Kicauan burung memenuhi langit-langit Erlos, hari ini adalah hari bersejarah bagi Erlos setelah melewati berbagai krisis.
Alun-alun kota Erlos dipenuhi dengan senyum dan tawa bahagia rakyatnya, terlihat anak-anak berlarian kesana kemari menambah keributan di pagi yang berbahagia ini.
Lain halnya dengan istana, keadaan di istana cukup tegang, terlepas banyaknya pelayan yang berlalu lalang. Callix masih tengah bersiap, sedang Aerisha masih berdiam dihadapan cermin merenungkan apa yang akan menunggunya di masa yang akan datang.
"Risha, Kakak minta maaf, telah membebanimu dengan urusan negara ini. Maaf, tapi aku tak bisa meninggalkan menara sihir lebih lama lagi.."
"Jadilah Kaisar yang baik bagi negeri ini kelak, Aerisha.."
Suara Sang Kakak tiba-tiba terngiang disela-sela lamunannya. Ingin sebenarnya ia menangis didalam pelukan Sang Kakak tuk keluhkan segala bebannya. Namun, sadar dirinya sudah bukan Putri kecil lagi, kini ia punya tanggung jawab besar untuk negara ini kelak.
***
Aula kekaisaran sudah cukup ramai berisikan para bangsawan yang telah lama menunggu momen ini. Acara sudah akan dimulai, Kaisar pun memasuki aula didampingi oleh Putri Aerisha dan Pangeran Callix yang memapahnya.
“YANG MULIA KAISAR,ARCHER DE ZEPHYR ERLOS, PANGERAN CALLIX DE ZEPHYR ERLOS , DAN PUTRI AERISHA DE ZEPHYR ERLOS SEGERA MEMASUKI AULA!”
Semua pasang mata tertuju pada keluarga Kerajaan yang kini tak lengkap lagi dengan sang pahlawan perang. Kaisar disana masih terlihat pucat karena sakitnya, berjalan pelan memasuki aula lantas duduk di kursi tahta.
Dihadapan Pendeta Alastor kini Putri Aerisha berdiri. Orang-orang disana tatap kagum keindahan Sang Putri Erlos.
“UPACARA RESMI PENOBATAN PUTRI MAHKOTA ERLOS AKAN SEGERA DILAKSANAKAN”
Aula nan megah itu sekarang terasa khidmat menghantar Sang Putri pada kedudukan yang sungguh tinggi. Alastor disana masih membacakan petuah untuk memulai acara ini.
“Oleh sebab itu, Yang Mulia Kaisar Archer de Zephyr, telah menentukan penerusnya yang akan melanjutkan perjuangannya di Erlos” ucap Alastor dengan senyum simpulnya.
Manik ruby milik gadis yang kini telah beranjak dewasa itu, tatap penuh percaya diri raga Sang Ayahanda yang nampak kurus dan pucat. Sesekali ia melirik Kakak tercintanya disebelah kursi Kaisar yang menyunggingkan senyum tipis. Tiba-tiba ia teringat akan kedua kakaknya yang telah meninggalkannya.
“Kak As, sekarang aku disini menggantikan mu meneruskan kehormatan Erlos”
“Kak Lena, aku pernah membayangkan hari ini. Dan kamu tersenyum dibawah sana..”gumam Aerisha dalam hati.
“UPACARA PELETAKKAN MAHKOTA PEWARIS TAHTA KEKAISARAN AKAN DIMULAI”
Terlihat disana, Kaisar berjalan perlahan menuju Sang Putri dihadapannya. Langkahnya pelan dan hati-hati, segera setelah ia melepaskan mahkota Putri dari ubun-ubun putrinya, ia lantas meletakkan mahkota pewaris disana.
Terlihat berat memang, seperti beban yang akan dipikulnya.
Terdengar sorak meriah dan tepuk tangan dari para bangsawan turut memeriahkan upacara tersebut. Putri Aerisha kembali tatap para bangsawan disana yang telah menyaksikan upacara penobatannya. Netranya tangkap Duke dan Afertian hadir diantara banyaknya bangsawan, hanya satu orang yang di harapnya dapat hadir saat ini, yaitu sosok 'Kakak perempuan' satu-satunya. Seolah upacara ini tak ada artinya tanpa sosok itu, kini ia hanya tatap nanar para hadirin disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helena:The Fading Light
Historical FictionHelena, putri satu satunya Duke cather yang sangat ia sayangi. bagaimana tidak? kelahiran nya sudah seperti cahaya bagi keluarga ini. seorang lady yang sangat misterius dikarenakan keberadaannya tidak banyak diketahui orang luar. Ya, kehidupan gadis...