar ayahnya. Ditatapnya wajah sang ayah yang sudah mulai berkerut, tampak peluh disana karena urusan politik.

Helena:The Fading LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang